Komik Babad Banyumas, Ketika Sejarah Dikemas Kekinian
Anak-anak muda di Banyumas diwadahi dan didorong membuat komik sejarah. Menikmati sejarah lewat gambar terasa kian menyenangkan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
Jika biasanya sejarah diserap lewat barisan tulisan panjang di buku sejarah, kini di Banyumas, lewat kolaborasi 20 anak muda, sejarah bisa dinikmati melalui gambar warna-warni dengan wajah kekinian. Lewat komik Babad Banyumas: Adit Menyusur Lorong Waktu, kisah Joko Kaiman, bupati pertama Banyumas, terasa ringan dicerna.
Komik sejarah setebal 183 halaman ini diproduksi dalam jangka waktu kurang dari dua bulan. Tim anak-anak muda yang berasal dari berbagai sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, SMK, hingga perguruan tinggi dan juga beberapa orang lainnya sudah bekerja diseleksi dan disatukan dalam wadah Comic House yang digagas Bupati Banyumas Achmad Husein.
Mereka yang suka menggambar secara konvensional dilatih menggambar secara digital oleh Maria Rengganis (24), komikus yang dikenal lewat karyanya, The Witch’s Heart (Hati Sang Penyihir), yang dipublikasi lewat kanal Line Webtoon sejak September 2019. Megan, sapaan akrab Maria Rengganis, yang menjadi instruktur dan juga konsultan di Comic House ini merupakan putri daerah asli Banyumas yang berasal dari Desa Ciberem, Kecamatan Sumbang.
”Pikiran pertama waktu diminta garap komik Banyumas, saya langsung ’wah seru nih kayaknya’. Karena bagaimanapun sebagai komikus, enggak peduli mau latarnya apa, yang penting ini menarik atau tidak di bayangan kita, karena ini visual, bisa atau tidak kita bikin itu secara modern. Itu tantangannya dan jadi termotivasi,” kata Megan ditemui di Comic House di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (12/2/2022).
Bekerja sama di dalam tim, anak-anak muda ini memiliki tugas atau peran masing-masing, antara lain script team, line art artist, storyboard artist, dan juga colorist. Dalam proses riset pembuatan komik, mereka ini membaca sejumlah buku, wawancara beberapa tokoh masyarakat, juga berkunjung ke kawasan Kota Lama Banyumas. ”Kalau enggak ikut Comic House ini, saya mungkin enggak pernah ke sana,” kata Verena V Quinn (14), salah satu line art artist di komik Babad Banyumas ini.
Quinn yang kini kelas IX SMP Susteran Purwokerto memang suka menggambar karakter animasi Jepang dan Disney, tapi baru kali ini membuat komik bersama-sama. Selain bisa menyalurkan bakat, di Comic House ia juga belajar bekerja di dalam tim. ”Dari ikut ini saya jadi belajar banyak mulai dari sejarah dan banyak belajar dari teman-teman yang lebih tua,” ujarnya.
Bagi Desta Suryanto (17), siswa kelas XI SMA Negeri 3 Purwokerto, kelahiran Purwokerto, tetapi besar di Bekasi dan baru pindah ke Purwokerto setahun terakhir, menggarap komik sejarah banyumasan menjadi kesempatannya untuk mengenal dan menggali sejarah kampung halamannya. ”Sebenarnya saya suka sejarah, umumnya sejarah Indonesia, tapi karena di sini saya ikut forum anak dan bertemu dengan teman yang suka cerita sejarah tentang Baturraden, Desa Teluk, dan Andhang, saya jadi tertarik dengan cerita Banyumas,” tuturnya.
Baik Quinn maupun Desta, mereka mengagumi sosok Joko Kaiman karena gagah, tegas, pintar, serta baik hati. ”Paling berkesan itu Joko Kaiman. Pas saya garap, ternyata dia orangnya patuh. Oh iya, di buku ini ada karakter tambahan yang kami buat, namanya Adit. Dia nakal, pokoknya saya bikin anak zaman sekarang banget. Nah, ketika ketemu Joko Kaiman yang orangnya patuh, tegas, bertanggung jawab, ramah, juga penyabar dan tidak kemaruk atau serakah karena dia membagi-bagi daerahnya, si Adit jadi terpengaruh baik,” kata Desta.
