Kereta Api Uap ”Mak Itam” di Sawahlunto Kembali Beroperasi
Kereta api uap legendaris ”Mak Itam” diresmikan untuk kembali beroperasi di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Selasa (20/12/2022). Warga antusias menyambutnya.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
KOMPAS/YOLA SASTRA
Kereta api uap "Mak Itam" bersiap-siap untuk perjalanan perdana saat diresmikan beroperasi kembali di Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak. Lokomotif uap E 1060 buatan Hartmann Chemnitz di Esslingen, Jerman, pada 1965 ini melayani perjalanan wisata sekitar 7 km dari Stasiun Sawahlunto ke Stasiun Muaro Kalaban. Pengoperasian kembali kereta api ini menggunakan anggaran Rp 20 miliar dari empat BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesia, PT Semen Padang, PT Bio Farma, dan PT Pupuk Indonesia.
SAWAHLUNTO, KOMPAS — Kereta api uap legendaris, ”Mak Itam”, diresmikan untuk kembali beroperasi di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Pemerintah Kota Sawahlunto dan PT Kereta Api Indonesia sedang menyusun jadwal dan harga tiket kereta yang sekarang difungsikan untuk kegiatan wisata ini.
Peresmian beroperasinya kembali Mak Itam dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, anggota Komisi V DPR Andre Rosiade, Wali Kota Sawahlunto Deri Asta, dan sejumlah direktur BUMN, Selasa (20/12/2022) siang. Ratusan warga juga antusias menyaksikan lokomotif uap E 1060 buatan Hartmann Chemnitz di Esslingen, Jerman, pada 1965 ini.
Mak Itam berjalan sekitar 7 kilometer (km) dari Stasiun Sawahlunto di Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, menuju Stasiun Muaro Kalaban di Desa Muaro Kalaban, Kecamatan Silungkang, dengan kecepatan rata-rata sekitar 12 km per jam. Kereta dengan satu gerbong berkapasitas 30 orang itu, saat beroperasi kembali, mengangkut sekitar 25 orang, termasuk Wakil Wali Kota Sawahlunto Zohirin Sayuti.
Warga yang berada di pinggir jalur kereta melambaikan tangan dan sebagian mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel. Di Stasiun Muaro Kalaban, Mak Itam disambut ratusan warga yang tak kalah antusias, dari usia anak-anak hingga lanjut usia.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Suasana di dalam gerbong kereta api uap Mak Itam yang melakukan perjalanan perdana saat diresmikan di Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak.
Dari Stasiun Muaro Kalaban, kereta kembali ke Stasiun Sawahlunto. Separuh penumpang berganti dengan warga di Muaro Kalaban, antara lain tiga ibu-ibu dan sepuluh bocah perempuan.
Eni (52), salah satu warga yang menumpang, mengatakan, ia sangat bahagia bisa kembali naik Mak Itam. Eni menumpang bersama dua tetangganya beserta anak-anak di sekitar rumahnya di Desa Muaro Kalaban.
”Terakhir kali saya naik Mak Itam dari Muara Kalaban ke Solok tahun 2000-an untuk rekreasi bersama ibu. Saya berharap reaktivasi kereta ini berlanjut, kalau bisa sampai ke Danau Singkarak seperti dulu,” katanya.
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi anggota Komisi V DPR Andre Rosiade (kiri) dan Wali Kota Sawahlunto Deri Asta (kanan) serta pejabat lainnya berfoto saat peresmian beroperasinya kembali kereta api uap Mak Itam di Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak. Pengoperasian kembali kereta api ini menggunakan anggaran Rp 20 miliar dari empat BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesia, PT Semen Padang, PT Bio Farma, dan PT Pupuk Indonesia.
Wakil Wali Kota Sawahlunto Zohirin Sayuti mengatakan, untuk selanjutnya, pemkot bersama PT KAI Divisi Regional Sumbar bekerja sama menetapkan jadwal operasi Mak Itam dan harga tiketnya. ”Rencana kereta akan beroperasi dua kali sepekan. Kalau banyak peminatnya, tentu harinya akan kami tambah,” katanya.
Menurut Zohirin, kereta ini dioperasikan oleh PT KAI. Sementara itu, pemkot melalui Dinas Kebudayaan juga menyediakan anggaran sebagai pendukung biaya operasional. Biaya operasional Mak Itam relatif mahal, hampir Rp 5 juta sekali perjalanan pergi-pulang (PP). Sekali perjalanan PP, lokomotif uap ini butuh 2 ton batubara yang harganya Rp 2 juta per ton.
Zohirin melanjutkan, beroperasinya kembali kereta yang menjadi bagian dari warisan dunia UNESCO Tambang Batubara Ombilin ini sudah lama diidam-idamkan. Lokomotif ini berhenti beroperasi sejak 2014.
