Dua Orang Tertimbun Longsor di Gunungkidul, Petugas Lakukan Pencarian
Bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/11/2022) dini hari. Akibat peristiwa tersebut, sejumlah rumah rusak dan dua warga dilaporkan tertimbun material longsor.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Bencana tanah longsor terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/11/2022) dini hari. Akibat peristiwa tersebut, sejumlah rumah rusak dan dua orang warga dilaporkan tertimbun material longsor. Hingga Sabtu sore, petugas gabungan sejumlah instansi masih mencari dua korban itu.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Blembem, Desa Candirejo, Kecamatan Semin, Gunungkidul. Peristiwa tanah longsor itu terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah Gunungkidul sejak Jumat (18/11/2022) sore. Dua warga yang dilaporkan tertimbun longsor tersebut berasal dari satu keluarga.
”Kami mendapat laporan telah terjadi bencana tanah longsor yang mengakibatkan beberapa rumah tertimbun longsor dan dua warga dilaporkan tertimbun longsor,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Yogyakarta Kamal Riswandi, melalui keterangan tertulis, Sabtu sore.
Setelah mendapatkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Basarnas Yogyakarta langsung memberangkatkan tim rescue (penyelamat) untuk membantu pencarian dua korban yang tertimbun di longsor. Tim itu diberangkatkan dari Pos Basarnas Gunungkidul, ditambah personel dari kantor Basarnas Yogyakarta.
”Tim yang diberangkatkan akan berkordinasi dengan BPBD Gunungkidul dan stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya yang ada di Gunungkidul dan akan mendirikan posko SAR Gabungan,” tutur Kamal.
Dalam operasi pencarian yang dilakukan Sabtu ini, tim dibagi menjadi dua search and rescue unit (SRU). Para petugas yang tergabung dalam SRU 1 melakukan pencarian dengan penyemprotan air serta peralatan sederhana seperti sekop dan cangkul.
Sementara itu, SRU 2 melakukan pencarian menggunakan alat bernama landslide search stick. Alat tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan korban yang tertimbun dalam tanah atau reruntuhan bangunan.
”Menurut rencana, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul juga akan mendatangkan alat berat untuk membantu proses pencarian,” ujar Kamal.
Hingga Sabtu sekitar pukul 15.30, pencarian yang dilakukan tim gabungan itu belum berhasil menemukan korban. ”Kami berharap hari ini cuaca bagus sehingga proses pencarian dua korban dapat kita maksimalkan. Namun, jika nanti di lokasi diguyur hujan, pencarian akan dihentikan mengingat tanah dilokasi masih labil dan sangat membahayakan Tim SAR Gabungan,” ungkap Kamal.
Sungai Progo
Selain kejadian tanah longsor di Gunungkidul, hujan deras juga menyebabkan penambahan debit air Sungai Progo yang melintasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Akibat penambahan debit air itu, sejumlah orang terjebak di Sungai Progo di wilayah Kabupaten Kulon Progo, DIY. Sedikitnya ada tiga laporan yang diterima Basarnas Yogyakarta terkait kejadian di Sungai Progo.
Laporan pertama adalah adanya tiga pemancing yang terjebak di Sungai Progo. Pada Sabtu pukul 01.27, petugas Basarnas Yogyakarta mendapat laporan adanya tiga pemancing yang terjebak di tengah Sungai Progo, tepatnya di Desa Ngentakrejo, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo.
”Kronologi yang kami terima, tiga orang itu memancing di Sungai Progo hingga ke tengah sungai pada saat air surut. Namun, ketika hujan deras, air semakin naik hingga menutup akses jalan dan tiga orang tersebut tidak bisa kembali ke pinggir sungai,” papar Kamal.
Sesudah mendapat laporan, Basarnas Yogyakarta kemudian mengirim satu tim rescue yang dilengkapi peralatan water rescue (penyelamatan di air). Pada Sabtu pukul 02.30, tiga pemancing itu bisa dievakuasi dengan selamat.
Laporan kedua adalah adanya tiga penjaga ekskavator yang terjebak di Sungai Progo di Desa Ngentakrejo. Pada Jumat malam, ketiga orang itu berangkat ke lokasi tambang pasir di Sungai Progo untuk menjaga ekskavator. Namun, pada Jumat malam itu, hujan deras turun sehingga akses jalan menuju ke pinggir sungai tak bisa dilewati.
Pada Sabtu pagi, petugas Basarnas Yogyakarta kemudian mendatangi lokasi dengan membawa perahu karet dan peralatan water rescue. Setelah itu, dua penjaga ekskavator akhirnya bisa dievakuasi. Sementara itu, satu orang lain memilih tetap di lokasi untuk menjaga ekskavator.
Basarnas Yogyakarta menyampaikan imbauan kepada seluruh masyarakat yang beraktivitas di sekitar sungai harus berhati-hati mengingat curah hujan masih sangat tinggi. Lebih baik jangan dulu beraktivitas di sekitaran sungai. (Anjasmoro)
Adapun laporan ketiga berkaitan dengan seorang pemancing yang terjebak di Sungai Progo di wilayah Desa Brosot, Kecamatan Galur, Kulon Progo. Komandan Tim Basarnas Yogyakarta, Anjasmoro, mengatakan, satu pemancing itu datang ke Sungai Progo pada Jumat malam untuk memancing dan menjala ikan.
”Korban menuju ke warung di daratan di tengah Sungai Progo untuk memancing dan menjala. Namun, pada Sabtu pukul 01.00, Sungai Progo debit airnya meningkat dan deras sehingga menerjang warung itu hingga ambruk,” ujar Anjasmoro.
Setelah kejadian itu, korban tidak bisa kembali ke pinggir sungai sehingga dia akhirnya bertahan di tengah Sungai Progo. Sang pemancing itu akhirnya berhasil dievakuasi oleh petugas Basarnas Yogyakarta yang datang ke lokasi.
”Basarnas Yogyakarta menyampaikan imbauan kepada seluruh masyarakat yang beraktivitas di sekitar sungai harus berhati-hati mengingat curah hujan masih sangat tinggi. Lebih baik jangan dulu beraktivitas di sekitaran sungai,” ungkap Anjasmoro.