Antisipasi Gempa dan Tsunami, Sejumlah Tempat Evakuasi Sementara Dibangun di Mandalika
PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC membangun sejumlah tempat evakuasi sementara (TES) di kawasan Mandalika. TES itu mengantisipasi potensi bencana alam, seperti gempa dan tsunami.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
ISMAIL ZAKARIA
Wisatawan berfoto dengan latar belakang tulisan Sirkuit Mandalika yang berada di luar Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (25/7/2022). Kehadiran Sirkuit Mandalika turut berdampak pada geliat pariwisata Lombok pascapandemi Covid-19.
PRAYA, KOMPAS — Sejumlah fasilitas mitigasi bencana tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya menjamin keselamatan manusia di sekitarnya, fasilitas itu berpotensi menambah daya tarik wisatawan yang datang ke tempat itu.
”Berkaca dari gempa bumi pada 2018 di Pulau Lombok, kami berkomitmen semakin mematangkan prosedur dan fasilitas untuk menunjang mitigasi kebencanaan di Mandalika. Salah satunya melalui pembangunan temporary evacuation shelter atau TES,” kata Direktur Teknik dan Sumber Daya Manusia PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) Taufik Hidayat dalam keterangan persnya, Senin (25/7/2022).
Selain gempa Lombok 2018, tsunami melanda Lombok bagian selatan pada Agustus 1977. Tsunami yang dipicu gempa di Samudra Hindia melanda Pantai Kuta, sekarang Pantai Kuta Mandalika, dan Awang di Lombok Tengah. Tinggi tsunami tercatat 4,3 meter. Sementara di Labuan Haji dan Batunampar di Lombok Timur, ketinggian air masing-masing 3,2 meter dan 2 meter.
Kendaraan melewati jalur menuju tempat evakuasi sementara (TES) yang sedang dibangun oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC di Bukit Merese yang berada di zona tengah Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Pembangun TES sebagai antisipasi bencana alam, seperti gempa dan Tsunami.
Taufik mengatakan, pembangunan tempat evakuasi sementara atau temporary evacuation shelter (TES) itu termasuk ke dalam masterplan pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Semuanya merupakan salah satu syarat wajib sebuah kawasan pariwisata berstandar internasional.
Selain dampak bencana seperti tsunami dan gempa bumi, kemungkinan kecelakaan kerja, seperti kebakaran, juga harus diantisipasi. Pembangunan TES di Sirkuit Mandalika dan Bukit Merese merupakan bagian dari Mandalika Urban Tourism and Infrastructure Project (MUTIP). Proyek itu dibiayai Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Sejauh ini, sejumlah fasilitas mitigasi kebencanaan disiapkan di kawasan ini. Beberapa, di antaranya, adalah alat komunikasi penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami warning receiver system new generation (WRS NewGen) dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Selain itu, ada sirene peringatan tsunami oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah dan BMKG. Semuanya, katanya, dilengkapi dengan layanan Search and Rescue (SAR) yang merupakan sinergi bersama Badan Nasional Pencarian Pertolongan atau Badan SAR Nasional, serta patroli oleh tim keamanan pada area operasional kawasan.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Petugas membersihkan sampah yang mengotori kawasan Pantai Kuta di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (20/4/2022). Sebagai salah satu destinasi superprioritas, apalagi tujuan wisata, termasuk saat libur Lebaran nanti, kebersihan dan kepedulian terhadap sampah di kawasan Mandalika harus menjadi perhatian bersama. Tidak hanya pengelola, tetapi juga masyarakat setempat serta wisatawan.
Taufik mengatakan, pembangunan TES telah mencakup tiga titik, Bukit Masjid Nurul Bilad di zona barat Mandalika, Bukit 360 di dalam area inti Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, dan Bukit Merese di tengah Mandalika. TES di Bukit Masjid Nurul Bilad dan Bukit 360 Pertamina Mandalika Circuit telah selesai dibangun. Sementara TES di Bukit Merese saat ini pada tahap konstruksi akses jalan.
”Dalam masterplan pengembangan Mandalika, ITDC merencanakan penyebaran TES di 11 titik yang tersebar di zona barat, seperti Bukit Benjon dan Seger hingga timur kawasan seperti Gerupuk. TES dapat menampung rata-rata hingga 500 orang,” kata Taufik.
Taufik menambahkan, penetapan lokasi, perencanaan, hingga pembangunan TES sudah disiapkan matang mengikuti persyaratan dari pemerintah. Syarat itu seperti mengikuti pedoman dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu, lokasinya berada pada ketinggian lebih dari 16,3 meter dari permukaan laut serta strategis dan mudah dijangkau oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya.
”TES dibangun pada bukit-bukit yang ada di kawasan Mandalika dengan ketinggian khusus serta memiliki permukaan yang tidak curam,” kata Taufik.
Di samping itu, kata Taufik, pembangunan TES dengan jalan akses, fasilitas berteduh, serta toilet ini juga bertujuan semakin meyakinkan wisatawan dan pelaku wisata lainnya bahwa Mandalika merupakan kawasan aman.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Sejumlah wisatawan berfoto di area berfoto di luar Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (10/4/2022) siang. Meski di bulan Ramadhan, kunjungan wisatawan ke kawasan Mandalika pascagelaran MotoGP pada Maret 2022 lalu masih terlihat, baik domestik maupun mancanegara,
Kehadiran TES disambut positif pelaku usaha pariwisata di kawasan Mandalika. Ketua Mandalika Hotel Association Syamsul Bahri menyatakan sangat merasakan dampak gempa Lombok pada 2018. Oleh karena itu, kata Syamsul, kehadiran TES sangat penting bagi Mandalika sebagai destinasi superprioritas.
”Setelah dibangun, tentu perlu sosialisasi kepada pelaku wisata. Juga ditambah dengan papan-papan petunjuk menuju TES tersebut,” ujar Syamsul.
Syamsul mengatakan, para pelaku usaha wisata di Mandalika juga terus meningkatkan mitigasi kebencanaan. Baik lewat berbagai pelatihan dari pemerintah maupun pihak terkait, juga menyiapkan satuan tugas atau satgas kebencanaan sendiri.
”Di hotel saya, misalnya, ada lima orang yang disiapkan sebagai satgas kebencanaan. Jadi, mereka bertugas saat keadaan darurat. Hotel-hotel lain di kawasan Mandalika juga demikian,” kata Syamsul.