Komik ”Babad Pasirluhur Raden Kamandaka” Diluncurkan di Banyumas
Komik sejarah tentang Kamandaka dan Ciptarasa diluncurkan di Banyumas, Jawa Tengah. Diharapkan lewat komik, sejarah bisa dinikmati generasi muda.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyumas bersama Comic House Banyumas meluncurkan komik Babad Pasirluhur Raden Kamandaka jilid 1 dan jilid 2 di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022). Komik sejarah yang digarap kaum milenial ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan atau pintu masuk yang menyenangkan untuk belajar sejarah.
”Prosesnya dimulai sejak Februari dan selesai Agustus atau sekitar 7 bulan. Untuk risetnya sendiri cukup lama sekitar 2 bulan. Komik ini dikerjakan 20 orang dan yang paling muda kelas I SMP atau sekitar 13 tahun,” kata Maria Rengganis (24), konsultan dan juga instruktur Comic House Banyumas, Sabtu.
Maria Rengganis yang akrab disapa Megan ini menyampaikan, kesulitan dalam penggarapan komik kedua ini adalah minimnya informasi untuk menyelesaikan detail gambarnya.
”Kendalanya ada di kekurangan materi, misalnya saat Kamandaka melawan Pulebahas, itu senjatanya kayak apa, lalu bagian mana yang ditusuk. Detail-detail itu tidak ditulis di sejarah, jadi kami tidak tahu dan harus cari-cari lagi dan bertanya kepada Profesor Sugeng (Sugeng Priyadi), juru kunci, juga jurnal-jurnal,” kata Megan yang bersama Comic House juga pernah menerbitkan komik Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu pada Februari 2022.
Komik Babad Pasirluhur ini mengisahkan cerita tentang Putra Mahkota Pajajaran bernama Raden Banyak Catra yang melakukan pengembaraan mencari calon istri. Sang Putra Mahkota pun mengganti namanya menjadi Kamandaka dan bertemu dengan Putri dari Pasirluhur bernama Dewi Ciptarasa. Keduanya lalu menjalin cinta, tapi hubungannya tidak berjalan mulus.
Bupati Banyumas Achmad Husein menyebutkan, Desa Tamansari dipilih menjadi tempat peluncuran komik karena di sinilah dulu berlangsung sejarah tentang Babad Pasirluhur. Komik dipilih menjadi sarana memvisualkan sejarah karena untuk membaca buku-buku sejarah dirasakan terlalu berat.
”Kenapa komik, karena saya dikasih bukunya Prof Sugeng, baru baca 2 halaman itu mumet (pusing) saya, terlalu berat bagi saya, ilmiah banget. Bahasanya resmi dengan bukti-bukti penanggalan dan tahun,” kata Husein.
Sejarawan Banyumas Profesor Sugeng Priyadi menyampaikan, komik ini bisa menjadi perantara atau batu loncatan masyarakat untuk mengenal sejarah. Diharapkan, setelah membaca komik ini, orang-orang, terutama generasi muda, juga tergerak memperbanyak bacaan ke buku-buku sejarah yang lebih dalam dan ilmiah.
”Komik sebagai perantara untuk mendekati sejarah agar lebih mudah. Pasirluhur itu sudah masuk ke berita China dari Dinasti Tang pada 1700-an,” kata Sugeng yang juga dosen Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Sugeng menyampaikan, tokoh Kamandaka dalam Babad Pasirluhur adalah sosok yang ulet dan juga terbuka terhadap golongan atau kelompok lain. Salah satu buktinya ialah dia memilih istri yang berasal dari suku lain.
”Kamandaka itu ulet dan setia. Dia juga tidak terlalu kesukuan artinya dia bisa menerima istri dari suku lain. Itu artinya pikirannya terbuka atau tidak terlalu etnisitas. Dia bisa bergabung dengan kelompok lain. Kamandaka itu berasal dari Galuh (Sunda), sedangkan Ciptarasa itu berasal dari Pasirluhur (Banyumas),” kata Sugeng.
Komik ini, menurut rencana, dicetak terbatas sesuai pemesanan dan selain itu, komik ini juga akan menjadi cendera mata bagi tamu-tamu atau pejabat yang berkunjung ke Banyumas.