Mimpi Marsani Naik Kereta Api Akhirnya Terwujud
Mulai dibangun pada 2014 dengan nilai investasi Rp 8,5 triliun, kereta api Makassar-Parepare diuji coba. Walau baru sebagian jalur yang sudah rampung, warga sangat antusias mencoba KA pertama di Pulau Sulawesi ini.
Sejak kecil hingga usianya menginjak 55 tahun, naik kereta api bagi Marsani adalah mimpi. Tinggal di Kelurahan Mangempang, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, kereta api baginya adalah gambar bergerak yang hanya bisa disaksikan di layar televisi.
Ya, bagi Marsani dan banyak warga lainnya, kereta api adalah barang mewah yang hanya bisa dinikmati jika melancong ke Pulau Jawa. Sebagai keluarga petani sederhana, mimpi naik kereta api ini sudah dia kubur sejak lama.
Namun, alih-alih bersusah payah ke Pulau Jawa untuk naik kereta, stasiun kereta api justru berdiri di atas lahan 6,3 hektar tak jauh dari rumahnya. Maka, ketika Sabtu,(29/10/2022), lalu Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel menguji coba kereta api rute Barru-Pangkep dan mengizinkan warga naik secara gratis, dia gembira betul.
“Saya ajak anak dan cucu untuk ikut naik kereta. Kami bersepuluh. Saya bahagia sekali dan sangat gembira. Kami menikmati perjalanan. Akhirnya, yang selama ini saya kira hanya mimpi, bisa terwujud. Tidak pernah terpikir akan ada stasiun di dekat rumah dan bahkan saya bisa naik kereta api gratis,” katanya, saat ditemui di Stasiun Mangilu, Kabupaten Pangkep, Rabu (9/11/2022) siang.
Marsani berangkat dari Stasiun Garongkong, Barru, sekitar pukul 11.00 Wita dan tiba di Mangilu sebelum pukul 13.00. Perjalanan kereta uji coba ini melalui rute sepanjang 60 kilometer dengan waktu tempuh kurang dari dua jam.
Senyum sumringah tampak pula pada wajah-wajah penumpang yang turun dari kereta. Di antara penumpang tersebut ada Masniah, Kepala Sekolah SMPN 11 Barru. Dia berangkat bersama siswa dan guru berjumlah sekitar 70 orang. Beberapa guru juga membawa serta anak mereka.
Baca juga: Rampung 2022, Nilai Manfaat Sosial KA Makassar-Parepare Rp 2,51 Triliun
“Siswa kami ingin sekali naik kereta, tapi jauh lebih ingin guru-gurunya. Maka, kami atur waktu dan melapor ke pihak kereta api. Senang sekali. Tak menyangka bisa naik kereta dari Barru. Ini seperti mimpi saja,” katanya.
Kereta api (KA) yang dinaiki Marsani, Masniah, dan ratusan warga lainnya itu adalah bagian dari KA Trans-Sulawesi rute Makassar-Parepare. Proyek pembangunan jalur sepanjang 146 kilometer itu dimulai sejak 12 Agustus 2014. Proyek ini didanai skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) sebesar Rp 8,5 triliun.
Sejak dioperasikan secara terbatas pada 29 Oktober lalu, pihak BPKA Sulsel menyiapkan dua kali pemberangkatan setiap hari. Berangkat dari Stasiun Garongkong, kereta api berhenti di Stasiun Mangilu. Selanjutnya, dari Mangilu, kereta kembali ke Barru. Selama lebih sepekan, perjalanan uji coba ini tak pernah sepi.
Begitu antusiasnya warga, setiap hari kuota 100 kursi selalu terisi penuh. Tidak sedikit di antara warga yang sekadar ikut perjalanan pergi-pulang hanya untuk menikmati pengalaman berkereta. Tanpa tujuan atau kepentingan apa pun, tiba di stasiun tujuan mereka kembali menunggu perjalanan kembali ke stasiun pemberangkatan.
Kepala BPKA Sulsel Andi Amana Gappa mengatakan, jika hingga November ini warga baru bisa menikmati kereta dengan rute sepanjang 60 kilometer, maka pada Desember rutenya bertambah panjang menjadi 80 kilometer. Saat ini pekerjaan rute Pangkep-Maros sedang digenjot. Targetnya, akhir tahun nanti jadwal pemberangkatan menjadi empat kali.
Selama tiga tahun itu harga tiket hanya sekitar Rp 5.000 atau paling mahal Rp 10.000 sekali jalan.
“Kami optimistis bisa selesai tepat waktu. Sekarang ini hambatannya pada cuaca saja. Semoga tidak terlalu buruk supaya pekerjaan lancar. Setelah tersambung dan uji coba gratis selesai, ada kontrak perjalanan perintis selama tiga tahun. Selama tiga tahun itu harga tiket hanya sekitar Rp 5.000 atau paling mahal Rp 10.000 sekali jalan,” katanya.