Komik yang terdiri atas 8 episode ini diawali prolog ”Pintu Bercahaya”. Tim menyajikan kondisi kekinian di mana terdapat anggapan umum di kalangan anak muda bahwa sejarah itu membosankan. Sosok Adit kecil di awal komik digambarkan sedang terkantuk-kantuk mendengarkan kakeknya bercerita tentang sejarah Banyumas. Kemudian, waktu melompat 10 tahun di mana Adit tumbuh menjadi remaja SMA.
Sosok Adit yang suka rebahan dan bolos sekolah pun mewarnai kisah awal komik ini. Lalu, pada suatu kesempatan, sang guru sejarah mengajak para muridnya berkunjung ke Pendopo Si Panji di sekitar Alun-alun Purwokerto. Di sana, Adit, yang semula kurang antusias, tertarik pada pintu kayu penuh ukiran indah.
Blasttt… pintu itu lalu terbuka dan penuh cahaya dan Adit malah tersedot ke lorong waktu ke masa lalu. Ia menjelma menjadi Salam, pemuda desa yang menjadi sahabat dekat dari Joko Kaiman yang punya nama kecil sebagai Bagus Mangun.
Dari sanalah, bersama Adit, kisah Joko Kaiman mulai bergulir, mulai dari mengabdi di Kadipaten Wirasaba, menjadi menantu sang adipati Wirasaba, menerima keris Gajah Endra, memenuhi panggilan dari Kesultanan Pajang, hingga akhirnya mendirikan Kadipaten Banyumas.
Menurut Bupati Banyumas Achmad Husein, Raden Joko Kaiman adalah sosok yang berani mengambil risiko, tidak mementingkan diri sendiri, rela berkorban, pejuang pembangunan yang tangguh, serta selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan. Salah satu tindakan Joko Kaiman yang tidak mementingkan dirinya sendiri adalah ketika dia membagi empat wilayah kekuasannya untuk dibagikan kepada saudara-saudaranya. Oleh karena itu, Joko Kaiman juga dikenal sebagai Adipati Mrapat, yaitu adipati yang membagi kekuasaan menjadi empat wilayah.
Keempat wilayah itu adalah wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda, wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma, wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya, dan wilayah Kejawar dikuasi oleh dirinya sendiri.
Setelah sukses menggarap komik perdananya, tim Comic House juga sedang menyiapkan komik yang berkisah tentang tokoh Kamandaka. Komik Babad Banyumas ini saat ini dijual secara terbatas melalui pemesanan dan sebagian lagi akan menjadi suvenir yang diberikan kepada pejabat-pejabat yang berkunjung ke Banyumas.
”Ada dua pejabat yang sudah menerima komik ini, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan. Mereka menyambut baik komik ini,” kata Koordinator Comic House Muhammad Meizar Bramantyo.
Tahun 2022 ini Banyumas merayakan hari jadi ke-451 pada 22 Februari. Sejumlah harapan pun disampaikan oleh anak-anak muda. ”Semoga Banyumas kian menjadi kota yang lebih ksatria. Bisa mengangkat potensi-potensi anak-anak muda di zaman sekarang. Harapannya Banyumas bisa mendukung anak-anak muda dalam berkarya,” kata Desta.
Senada dengan Desta, Megan berharap Banyumas bisa lebih terbuka sehingga bisa menjadi kabupaten yang maju di tengah perubahan zaman. ”Banyumas, kan, masih berkembang, ya, jadi aku harap ke depannya lebih open minded. Kedua, karya anak-anak muda itu sebaiknya didukung. Jangan malah mungkin dijatuhkan, ah lebih baik begini, lebih baik begitu. Coba lihat dari sudut pandang yang berbeda,” paparnya.