Sudah Lima Hari KKB Tutup Jalan, Masyarakat Yapen Utara Terdampak
Kelompok Plato Merani telah menutup akses jalan dari Distrik Yapen Utara ke ibu kota Kabupaten Kepulauan Yapen selama lima hari terakhir. Akibatnya, masyarakat tak bisa mengakses pelayanan publik.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kelompok kriminal bersenjata pimpinan Plato Merani telah menutup Jalan Trans-Yapen Saubeba-Angkaisera di Distrik Yapen Utara, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, selama lima hari terakhir. Aksi itu mengakibatkan masyarakat setempat kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan membeli barang kebutuhan pokok untuk menyambut perayaan Natal.
Kapolres Kepulauan Yapen Ajun Komisaris Besar Herzoni Saragih ketika dihubungi, Sabtu (17/12/2022), membenarkan informasi tersebut. Kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Plato Merani menutup jalan tersebut dengan beberapa batang kayu berukuran besar.
Pemalangan jalan oleh KKB itu telah menyebabkan masyarakat Distrik (kecamatan) Yapen Utara tak dapat mengakses Distrik Serui, ibu kota Kabupaten Kepulauan Yapen. Masyarakat biasanya mengakses jalan tersebut untuk berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serui dan membeli bahan makanan, khususnya untuk persiapan menjelang perayaan Natal.
Diketahui, perjalanan darat dari Yapen Utara ke Serui dengan menggunakan kendaraan bermotor hanya memakan waktu sekitar dua jam. Apabila menggunakan jalur laut, masyarakat harus menyewa perahu motor dengan melintasi Perairan Distrik Yapen Timur. Perjalanan laut membutuhkan waktu sekitar lima jam menuju Serui.
”Masyarakat mengeluh karena belum dapat membeli sembako untuk persiapan perayaan Natal. Pihak puskesmas setempat juga menyampaikan komplain kepada kami karena harus mengevakuasi pasien, seorang ibu yang akan melahirkan, dengan perahu motor,” tutur Herzoni.
Herzoni pun meminta masyarakat Yapen Utara agar bersabar karena pihak kepolisian masih berupaya membuka akses jalan tersebut. Polres Kepulauan Yapen telah mendapatkan bantuan personel dari Satgas Preventif Operasi Damai Cartenz dan Kompi 1 Batalyon C Brimob Biak.
Adapun kelompok Plato Merani yang berjumlah sekitar 30 orang masih berada di sekitar lokasi pemalangan jalan. Mereka bersembunyi di daerah perbukitan untuk melepaskan tembakan dan bom ke arah aparat keamanan.
”Kami akan mengamankan terlebih dahulu area sekitar lokasi pemalangan jalan dalam waktu dekat. Tujuannya agar anggota kami tidak menjadi sasaran serangan kelompok Plato saat membersihkan ruas jalan tersebut,” kata Herzoni.
Sebelumnya, Selasa (13/12), Polres Kepulauan Yapen mendapatkan laporan dari warga tentang adanya pemalangan Jalan Trans-Yapen Saubeba-Angkaisera dengan beberapa batang kayu. Aparat kepolisian bersama tiga warga yang bertugas sebagai operator alat gergaji kayu menuju ke lokasi tersebut.
KKB langsung melepaskan tembakan ketika rombongan aparat dan tiga warga itu tiba di lokasi jalan yang ditutup. Para pelaku juga melemparkan tiga bom molotov dari ketinggian ke arah aparat dan tiga warga.
Komnas HAM meminta Plato agar menggunakan hati nuraninya untuk menghentikan aksi penutupan jalan tersebut.
Kontak tembak antara pihak kepolisian dan KKB terjadi sekitar satu jam. Seorang warga di antara rombongan aparat bernama Yeferson Sayuri tewas karena terkena tembakan KKB di punggung. Para pelaku juga membakar dua mobil milik kepolisian.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional (TPN-OPM) Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, membenarkan, aksi penutupan akses jalan di Yapen Utara dipimpin oleh Plato Merani. ”TPN OPM menolak segala bentuk program pembangunan Pemerintah Indonesia dan terus berjuang untuk referendum Papua. Kami akan terus menyerang aparat keamanan dan anggota intelijen yang menyamar dengan berbagai profesi,” tutur Sebby.
Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Wilayah Papua Frits Ramandey menilai, perbuatan kelompok sipil bersenjata yang menargetkan fasilitas publik tidak dapat dibenarkan. Ia pun menyatakan aksi tersebut bukanlah perjuangan politik untuk meraih kemerdekaan bagi Papua.
”Perbuatan kelompok itu bukanlah perjuangan ideologi, melainkan hanya untuk menunjukkan eksistensinya. Perbuatan mereka merupakan aksi intimidasi yang sangat merugikan masyarakat setempat,” kata Frits.
Ia menambahkan, Komnas HAM akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen untuk bernegosiasi dengan kelompok Plato demi membuka ruas jalan tersebut. Tujuannya agar masyarakat tidak terhambat mendapatkan pelayanan publik akibat aksi tersebut.
”Upaya penegakan hukum juga harus di depan agar masyarakat mendapatkan rasa aman di tengah suasana perayaan Natal. Komnas HAM meminta Plato agar menggunakan hati nuraninya untuk menghentikan aksi penutupan jalan tersebut,” ucap Frits.