Permukiman Terdampak Gempa Cianjur di Kawasan Rawan Bencana Tinggi
Permukiman penduduk terdampak gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, berada di Kawasan Rawan Bencana gempa bumi tinggi. Ke depan, semua bangunan di Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi.
Oleh
CORNELIUS HELMY HERLAMBANG, ABDULLAH FIKRI ASHRI, MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Permukiman penduduk terdampak gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, berada di Kawasan Rawan Bencana gempa bumi tinggi. Gempa diyakini dipicu aktivitas sesar aktif. Namun, karakteristiknya belu diketahui secara pasti.
Hal itu terungkap dalam analisa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Badan Geologi terkait kejadian gempa bumi Cianjur. Disampaikan, lokasi pusat gempa berada di darat di Kabupaten Cianjur. Wilayah ini secara umum tersusun dari endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda yang mengalami pelapukan sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu, berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, kejadian ini diakibatkan aktivitas sesar aktif. Namun, karakteristik sesar aktif itu belum diketahui dengan baik.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengatakan, berkaca dari hasil analisis itu, dia meminta penduduk yang rumahnya rusak untuk mengungsi. Tujuannya, mencegah warga tertimpa reruntuhan.
Selain itu, ia meminta warga dan semua pihak di Cianjur mewaspadai bahaya ikutan (collateral hazard) lainnya. Beberapa di antaranya seperti retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.
Ke depan, Hendra berharap, semua bangunan di Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
“Kami akan mengirimkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana guna memetakan dampak gempa bumi dan memberikan rekomendasi teknis guna membantu pemerintah daerah,” kata dia.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa ini termasuk dangkal dan diduga terjadi akibat aktivitas Sesar Cimandiri. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Dia menyebut, setelah gempa utama, ada 15 kali gempa susulan hingga pukul 14.00. Magnitudo terbesar gempa susulan itu 4,0. ”Masyarakat agar menghindari bangunan retak atau rusak akibat gempa. Periksa dan pastikan tidak ada kerusakan akibat getaran gempa sebelum kembali ke dalam rumah,” katanya.