PLN Jaga Pasokan Listrik 14 Posko Pengungsian Semeru
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di pengungsian, Perusahaan Listrik Negara menjaga keandalan pasokannya agar tidak terganggu.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebagian warga Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, masih mengungsi di posko pengungsian yang tersebar di sejumlah lokasi akibat Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di pengungsian, Perusahaan Listrik Negara menjaga keandaan pasokannya agar tidak terganggu.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur Lasiran, Selasa (6/12/2022), mengatakan, terdapat 14 posko pengungsian korban erupsi Semeru yang memerlukan keandalan suplai listrik. Posko pengungsian tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo. ”Selain suplai listrik yang terus kami jaga keandalannya, kami juga mempersiapakan genset untuk cadangan keperluan publik yang mendesak,” ujarnya.
Lasiran menambahkan, pihaknya berkomitmen menjaga kontinuitas pasokan listrik di posko-posko pengungsian dan rumah-rumah warga, terutama yang terdampak bencana. Kelancaran pasokan listrik tidak hanya memengaruhi layanan penerangan, tetapi layanan air bersih dan kesehatan.
”Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Kebutuhan apa yang bisa kami akomodasi, akan diusahakan, khususnya untuk menjaga keandalan pasokan listrik,” kata Lasiran.
Sebelumnya, Manager PLN ULP Tempeh Tandi Saputro mengatakan, setelah erupsi Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) sekitar pukul 02.46 waktu setempat, terdapat 121 gardu listrik yang terdampak. Gardu yang menyuplai pelanggan di Desa Sumbermujur, Pronojiwo, dan Tempursari itu padam sehingga aliran listrik terganggu.
PLN fokus bersiaga memperbaiki jaringan di beberapa wilayah terdampak. Meski demikian, petugas harus menunggu hujan abu reda untuk menormalkan jaringan di lokasi terdampak. Selain itu, warga diminta melaporkan potensi bahaya kelistrikan yang belum terpantau sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
Aktivitas Gunung Semeru pada Selasa kian melandai. Gunung dengan puncak Mahameru ini masih mengeluarkan letusan-letusan kecil dan guguran lava pijar dengan jarak pendek sekitar 500 meter dari puncak.
Pada pemantauan pukul 00.00-06.00, terjadi 22 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10-23 milimeter (mm) dengan lama gempa 60-155 detik, 5 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-12 mm dan lama gempa 45-115 detik, 4 kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 4-16 mm, dan 1 kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 28 mm. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan sehari sebelumnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh elemen bergerak bersama saling membantu dan bergotong royong dalam penanggulangan bencana ini. Masing-masing memiliki tugas untuk menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat.
Di sisi lain, dia mengapresiasi masyarakat yang sangat tanggap terhadap bencana sehingga mampu melakukan evakuasi secara mandiri.
Pemprov Jatim bersama Pemkab Lumajang dan instansi terkait lain telah membangun posko pengungsian, mendirikan dapur umum, dan membuka layanan kesehatan, termasuk memberikan dukungan psikososial. Hal itu karena trauma terhadap kejadian awan panas guguran (APG) Semeru tahun lalu masih kuat dalam memori penyintas.
Selain mengurus warga penyintas, Pemprov Jatim juga segera memperbaiki infrastruktur yang rusak karena dampak erupsi untuk membuka akses di lokasi bencana. Saat ini terdapat dua jembatan akses ke Pronojiwo yang terdampak APG Semeru, yakni Jembatan Kajar Kuning dan Jembatan Gladak Perak. Jembatan Kajar Kuning yang baru tiga bulan lalu diresmikan kini kondisinya tertutup abu vulkanik.
”Jembatan Gladak Perak, termasuk Jembatan Kajar Kuning, kondisinya belum dimungkinkan untuk dilewati. Sehingga untuk koneksitas ke Malang dan sebaliknya, masyarakat Lumajang dan masyarakat Malang, termasuk Pronojiwo yang akan ke Lumajang, sementara lewat Probolinggo. Sampai kondisi semua aman dan memungkinkan untuk bisa dilewati,” kata Khofifah.
Pemprov Jatim juga meminta dilakukan inventarisasi terhadap hunian sementara dan hunian tetap yang telah dibangun di Desa Sumbermujur. Saat ini terdapat lebih dari 500 unit hunian tetap yang siap dipakai, tapi belum diserahkan ke masyarakat.
”Masyarakat Desa Kajar Kuning yang belum menerima hunian tetap di Sumbermujur bisa menempati unit yang ada agar tidak tinggal di pengungsian, khususnya hunian tetap bagi masyarakat Kajar Kuning yang masuk area zona merah,” imbuh Khofifah.