Punya Populasi Tinggi, Jabar Jadi Prioritas Penanganan Tengkes Nasional
Dalam setahun, kelahiran di Jabar sebanyak 880.000 bayi. Jika kesehatan ibu dan bayi tidak dipantau maksimal, jumlah yang besar ini terancam mengalami tengkes dan berdampak buruk pada generasi mendatang.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Jawa Barat menjadi perhatian dalam penanganan stunting atau tengkes karena memiliki populasi hampir 50 juta jiwa dengan potensi kelahiran ratusan ribu bayi per tahun. Jumlah ini perlu dipastikan kesehatannya karena pencegahan tengkes menjadi penting bahkan sebelum bayi lahir.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Bandung, Rabu (14/12/2022), menyatakan, kesuksesan Jabar dalam menurunkan tengkes dapat memberikan dampak positif secara nasional. Dia berharap, Jabar mampu mengurangi tingkat tengkes hingga 14 persen sesuai target nasional.
Apalagi, berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, prevalensi bayi di bawah lima tahun (balita) yang mengalami tengkes di Jabar mencapai 24,5 persen. Angka ini setara dengan 968.148 anak balita dan hampir sama dengan prevalensi nasional yang mencapai 24,4 persen.
”Jabar penduduknya paling banyak, (anak) balita juga yang paling banyak. Jadi, kalau Jabar sukses, nasional juga akan sukses menuju target menurunkan stunting dari 24 persen ke 14 persen,” ujarnya di sela-sela menghadiri acara Jabar Stunting Summit 2022 di Gedung Sate, Bandung, Jabar, Rabu (14/12/2022).
Salah satu upaya menurunkan tengkes di sektor kesehatan, ujar Budi, adalah memastikan calon ibu, ibu hamil, dan anak jauh dari penyakit dengan gizi cukup. Apalagi, kondisi perempuan menjelang hamil menjadi salah satu faktor penentu kesehatan bayi di dalam kandungan.
Budi mengatakan, jika calon ibu kekurangan gizi dan anemia, janin yang akan dikandung terancam tengkes. Di samping itu, bayi yang kerap mendapatkan infeksi berulang akan menguras gizi di dalam tubuhnya sehingga lebih rentan terpapar tengkes.
Pemantauan
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menambahkan, kesehatan ibu dan bayi di Jabar perlu diperhatikan karena tingkat kelahiran di daerah ini sangat tinggi. Dia memaparkan, angka kelahiran di Jabar mencapai 880.000 bayi per tahun.
Menurut Hasto, pemantauan dari pasangan yang baru menikah menjadi salah satu upaya untuk mengurangi tengkes. Apalagi, lanjutnya, hampir 80 persen pasangan hamil pada tahun pertama pernikahan mereka.
”Karena itu, kami mencegah dari hulu, jangan sampai ada yang tengkes sejak sebelum hamil itu lebih baik. Kalau sudah mengalami tengkes, itu sulit untuk menanganinya. Lebih baik preventif sehingga memerlukan komitmen yang luar biasa,” ujar Hasto yang juga Ketua Pelaksana Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Nasional.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil, yang akrab dipanggil Emil, menyatakan, tingkat penambahan penduduk yang tinggi di Jabar memiliki potensi tinggi untuk menggerakkan perekonomian. Namun, angka yang besar ini akan menjadi beban di kemudian hari jika sumber daya manusia nya mengalami tengkes dan gizi buruk.
Penanganan tengkes hingga ke tingkat daerah pun menjadi hal yang perlu diperhatikan. Emil optimistis angka tengkes di Jabar turun karena telah melakukan sejumlah upaya, bahkan memantau perkembangan penanganan tengkes kepada para kepala daerah.
”Untuk survei terbaru masih belum dikeluarkan pemerintah pusat, tetapi saya merasa akan turun dan membaik. Kalau saat ini tidak relevan dengan angka-angka yang lama,” ujarnya.