Tekan Inflasi, Pemprov Papua Siapkan Sentra Produksi Cabai di Keerom
Pemprov Papua menyiapkan sentra produksi cabai di Kabupaten Keerom. Upaya tersebut untuk mencegah laju inflasi yang sering kali dipicu kenaikan harga cabai karena minimnya pasokan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Untuk menekan laju inflasi, Pemerintah Provinsi Papua menyiapkan sentra produksi cabai di dua distrik atau kecamatan di Kabupaten Keerom. Luas areal untuk penanaman cabai itu mencapai 30 hektar.
Sekretaris Daerah Papua Ridwan Rumasukun secara langsung melakukan penanaman bibit cabai di Kampung Yanamaa, Kabupaten Keerom, Selasa (15/11/2022). Kegiatan itu turut dihadiri beberapa pihak terkait, misalnya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua serta pejabat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom.
Ridwan mengatakan, kegiatan penyediaan cabai berperan penting untuk menekan laju inflasi di Papua. Sebab, cabai termasuk salah satu komoditas yang selalu memicu inflasi di Papua ketika terjadi kenaikan harga.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Papua, lokasi penanaman cabai di Keerom tersebar di Distrik Arso dan Distrik Skanto. Luas tanam cabai di dua distrik tersebut mencapai 30 hektar.
Total sebanyak 36 kelompok tani terlibat penanaman cabai. Kelompok-kelompok tani itu tersebar di empat kampung yang berada di dua distrik tersebut. Adapun setiap kelompok terdiri atas lima hingga enam petani cabai.
”Pencanangan sentra cabai sebagai salah satu upaya untuk penanganan inflasi sesuai dengan arahan dari Kementerian Dalam Negeri. Papua sebagai provinsi induk dari tiga provinsi lainnya yang baru dimekarkan harus juga memiliki kawasan sentra pertanian,” kata Ridwan.
Ridwan menambahkan, luas lahan pertanian yang akan dikembangkan di Kabupaten Keerom ditargetkan mencapai 200 hektar. Lahan tersebut tidak hanya dipakai untuk menanam cabai, tetapi juga membudidayakan tanaman lain, misalnya tomat dan bawang merah.
”Kami telah bekerja sama dengan Pemkab Keerom untuk penyediaan lahan seluas 200 hektar. Ini agar Papua memiliki sentra produksi beberapa komoditas, seperti tomat, bawang merah, dan cabai,” tambahnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Papua, Salomon Telenggen, memaparkan, budidaya cabai membutuhkan waktu sekitar dua bulan sebelum siap dipanen. Dia menyebut, cabai yang dibudidayakan di sentra produksi di Keerom itu akan dipasarkan ke Jayapura, ibu kota Provinsi Papua, serta ke Wamena, ibu kota Provinsi Papua Pegunungan.
”Kami akan mendampingi para petani dalam proses penanaman hingga panen. Kami membantu para petani dengan penyediaan alat kerja, bibit cabai, hingga pupuk,” papar Salomon.
Pencanangan sentra cabai sebagai salah satu upaya untuk penanganan inflasi sesuai dengan arahan dari Kementerian Dalam Negeri. (Sekretaris Daerah Papua Ridwan Rumasukun)
Sementara itu, Wakil Bupati Keerom Wahfir Kosasih menyambut baik pembukaan sentra pertanian di wilayahnya. Sebab, Keerom berpotensi menjadi pusat distributor komoditas pertanian ke beberapa provinsi yang baru dimekarkan dari Papua.
”Kami sangat senang karena kebijakan ini untuk memberdayakan petani setempat. Keerom memiliki potensi lahan pertanian yang sangat luas dan bisa dimanfaatkan,” kata Wahfir.
Kepala Seksi Bahan Pokok dan Barang Penting Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Tenaga Kerja Provinsi Papua Baji Idrus mengungkapkan, cabai merupakan komoditas pertanian dengan lonjakan harga paling tinggi selama lima tahun terakhir. Harga tertinggi cabai pernah mencapai Rp 150.000 per kilogram.
Baji mengakui, Papua belum memiliki sentra produksi cabai yang mampu memenuhi kebutuhan cabai di seluruh wilayah provinsi tersebut. Apabila terjadi defisit stok cabai karena gagal panen, Pemprov Papua biasanya mendatangkan komoditas ini dari daerah lain, seperti Makassar, Sulawesi Selatan.
”Sentra cabai di Papua, yakni Merauke, dan Manokwari di Papua Barat hanya mampu memproduksi 5 ton cabai. Sementara kebutuhan cabai di Papua mencapai 12 ton per bulan,” ungkap Baji.