Kematian Gajah Jinak di Aceh Berulang, Pengelolaan CRU Dikritik
Malam itu kawanan gajah liar tersebut kembali ke kamp dan menyerang gajah jinak, Lilik. Tubuh gajah liar yang menyerang jauh lebih besar daripada Lilik.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
DOK BKSDA ACEH
Gajah jinak Lilik mati setelah diserang kawanan gajah liar di Conversation Response Unit (CRU) Serbajadi, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Minggu (25/12/2022) sekitar pukul 03.00. Kematian gajah jinak di CRU terus berulang.
IDI RAYEUK, KOMPAS — Kematian gajah sumatera jinak di Conversation Response Unit (CRU) atau pusat mitigasi konflik gajah di Provinsi Aceh terus berulang. Pengelolaan pusat konflik gajah dinilai masih lemah sehingga perlu dievaluasi.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin, Selasa (27/12/2022), mengatakan, kematian gajah jinak berulang di CRU bentuk kelemahan pengawasan terhadap pengelolaan CRU.
”Terjadinya kematian gajah berulang di CRU ini membuktikan masih lemahnya upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia di sana,” kata Shalihin.
KOMPAS/ZULKARNAINI
Wisatawan Nusantara memandikan gajah di Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, Selasa (24/7/2018). Selain sebagai pusat mitigasi konflik gajah, fasilitas ini menjadi obyek wisata satwa lindung gajah.
Shalihin menuturkan, informasi yang mereka dapatkan, dukungan pembiayaan untuk pengelolaan CRU minim. Walhi Aceh pernah mendapatkan laporan bahwa CRU kesulitan memenuhi pakan gajah karena anggaran terbatas. ”Kesejahteraan para pengelola gajah di CRU juga rendah sehingga berdampak buruk terhadap pengelolaan CRU di Aceh,” kata Shalihin.
Pada Senin (26/12/2022) Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyatakan, seekor gajah jinak jantan bernama Lilik mati di CRU Serbajadi, Kecamatan Peunaron, Kabupaten Aceh Timur. Gajah jantan berusia 35 tahun itu mati diserang gajah liar.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto mengatakan, pada Minggu (25/12/2022) sekitar pukul 03.00, petugas di CRU mengetahui ada sekelompok gajah liar menyerang gajah Lilik yang diikat 100 meter dari kamp. Petugas berusaha mengusir gajah liar, tetapi malah dikejar. Mereka lari untuk menyelamatkan diri. Malam itu listrik di CRU sedang padam.
Pada pagi hari petugas mendapati Lilik telah mati dengan luka pada bagian kepala. Tubuh Lilik terempas di tanah becek. ”Sangat sulit bagi tim untuk menolong gajah jinak dari penyerangan gajah liar tersebut,” kata Agus.
Agus mengatakan, kawanan gajah liar telah sepekan berada di sekitar CRU. Tidak diketahui mengapa gajah liar itu bertahan di sekitar CRU. Petugas telah berusaha menghalau dan menggiring ke hutan, tetapi gajah tetap bergeming. Malam itu kawanan gajah liar itu kembali kamp dan menyerang gajah jinak, Lilik. Tubuh gajah liar yang menyerang jauh lebih besar daripada Lilik.
Agus mengatakan, kematian Lilik menyisakan duka mendalam, sebab Lilik merupakan andalan untuk meredam interaksi negatif dengan manusia.
Gajah di Conservation Respon Unit Sampoiniet, Aceh Jaya, Aceh, Selasa (24/7/2018).
Ini bukan kasus pertama kematian gajah jinak di CRU. Pemicunya beragam, antara lain diracun, diserang gajah liar, dan sakit. Pada 2017 seekor gajah jantan jinak bernama Bunta di CRU Serbajadi mati diracun pemburu. Sepasang gadingnya diperdagangkan, tetapi polisi berhasil menangkap pelaku.
Pada Agustus 2020, seekor gajah jinak jantan di CRU Sampoiniet juga mati, tetapi karena sakit. Sebulan kemudian, September 2020, gajah jinak betina di CRU Peusangan mati karena luka infeksi seusai diserang gajah liar.
Agus mengatakan, setiap adanya kematian gajah jinak, mereka melakukan evaluasi untuk mencegah kejadian serupa. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, kematian gajah sulit dicegah sebab di lapangan sulit diprediksi. Dia mencontohkan petugas telah berusaha menghalau, tetapi tidak berhasil.
ZULKARNAINI
Gajah jinak di CRU Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, direkam pada Juli 2018. Kematian gajah sumatera di Aceh sejak 2016 hingga 2020 mencapai 38 ekor.
Agus menambahkan, di CRU Serbajadi, tempat gajah ditambatkan di malam hari, belum tersedia power fencing (kabel kejut). Sementara di beberapa CRU lain telah dibangun. Agus menambahkan, untuk pemasangan kabel kejut, karena keterbatasan anggaran, maka diprioritaskan di kawasan dengan intensitas konflik masif. ”Pada kematian Lilik tidak ada unsur kelalaian,” ujar Agus.
Kepala Kepolisian Resor Aceh Timur Ajun Komisaris Besar Andy Rahmansyah menyatakan, pihaknya sedang mendalami kasus tersebut. ”Kami sudah berkoordinasi dengan pihak BKSDA Aceh,” kata Andy.