Tahun 2016 sempat ada upaya mengaktifkan kembali, tetapi belum membuahkan hasil. Maka pada 2022 ini, dengan dukungan Menteri BUMN melalui empat BUMN, yaitu PT KAI, PT Semen Padang, PT Bio Farma, dan PT Indonesia, upaya itu terwujud dengan anggaran Rp 20 miliar.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Kereta api uap Mak Itam berhenti di Stasiun Muaro Kalaban, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, dalam perjalanan perdana setelah diresmikan di Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak. Lokomotif uap E 1060 buatan Hartmann Chemnitz di Esslingen, Jerman, pada 1965 ini, melayani perjalanan wisata sekitar 7 km dari Stasiun Sawahlunto ke Stasiun Muaro Kalaban.
”Tadi menteri sudah menjanjikan akan meneruskan (reaktivasi jalur) kereta dari (Stasiun) Muaro Kalaban ke (Stasiun) Silungkang sekitar 2 km dengan biaya Rp 15 miliar pada 2023. Konsorsium dari beberapa BUMN yang sudah diperintahkan oleh Pak Menteri Erick Thohir. Semoga terwujud,” ujarnya.
Di Silungkang, lanjut Zohirin, para wisatawan bisa melihat hasil kerajinan di sana berupa tenun (songket silungkang), pembuatan kopi tradisional menggunakan kincir air, dan kampung tenun yang akan dikembangkan pemkot sebagai destinasi wisata baru. ”Kalau mereka mau ke geopark, nanti kami bisa sediakan kendaraan khusus ke geopark,” ujarnya. Geopark yang dimaksud adalah Geopark Batu Runciang, Silungkang.
Keinginan masyarakat Sawahlunto kereta hidup lagi. Dulu tahun 1980-an, ada kereta api dari Sawahlunto ke Solok, ke Padang Panjang, hingga ke Padang. (Eka Wahyu)
Zohirin menambahkan, pemkot akan berupaya mempromosikan kereta Mak Itam ke daerah-daerah tetangga untuk menarik wisatawan, termasuk anak sekolah. Selain itu, stasiun juga dilengkapi dengan daya tarik lain, seperti tempat kuliner. Sejumlah langkah itu dilakukan agar Mak Itam bisa beroperasi secara berkelanjutan. ”Kami tidak mau biaya besar yang sudah dikeluarkan, Rp 20 miliar, (kereta kembali) berhenti begitu saja,” ujarnya.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Petugas menghalangi warga yang antusias hendak menaiki gerbong kereta api uap Mak Itam dari Stasiun Muaro Kalaban, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, menuju Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dalam perjalanan perdana usai diresmikan beroperasi kembali, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak.
Mak Itam kembali ke Sawahlunto pada 14 Desember 2008 setelah menempuh 10 hari perjalanan dari Museum Ambarawa (Kompas, 4/1/2009). Sebelumnya, pada 1997 lokomotif pengangkut batubara dan penumpang itu dibawa ke Museum KA Ambarawa untuk diperbaiki (Kompas, 5/12/2008). Lokomotif lalu digunakan untuk perjalanan wisata Ambarawa-Bedono 1-2 kali dalam setahun.
Sekembalinya dari Ambarawa, Mak Itam resmi beroperasi di Sawahlunto pada 21 Februari 2009 sebagai kereta wisata (Kompas, 23/2/2009). Namun, pada Maret 2013, lokomotif ini berhenti beroperasi. Kerusakan 12 pipa pemanas membuat tekanan uap yang dihasilkan dari pembakaran batubara tidak cukup menggerakkan roda lokomotif (Kompas, 26/5/2014).
Ketua DPRD Sawahlunto Eka Wahyu, yang ikut menikmati perjalan perdana Mak Itam, berharap akses transportasi kereta api di Sawahlunto jangan sampai terputus lagi. Kalau dapat, ke depan ada kereta lainnya yang bisa menyambung rute Mak Itam menuju daerah lainnya seperti dahulu kala.
”Keinginan masyarakat Sawahlunto kereta hidup lagi. Dulu tahun 1980-an, ada kereta api dari Sawahlunto ke Solok, ke Padang Panjang, hingga ke Padang,” kata politisi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) ini.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Petugas memutar kereta api uap Mak Itam untuk kembali dari Stasiun Muaro Kalaban, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto, menuju Stasiun Sawahlunto, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dalam perjalanan perdana usai diresmikan beroperasi kembali, Selasa (20/12/2022). Kereta api legendaris ini terakhir kali beroperasi pada Maret 2013 karena rusak.