Kondisi cuaca yang kurang bersahabat membuat obyek wisata di Lombok, NTB, terpantau masih sepi wisatawan. Padahal, pelaku usaha wisata berharap momen libur panjang jadi peluang meraih banyak omzet.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Warga Lombok, Nusa Tenggara Barat, mulai mengisi libur panjang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 dengan mengunjungi obyek wisata di pulau tersebut. Hanya saja, kondisi cuaca yang masih kurang baik membuat jumlah kunjungan belum signifikan.
Pantauan Kompas sejak Senin (26/12/2022) pagi hingga siang, mendung menutupi sejumlah wilayah di Lombok, seperti Lombok Tengah, Lombok Barat, Kota Mataram, dan Lombok Utara. Bahkan, di Mataram, pada pukul 05.00 Wita hingga 08.00 Wita sempat turun hujan.
Kondisi itu membuat kawasan wisata terpantau lengang. Ini, misalnya, terlihat di obyek wisata Pantai Loang Baloq yang biasanya sejak pagi ramai dikunjungi wisatawan. Pada Senin siang, hanya beberapa orang yang terlihat di salah satu obyek wisata di Kota Mataram itu.
Kondisi serupa terpantau di kawasan pesisir di sepanjang Batulayar. Misalnya, di Pantai Duduk hingga Pantai Senggigi. ”Biasanya, jam segini parkiran sudah ramai. Tapi, sampai sekarang, belum. Baru beberapa puluh orang yang datang,” kata Al Kamah (60), bagian tiket masuk Pantai Senggigi.
Di gerbang masuk Pantai Senggigi memang terlihat hanya beberapa kendaraan yang parkir, baik roda dua maupun roda empat. Kendaraan yang diparkir juga lebih banyak milik pedagang yang berjualan di sana.
Di area pantai, baik selatan maupun utara, juga terlihat sepi oleh wisatawan. Hanya beberapa keluarga yang duduk di pinggir menikmati bekal atau membeli dari pedagang di sana. Sementara di pantai, hanya dua keluarga yang terlihat sedang berenang. Selain warga dari Kota Mataram, ada juga yang datang dari Lombok Timur. Juga terlihat beberapa wisatawan mancanegara.
Ombak juga terpantau cukup besar. Termasuk angin. Aparat kepolisian setempat terlihat berjaga-jaga mengawasi kegiatan para wisatawan.
”Kemarin, hari Minggu yang seharusnya ramai, juga sepi. Hanya sekitar 200 orang. Selain karena cuaca, juga karena sekarang tidak hanya Pantai Senggigi. Ada banyak juga tempat wisata lain di Batulayar,” kata Nuraini (60), bagian tiket lain di Pantai Senggigi.
Sepinya Senggigi turut berdampak pada pedagang oleh-oleh di sana. Dari belasan toko yang disediakan, terpantau hanya dua yang masih buka. Sementara lainnya tutup. ”Pedagang yang dulu di toko, sekarang pindah. Mereka memilih jualan di pantai langsung,” kata Ahmad Ramli (40) yang berjualan di Senggigi sejak 1996.
Menurut Ramli, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya, kali ini Senggigi bisa dibilang sepi.
”Dulu, sejak pukul 7 pagi sudah penuh. Apalagi pas Tahun Baru, parkiran bisa penuh sampai malam di sini,” kata Ramli.
Dalam kondisi itu, kata Ramli, ia bisa berjualan oleh-oleh hingga Rp 500.000. Namun, saat ini lebih sulit. Hingga Senin siang, Ramli baru mendapatkan Rp 50.000. ”Memang libur panjang dan ada yang datang berwisata, tetapi sedikit karena cuaca. Minat belanja juga turun. Mungkin hitung-hitungan karena khawatir katanya 2023 akan berat,” kata Ramli.
Wisata ziarah
Selain wisata alam, tidak sedikit masyarakat yang melakukan wisata ziarah ke sejumlah makam yang ada di Pulau Lombok. Tidak hanya warga lokal, tetapi juga dari luar daerah.
Makam yang cukup ramai dikunjungi wisatawan untuk berziarah seperti Makam Batulayar di Lombok Barat dan Makam Bintaro serta Makam Loang Baloq di Kota Mataram.
Di Makam Loang Baloq, misalnya, begitu sampai, para peziarah langsung masuk. Mereka kemudian menuju salah satu bangunan di sisi timur dan berkumpul untuk zikir bersama. Setelah itu, mereka mengunjungi makam ulama besar Maulana Syech Gauz Abdurrazak yang berada di tengah-tengah akar pohon beringin besar.
”Kami dari Sumberpucung, Kabupaten Malang, untuk ziarah makam wali dan ulama. Kami sudah ke makam Batulayar, Bintaro, dan Loang Baloq. Setelah itu, kami ke Islamic Center NTB dan mengunjungi salah satu ulama di Lombok Barat,” kata Muhammad Ma’mun Haris (47), anggota rombongan.
Menurut Ma’mun, total anggota rombongan yang berangkat dengan bus dari Malang sebanyak 48 orang. Selain berziarah, mereka juga menyempatkan berkunjung ke sejumlah obyek wisata, seperti Senggigi dan Malimbu, Lombok Utara. Besok, mereka juga akan ke kawasan Mandalika.
”Kami memang rutin ziarah seperti ini di akhir tahun, terutama saat libur panjang. Terkait cuaca, saat kemarin di Bali kami kena hujan. Juga tadi pagi di Lombok kena hujan. Alhamdulillah, saat berada di lokasi yang dikunjungi tidak hujan,” kata Ma’mun.
Selain hujan, gelombang tinggi juga berpotensi melanda perairan NTB pada 22-28 Desember 2022.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid telah memperkirakan potensi hujan lebat hingga sangat lebat yang disertai petir dan angin kencang terjadi periode 25 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023.
Kondisi itu diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima, Kota Bima, dan Dompu.
Selain hujan, gelombang tinggi juga berpotensi melanda perairan NTB pada 22-28 Desember 2022. Tingginya 2,5 meter hingga 6 meter dengan perincian tinggi gelombang 2,5-4 meter di Selat Lombok bagian Selatan, Selat Alas bagian Selatan, dan Selat Sape bagian Selatan. Sementara untuk kategori tinggi gelombang 4-6 meter terjadi di Samudra Hindia selatan NTB.