Warga Karimunjawa Susah Dapat BBM, Kapal Perang Bantu Distribusi
Solusi mengatasi kelangkaan BBM di Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, terus diupayakan. Salah satunya mengerahkan kapal milik TNI AL.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
JEPARA, KOMPAS — Warga Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, masih kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak hingga Minggu (1/1/2023). Penyebab utamanya, kapal milik PT Pertamina belum bisa berlayar ke Karimunjawa akibat gelombang tinggi. Kapal perang milik TNI Angkatan Laut, menurut rencana, bakal dilibatkan guna memuluskan proses distribusi BBM itu.
Warga kesulitan mendapatkan BBM setidaknya dalam 10 hari terakhir. Pada Sabtu (31/12/2022), BBM jenis pertalite dan biosolar habis. Sementara dexlite tinggal 300 liter. Akibatnya, mobilitas dan aktivitas warga terhambat.
Jumaliyah (32), warga Desa Kemujan, Kecamatan Karimunjawa, misalnya, tidak bisa mengantar anaknya ke tempat baca tulis Al Quran sejak sepekan terakhir. ”Sudah mulai banyak izin tidak masuk karena BBM habis,” kata Jumaliyah, Minggu (1/1/2023).
Sektor pariwisata juga terpukul. Sudarmono, salah satu pelaku usaha persewaan kendaraan, mengeluhkan hilangnya potensi pendapatan. Peluang meraup untung saat libur akhir tahun terancam hilang.
”Saya punya tujuh sepeda motor yang biasanya disewakan kepada wisatawan. Pendapatan dari hasil sewa motor-motor itu biasanya Rp 525.000 per hari. Sudah sepuluh hari terakhir persewaan tutup,” ujar Sudarmono, juga Ketua Perkumpulan Biro Wisata Karimunjawa.
Sumarto (60), warga Desa Karimunjawa lainnya, menyebut, persoalan kelangkaan BBM akibat cuaca buruk di pengujung tahun sudah sering terjadi. Sumarto berharap peristiwa tahun ini kembali menjadi pembelajaran untuk mencari solusi terbaik.
”Sudah lama mengelola BBM di sini, seharusnya pengelola sudah tahu. Kalau cuacanya seperti ini, kuota harus ditambah biar kegiatan masyarakat tidak terganggu,” ucapnya.
Sejauh ini, kapal milik Pertamina sudah memuat 40 kiloliter pertalite dan 95 kiloliter biosolar yang akan dikirimkan dari Semarang ke Karimunjawa. Namun, kapal itu belum bisa berlayar ke Karimunjawa karena kendala cuaca buruk dan gelombang tinggi.
”Kami terus memantau kondisi cuaca dan ketinggian gelombang di Laut Jawa. Kami juga senantiasa berkoordinasi dengan instansi terkait mengenai keselamatan pelayaran. Semoga BBM bisa segera dipasok melalui kapal,” ujar Area Manager Communication, Relation, and Corporate Social Responsibility Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho.
Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta mengatakan, kebutuhan BBM di Karimunjawa cukup besar. Dalam satu bulan, kebutuhannya 75.000 liter biosolar dan 35.000 liter pertalite.
”Kami berharap Pertamina sesegera mungkin mengirim BBM saat cuaca sudah bagus,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan tengah berkoordinasi bersama beberapa pihak untuk mengirimkan BBM ke Karimunjawa. Salah satunya dengan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Muhammad Ali terkait dengan kemungkinan penggunaan kapal TNI AL.
”Satu-satunya solusi adalah mengirim BBM menggunakan kapal perang milik TNI AL untuk menerobos ombak tinggi. Tadi sudah berkoordinasi dengan KSAL, langsung bilang oke. Tinggal teknisnya saja. Maka, gambarannya tadi mungkin truk-truk tangki itu diisi penuh, berapa tangki, dimasukkan kapal, kemudian dibawa ke sana. Ini solusi tidak usah menunggu lama. Kita mesti kreatif dan berkolaborasi untuk menyelesaikan (persoalan) itu,” kata Ganjar.
Bahan makanan
Tidak hanya BBM, persediaan bahan makanan di Karimunjawa juga menjadi perhatian. Sejumlah pihak, baik pemerintah daerah maupun pusat, mengirimkan bantuan pangan untuk kebutuhan warga setempat.
Pada Sabtu dini hari, dikirimkan 2 ton beras, 5.700 liter minyak, sekitar 5.700 kilogram gula, 2.000 kg telur, serta sayuran. Bantuan itu diangkut dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, menggunakan Kapal Motor Kelimutu milik PT Pelayaran Indonesia.
Camat Karimunjawa Muslikin menuturkan, bantuan yang diterima itu cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Karimunjawa, setidaknya sampai cuaca membaik. Ada 3.671 keluarga yang terdampak yang tersebar di empat desa di lima pulau berpenghuni.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas memperkirakan, cuaca buruk masih akan terjadi hingga Senin (2/1/2023). Ketinggian gelombang di perairan Karimunjawa sekitar 2,5-4 meter dengan kecepatan angin 15-25 knot.