Guncangan Gempa Magnitudo 6,2 di Samudra Hindia Dirasakan hingga ke Mataram
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, ikut merasakan guncangan gempa bermagnitudo 6,2 yang terjadi di wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa. Belum ada laporan dampak akibat peristiwa tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 6,2 terjadi di wilayah Samudra Hindia Selatan Jawa, Selasa (6/12/2022) siang. Guncangan gempa yang tidak berpotensi tsunami tersebut turut dirasakan hingga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tidak ada laporan kerusakan.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram Ardhianto Septiadhi menjelaskan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa terjadi pukul 14.07 Wita. Hasil analisis BMKG menunjukkan, gempa memiliki parameter pembaruan dengan magnitudo 6,0.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 10,7 derajat Lintang Selatan dan 113,38 derajat Bujur Timur. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 223 kilometer arah Selatan Kota Jember, Jawa Timur, pada kedalaman 10 kilometer.
Menurut Ardhianto, jika memperhatiakn lokasi episenter (titik pusat gempa bumi di atas permukaan Bumi) episentrum dan kedalaman hiposenternya (titik gempa di bawah permukaan Bumi), gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi atau patahan batuan di zona outerise (dalam zona subduksi).
”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault ),” kata Ardhianto.
Ardhianto menambahkan, dampak gempa dirasakan di sejumlah wilayah, termasuk Mataram. Di ibu kota NTB itu, gempa dirasakan pada skala III Modified Mercalli Intensity (MMI), yaitu satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Pada skala yang juga dirasakan di Jember, Gubukmas, Kepanjen, dan Sumberpucung itu, getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seperti ada truk melintas.
”Saya dan teman-teman sedang berada di dalam studio saat gempa terjadi. Guncangannya terasa cukup kuat beberapa saat sehingga kegiatan di studio sempat terhenti. Syukurnya kami tidak panik, tapi sempat keluar ruangan,” kata Mone (31), salah satu warga Mataram.
Menurut Ardhianto, selain di Mataram, gempa juga dirasakan di tempat lain. Seperti daerah Kuta dan Kuta Selatan (Bali) dengan skala intensitas II-III MMI. Pada skala itu, getaran dirasakan oleh beberapa orang. Juga benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Selain itu, getaran gempa juga terasa di daerah Madiun, Ponorogo, Bantul, Yogyakarta, Sawahan, Klaten, Banyuwangi, dan Karangasem dengan skala intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
”Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” kata Ardhianto.
Ardhianto menambahkan, hingga pukul 14.30 Wita, hasil pemonitoran BMKG menunjukkan ada dua aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock dengan kekuatan terbesar M4,6.
Guncangannya terasa cukup kuat beberapa saat sehingga kegiatan di studio sempat terhenti. Syukurnya kami tidak panik, tapi sempat keluar ruangan. (Mone)
Menyikapi kejadian tersebut, Ardhianto mengimbau masyarakat agar tetap tentang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Selain itu, ia mengimbau masyarakat agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
”Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa. Juga pastikan tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah,” kata Ardhianto.
Sejauh ini, belum ada laporan dampak gempa bumi tersebut. Baik kerusakan, korban jiwa, maupun korban luka.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan sumber informasi resmi dari BMKG. Informasi resmi itu bisa diperoleh melalui kanal komunikasi resmi yang sudah terverifikasi, yakni @infoBMKG di Instagram dan Twitter, juga di situs www.bmkg.go.id dan inatews.bmkg.go.id. Termasuk di aplikasi berbasis android dan iOS.