Dua Kubu Berdamai, Revitalisasi Keraton Surakarta Diharapkan Segera Terwujud
Dua kubu di Keraton Surakarta yang berseteru akhirnya memutuskan untuk berdamai. Mereka sepakat untuk bekerja sama memajukan keraton. Rencana revitalisasi Keraton Surakarta juga diharapkan segera terwujud.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Setelah terlibat konflik selama bertahun-tahun, dua kubu di Keraton Surakarta akhirnya memutuskan untuk berdamai dan bersatu. Para kerabat keraton yang sebelumnya berseteru itu sepakat untuk bekerja sama memajukan Keraton Surakarta. Mereka juga berharap rencana revitalisasi Keraton Surakarta dapat segera terwujud.
Dua kubu yang selama ini dikenal saling beseberangan adalah kubu Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII serta kubu adik kandungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari, yang juga memimpin Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Surakarta. Hubungan keduanya telah renggang selama sekitar 10 tahun terakhir.
Islahnya dua kubu tersebut berawal dari pertemuan Pakubuwono XIII dengan GKR Wandansari atau Gusti Moeng, Selasa (3/1/2023) sore, di Sasana Narendra Keraton Surakarta, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Momen itu menjadi pertemuan pertama keduanya dalam kurun waktu 10 tahun.
Dalam pertemuan tersebut, Gusti Moeng meminta maaf kepada sang kakak jika selama ini telah berbuat salah. Gusti Moeng juga mengaku ingin kembali berkontribusi bagi keraton.
Persatuan kedua kubu itu kian ditegaskan selepas keluarga besar Keraton Surakarta memenuhi undangan makan siang dari Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Rabu (4/1/2022) siang, di Loji Gandrung, Kota Surakarta.
Dalam kesempatan itu, Pakubuwono XIII hadir didampingi permaisurinya, GKR Pakubuwono. Hadir juga Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Sudibyo Rojo Putro Narendro ing Mataram atau Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Purbaya, yang menyandang status putra mahkota.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Gusti Moeng yang merupakan putri Pakubuwono XII. Hadir juga Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Adipati Dipokusumo selaku putra Pakubuwono XII.
Mewakili Pakubuwono XIII, GKR Pakubuwono menyampaikan rasa syukur atas pertemuan tersebut. Dia menyebut, perjumpaan di antara kerabat keraton itu berlangsung dengan penuh suasana yang rukun.
Semua pihak juga bersumpah setia kepada Pakubuwono XIII. Gusti Moeng, yang selama ini bersitegang dengan Pakubuwono XIII, dan semua kerabat kerajaan siap menjalankan perintah dari penguasa tertinggi dari lembaga tersebut.
”Intinya, Sinuhun (Pakubuwono XIII) dan Gusti Wandansari sudah sawiji (bersatu). Tidak ada apa-apa. Sinuhun juga menunggu pemerintah, yaitu Bapak Wali Kota Surakarta mengenai pembangunan (revitalisasi) keraton. Sumangga dhawuh sinuwun pun wiwiti (silakan perintah sinuhun dimulai),” kata GKR Pakubuwono.
Gusti Moeng mengakui, di sela-sela jamuan makan siang itu, wacana revitalisasi Keraton Surakarta memang dibahas. Dia pun berharap wacana itu benar-benar segera terwujud.
Secara khusus, Gusti Moeng mengusulkan Panggung Songgo Buwono, yang berada di area depan Keraton Surakarta, sebagai prioritas pemugaran terlebih dahulu. Sebab, bangunan itu dinilai sebagai salah satu ikon utama dari Keraton Surakarta.
”Oleh karena itu, kami mengusulkan secepatnya dibentuk tim kecil untuk menyiapkan apa saja nanti yang akan direvitalisasi,” kata GKR Wandansari.
Sementara itu, KGPH Purbaya berharap agar konflik di antara kerabat Keraton Surakarta tidak terulang lagi pada masa mendatang. Dia menyebut, konflik dan ketegangan yang pernah terjadi pada masa lalu sudah selesai.
Purbaya juga menuturkan, keputusan untuk berdamai itu datang dari kemauan setiap kubu yang menginginkan rasa tenteram di Keraton Surakarta. Ke depan, semua pihak diharapkan bisa terus menjalin komunikasi agar tak lagi terjadi kesalahpahaman yang mengakibatkan pertikaian.
Di sisi lain, Purbaya meyakini, wacana revitalisasi Keraton Surakarta dapat diwujudkan di masa kepemimpinan Gibran. Namun, pihak keraton mengikuti sepenuhnya mekanisme pelaksanaan pembangunan dari pemerintah daerah. Tak terkecuali dalam penyusunan tim kecil yang nantinya bertugas menyiapkan pelaksanaan revitalisasi.
Gusti Moeng, yang selama ini bersitegang dengan Pakubuwono XIII, dan semua kerabat kerajaan siap menjalankan perintah dari penguasa tertinggi dari lembaga tersebut.
Sesungguhnya, revitalisasi Keraton Surakarta sudah menjadi perhatian Gibran sejak menjabat kepala daerah. Wacana tersebut bergulir sejak 2021. Namun, hal itu tak kunjung bisa terealisasi akibat konflik internal.
Dengan adanya perdamaian tersebut, Gibran pun membuka kembali peluang terwujudnya revitalisasi Keraton Surakarta. Namun, dia menuturkan, hal itu tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Sebab, rencana anggaran tahun ini sudah disahkan.
Hibah dana dari Uni Emirat Arab yang diperoleh Pemerintah Kota Surakarta juga telah dialokasikan untuk keperluan lain. Meski demikian, Gibran meyakini tetap bisa memperoleh sumber dana untuk revitalisasi keraton.
”Kita lihat kebutuhannya seperti apa. Prioritasnya seperti apa. Terus nanti kita lihat investor yang mau masuk siapa. Kita pilih dan pilah. Saya yakin, kok, setelah suasana adem seperti ini, investor akan mengalir,” kata Gibran.
Di sisi lain, Gibran juga memberikan sejumlah syarat khusus yang harus dipenuhi kerabat keraton jika ingin wacana revitalisasi dilanjutkan. Namun, ia enggan membeberkan syarat-syarat yang diajukannya secara terperinci. Gibran hanya menyebut, kerukunan di antara kerabat Keraton Surakarta harus senantiasa terjaga.
”Ada syaratnya. Kita tidak mungkin membangun bagus-bagus, tetapi mohon maaf, nanti berkonflik lagi. Itu nanti ceritanya berbeda,” kata Gibran yang sempat dikecup pipinya oleh Pakubowno XIII sewaktu berpamitan.
Oleh karena itu, lanjut Gibran, tim kecil yang akan mempersiapkan pelaksanaan revitalisasi bakal merangkul berbagai elemen. Mulai dari Pemerintah Kota Surakarta, segenap kerabat keraton, sejarawan, hingga pemerhati cagar budaya.
Namun, target waktu terbentuknya tim belum disebut secara jelas. Gibran hanya menyatakan, pembentukan tim tersebut akan dilakukan secepatnya.