Pengujung Tahun, Bencana Hidrometeorologi di Aceh Kian Masif
Bencana alam seperti banjir, longsor, dan banjir bandang melanda nyaris semua kabupaten/kota di Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pada akhir tahun 2022 ini bencana hidrometeorologi di Provinsi Aceh semakin masif. Bencana alam seperti banjir, longsor, dan banjir bandang melanda nyaris semua kabupaten/kota di Aceh.
Kawasan timur Aceh, yang meliputi Aceh Tamiang dan Aceh Timur, adalah wilayah yang paling sering dilanda banjir dan longsor. Di Aceh Tamiang dalam sepekan terakhir terjadi dua kali banjir. Pada Jumat (16/12/2022) sebanyak 11 desa di Kecamatan Bendahara tergenang setelah Sungai Tamiang meluap. Padahal, pada Oktober 2022 Kecamatan Bendahara juga dilanda banjir besar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas mengatakan, saat debit air sungai naik, tanggul jebol. Air limpasan dari sungai merendam sekitar 964 rumah warga.
Tidak banyak warga yang mengungsi. Sebab, sebagian besar permukiman di sana berupa rumah konstruksi panggung sehingga air tidak masuk ke rumah. Kecamatan Bendahara terletak di hilir atau pesisir sehingga sering menjadi sasaran banjir luapan dan banjir rob.
Ilyas mengatakan, pada Senin (19/12/2022) malam longsor terjadi di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sekerak. Tebing dan pohon di sisi jalan runtuh sehingga menutup badan jalan. Arus transportasi antardesa di kecamatan itu pun terhambat. ”Untuk sementara, jalan belum dapat dilalui. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tamiang sedang melakukan pembersihan,” katanya.
Aceh Tamiang menjadi daerah dengan banjir paling parah sepanjang 2022. Pada Oktober lalu, selama dua pekan banjir menggenangi permukiman dan jalan nasional. Selama sepekan arus transportasi Aceh Tamiang (Aceh)-Langkat (Sumatera Utara) lumpuh.
Di Aceh Timur, banjir yang terjadi pada Minggu (18/12/2022) melanda 24 desa yang tersebar di lima kecamatan. Sebanyak 1.275 warga diperkirakan terdampak banjir. Namun, tidak ada warga yang mengungsi.
Kepala BPBD Aceh Timur Ashadi mengatakan, ketinggian air di permukiman warga 10 sentimeter (cm) hingga 50 cm. ”Ada seribu rumah yang tergenang, tetapi sebagian mulai surut,” katanya.
Dalam sebulan terakhir, wilayah Aceh Timur berulang kali dilanda banjir. Sungai-sungai meluap di saat diguyur hujan deras. Warga menderita kerugian besar karena sawah atau tambak ikan tergenang.
Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Blang Bintang, Aceh Besar, Zakaria Ahmad mengatakan, musim hujan akan berlangsung hingga akhir Desember 2022.
Menurut Zakaria, musim hujan pada 2022 intensitas hujannya lebih tinggi dibandingkan pada tahun sebelumnya. Hujan bukan menjadi faktor tunggal pemicu bencana alam, melainkan juga kerusakan alam seperti deforestasi dan kerusakan daerah aliran sungai mempercepat bencana.
Zakaria mengatakan, musim hujan akan mulai berakhir pada Januari 2023. Namun, pada Februari 2023 diprediksi hujan kembali melanda.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh Ahmad Shalihin mengatakan, bencana alam yang dipicu oleh hidrometeorologi menunjukkan kondisi alam sedang tidak baik-baik saja. Menurut dia, saat ini Aceh sedang dalam masa darurat ekologis.
Hal ini di antaranya akibat peralihan fungsi lahan yang seharusnya sebagai daerah penyangga menjadi perkebunan sawit. Aktivitas tambang ilegal juga memperparah kerusakan hutan. ”Penanganan banjir masih bersifat reaktif, bukan pada mitigasi jangka panjang,” kata Ahmad.