Gempa Pacitan Terasa Hingga DIY, Warga Sempat Keluar Rumah
Gempa bumi tektonik berkekuatan M 5,4 yang terjadi di Pacitan, Jawa Timur, Senin (9/1/2023) malam, terasa hingga sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga sempat keluar dari rumah setelah merasakan gempa.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS – Gempa bumi tektonik berkekuatan M 5,4 yang terjadi di Pacitan, Jawa Timur, Senin (9/1/2023) malam, terasa hingga sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat sempat keluar dari rumahnya setelah merasakan getaran gempa. Belum ada laporan kerusakan yang diterima jajaran pemerintah daerah.
“Semua kabupaten dan kota di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) merasakan getaran gempa. Tetapi, belum ada laporan kerusakan,” kata Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Lilik Andi Aryanto, lewat pesan singkatnya, Senin (9/1/2023).
Selain itu, Lilik juga meminta agar masyarakat agar tetap tenang dan menjaga kesiapsiagaan. Hendaknya informasi terkini diikuti dari lembaga kredibel yang berwenang menyebarkan informasi tentang aktivitas gempa.
Dihubungi terpisah, Arfiansyah Panji (29), warga Kabupaten Bantul, DIY, mengaku merasakan adanya guncangan gempa. Getaran berlangsung selama sekitar 3 detik hingga 4 detik. Gempa disadarinya setelah melihat tanaman dalam rumahnya bergoyang-goyang.
“Setelah gempa kepala saya terasa pusing. Waktu gempa itu, kebetulan saya sedang bermain handphone,” kata Panji.
Panji mengaku ikut keluar rumah setelah merasakan getaran gempa tersebut. Ternyata, langkah serupa juga dilakukan beberapa tetangga di sebelah kanan dan kiri rumahnya. Mereka tak terlalu lama berada di luar rumah. Setelah merasa tidak ada getaran susulan, masing-masing warga kembali masuk ke rumah mereka.
Mike Kristiyani (55), warga Kota Yogyakarta, juga merasakan guncangan gempa sewaktu sedang membeli makanan di dekat rumahnya. Ia tengah duduk di kursi sembari menunggu pesanan. Tiba-tiba kursinya bergoyang-goyang.
“Saya kira awalnya suami saya bercanda. Soalnya, dia sedang bermain dengan anak kecil di dekatnya. Baru tahu belakangan ternyata ada gempa bumi setelah melihat info dari grup chat,” kata Mike.
Sewaktu berada di warung makan, lanjut Mike, orang-orang yang berada di sebelah kanan kirinya juga tak sadar jika sempat terjadi gempa. Oleh karena itu, tidak ada warga yang berusaha berlarian menyelamatkan diri. Mereka semua tetap tenang berada di kursi masing-masing hingga gempa berhenti.
Gempa sempat juga dirasakan oleh warga Ponorogo, Jawa Timur. "Cuma sebentar tapi warga berusaha mencari tempat aman. Sampai sekarang pun belum ada laporan kerusakan," kata Pramita (30), warga Ponorogo.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Pacitan Erwin Andriatmoko, sampai saat ini belum ada laporan kerusakan akibat gempa bumi tersebut.
Dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi berjenis tektonik itu terjadi sekitar pukul 19.26. Episentrum gempa berlokasi di laut dengan jarak 70 kilometer (km) ke arah selatan Kota Pacitan, Jawa Timur, pada kedalaman 59 km.
Dilihat dari lokasi dan kedalamannya, gempa tersebut dikategorikan sebagai gempa bumi dangkal. Penyebab terjadinya gempa akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia.
Episentrum gempa berlokasi di laut dengan jarak 70 Km ke arah selatan Kota Pacitan, Jawa Timur, pada kedalaman 59 km.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” sebut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono lewat keterangan tertulisnya.
Selain di Pacitan dan DIY, gempa juga terasa pada sejumlah wilayah di Jawa Tengah seperti Wonogiri, Purworejo, dan Cilacap. Adapun daerah Jawa Timur lainnya yang juga merasakan gempa tersebut antara lain Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, dan Nganjuk. Pada daerah-daerah tersebut, gempa terasa dengan skala intensitas II-III MMI (Modified Mercally Intensity). Getarannya seperti ada truk yang melintas.
Di wilayah Jawa Tengah lainnya, seperti Banjarnegara, Wonosobo, dan Kebumen, gempa tersebut memiliki skala intensita II MMI. Itu ditunjukkan lewat bergoyangnya benda-benda ringan yang digantung.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” kata Daryono.