Cuaca Buruk, 200 Penumpang Kapal Tertahan di Kepulauan Selayar Belasan Hari
Cuaca buruk membuat sekitar 200 penumpang kapal tertahan di Kepulauan Selayar, Sulsel, selama belasan hari. Saat ini kebutuhan makanan dan minuman mereka dibantu sejumlah pihak.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sekitar 200 penumpang kapal tertahan di Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, sejak Jumat (23/12/2022). Kondisi itu terjadi akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan gelombang tinggi di perairan sejumlah wilayah sehingga kapal yang mereka tumpangi tidak bisa melanjutkan pelayaran.
Para penumpang yang tertahan selama belasan hari itu berasal dari dua kapal, yakni KM Maloli dan KM Sabuk Nusantara 27. Kedua kapal tol laut itu berangkat dari Makassar, Sulsel, pada Kamis (22/12/2022). Para penumpang itu hendak menuju Pelabuhan Reo, Nusa Tenggara Timur. Mereka akan mudik ke kampung halaman untuk merayakan Natal.
Pada Jumat (23/12/2022), dua kapal tersebut transit di Pelabuhan Benteng. Menurut rencana awal, setelah singgah di Pelabuhan Benteng, dua kapal tersebut akan melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan di Pulau Bonerate, salah satu pulau di Kepulauan Selayar yang berbatasan dengan NTT.
Dari Bonerate, dua kapal itu akan melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Reo. Dalam kondisi normal, kedua kapal tersebut diperkirakan tiba di Pelabuhan Reo pada Sabtu (24/12/2022) sore atau malam.
”Waktu berangkat dari Makassar, cuaca masih bersahabat. Tetapi, tiba di Selayar, cuaca mulai buruk. Ada peringatan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), cuaca buruk akan berlangsung hingga 25 Desember 2022. Ternyata sampai akhir tahun tetap buruk,” kata nakhoda KM Maloli, Martinus Laurensius, saat dihubungi, Rabu (4/1/2023) petang.
Martinus menuturkan, para awak kapal dan penumpang sempat berharap kondisi cuaca akan membaik pada awal tahun 2023. Namun, BMKG Wilayah IV Makassar kembali mengeluarkan peringatan terkait cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung antara Selasa (3/1/2023) dan Senin (9/1/2023).
Waktu berangkat dari Makassar, cuaca masih bersahabat. Tetapi, tiba di Selayar, cuaca mulai buruk. (Martinus Laurensius)
Dalam peringatan itu disebutkan, gelombang dengan tinggi 2,5 meter hingga 4 meter berpotensi terjadi di Selat Makassar bagian selatan, perairan barat dan timur Kepulauan Selayar, perairan Sabalana, Laut Flores bagian utara, barat, dan timur, serta Pulau Bonerate-Kalaotoa bagian utara dan selatan.
Padahal, perairan-perairan itu akan dilalui KM Maloli dan KM Sabuk Nusantara 27 menuju NTT. Karena tak bisa melanjutkan perjalanan, dua kapal tersebut akhirnya bersandar di Pelabuhan Benteng sejak 23 Desember 2022 untuk menunggu cuaca membaik.
Selama dua kapal tersebut bersandar, sebagian penumpang memilih tidur di kapal, sedangkan sebagian lainnya di terminal penumpang. Saat Natal, sebagian penumpang itu memilih beribadah di gereja di Kepulauan Selayar, sementara sebagian lainnya menggelar doa di kapal.
Saat ini, para penumpang tersebut mendapat bantuan bahan makanan dan minuman dari Dinas Sosial Kepulauan Selayar. Sebagian bantuan juga berasal dari gereja dan para dermawan.
Salah seorang penumpang, Hendrikus Fernandes, mengaku sedih karena tidak bisa merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarganya di Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT. Meski begitu, ujar Hendrikus, para penumpang hanya bisa pasrah karena tidak mungkin meneruskan perjalanan di tengah gelombang tinggi.
”Empat tahun saya tidak pulang dan begitu pulang ternyata tertahan di Selayar. Tetapi, kami pasrah saja menunggu cuaca membaik. Ini juga untuk keselamatan semua penumpang,” kata Hendrikus.
Anggota Staf Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Selayar, Hasbullah, mengatakan, pelayaran kapal yang membutuhkan waktu tempuh 10 jam hingga lebih dari 20 jam memang dihentikan sementara. Hal itu karena adanya cuaca buruk di sekitar Kepulauan Selayar berupa angin kencang dan gelombang tinggi.
”Kami melakukan buka tutup pelayaran jarak pendek, misalnya dari Benteng ke Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, karena waktu tempuhnya hanya dua jam. Itu pun kami lihat kondisi cuaca. Jika bagus, kapal boleh jalan. Namun, jika cuaca memburuk, pelayaran jarak pendek pun kami tahan dulu,” kata Hasbullah.
Di Kepulauan Selayar, terdapat dua pelabuhan besar, yakni Pelabuhan Benteng dan Pelabuhan Pamatata. Pelabuhan Benteng menjadi tempat berangkat dan transit kapal Pelni serta kapal tol laut menuju NTT dan beberapa pulau Kepulauan Selayar yang berbatasan dengan NTT.
Sementara itu, Pelabuhan Pamatata adalah pelabuhan yang menjadi tempat berangkat feri menuju Bira, Labuan Bajo (NTT), serta beberapa pelabuhan di Sulawesi Tenggara.
General Manager PT ASDP Cabang Selayar Jamaluddin menjelaskan, sistem buka tutup diberlakukan di Pelabuhan Pamatata dan Pelabuhan Benteng. Pelayaran kapal menuju Labuan Bajo serta beberapa daerah di Sulawesi Tenggara juga dihentikan sementara karena cuaca buruk.
”Intinya tergantung situasi saja. Sebab, tidak mungkin membiarkan kapal berlayar dalam cuaca buruk. Kalau jarak pendek dan waktu tempuh di bawah dua jam, kami izinkan. Selain itu, yang diizinkan adalah kapal yang membawa logistik seperti BBM (bahan bakar minyak) dan tabung elpiji untuk ke pulau-pulau terdekat,” katanya.