Pembangunan tahap awal jalur kereta api Trans-Sulawesi ini menghubungkan Makassar-Parepare sejauh sekitar 146 kilometer. Dari Makassar ke Parepare, rel melintasi Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru. Setidaknya ada 14 stasiun pemberhentian.
Namun, saat ini yang sudah benar-benar tersambung adalah Pangkep ke Stasiun Garongkong sepanjang 60 kilometer. Dari Pangkep ke Stasiun Mandai, Maros, tersisa sekitar 20 kilometer lagi. Adapun Stasiun Garongkong ke Stasiun Palanro di perbatasan Barru-Parepare sepanjang 30 kilometer jalur dijadwalkan tuntas tahun depan dan dioperasikan 2024.
Total jarak Maros-Palanro nantinya 110 kilometer. Dari Palanro ke Parepare, jalur rel tersisa yang harus diselesaikan sepanjang 20-25 kilometer. Saat ini, pembangunan di titik ini masih dalam tahap pematangan rencana mengingat jalurnya melewati pegunungan. “Masih dirumuskan formula yang tepat apakah membuat terowongan menembus gunung atau menggunakan cara lain," ujar Amana.
Untuk sementara, dia melanjutkan, jika jalur sudah tersambung ke Palanro, akan disiapkan bus yang menyambung perjalanan penumpang ke Parepare. Biaya bus itu nantinya sudah termasuk layanan kereta, artinya penumpang tidak perlu membayar lagi.
Baca juga: Pemprov Sulsel Segera Tuntaskan Sisa Lahan Jalur KA Makassar-Parepare
Adapun jalur dari Maros ke Makassar saat ini masih dalam pembahasan. Ini karena Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto meminta jalur kereta yang melintasi Makassar dibangun secara elevated atau melayang. Alasannya, untuk mencegah banjir.
“Rel di bawah akan menutup jalur air dan bisa menyebabkan banjir. Saya paham soal pentingnya proyek ini, tapi saya juga harus melindungi warga saya dari ancaman banjir. Makanya, saya minta rel yang elevated,” kata Ramdhan.
Kereta api Makassar-Parepare nantinya perpaduan angkutan barang dan orang. Ada beberapa industri, di antaranya dua perusahaan semen, yang dilintasi jalur kereta. Selain itu, sepanjang Makassar-Parepare terdapat sejumlah destinasi wisata, termasuk kawasan karst Maros-Pangkep.
Jalur kereta ini melewati persawahan dengan pemandangan perbukitan kapur dan pegunungan menghijau. Stasiun-stasiun sepanjang perjalanan pun dibangun dengan konsep yang lebih modern dengan desai lantai dua umumnya berdinding terbuka. Luas kawasan stasiun bervariasi, mulai 1,4 hektar hingga lebih dari enam hektar. Dari stasiun saja penumpang bisa menikmati pemandangan alam.
“Kami merencanakan konsep di lantai dua stasiun sebagian menjadi kafe yang mungkin nanti dilengkapi pertunjukan musik. Harapan kami, selain terjadi perubahan pola kebiasaan dari kendaraan bermotor ke kereta, juga menghidupkan dan memudahkan orang ke tempat wisata,” kata Amana.
Saya masih bisa melanjutkan warung makan dengan berharap pembeli dari penumpang.
Dia berharap pemerintah kabupaten melengkapi sarana dan fasilitas yang memudahkan orang ke tempat wisata, di antaranya kendaraan pengumpan dari stasiun ke obyek wisata. Hal ini karena stasiun sudah dibuat lebih dekat ke obyek wisata.
Di sekitar stasiun dan jalur perlintasan kereta, warga sudah bersiap menyambut perubahan. Ada harapan bahwa saat kereta api sudah berjalan penuh, ada imbas ke sektor ekonomi. Saat tahap pembangunan pun sudah banyak warung-warung makan dan kios yang menikmati peningkatan omzet. Bahkan, harga tanah menjadi mahal.
“Dulu saya buka warung makan di kampung, tapi pembeli seadanya. Sejak ada proyek (pembangunan jalur KA), jualan saya jadi ramai. Kadang saya terima pesanan makan pekerja proyek. Sekarang, stasiun dan rel di sini sudah selesai, tapi saya masih bisa melanjutkan warung makan dengan berharap pembeli dari penumpang,” kata Badriyah (45), pemilik warung makan di Stasiun Mangilu.
Pardiansyah (30), warga lainnya, mengatakan, sejak pembangunan jalur kereta, harga tanah di kampungnya sontak naik. Sebelum itu, banyak warga menjual murah tanahnya. Kini, tawaran seharga Rp 200.000 per meter pun mereka enggan.
“Dulu di sini tanah tidak ada harganya. Kadang sepetak luas hanya dijual Rp 10 juta. Sekarang tidak lagi. Warga menahan tanahnya. Banyak yang berpikir bikin usaha,” katanya.
Pembukaan jalur kereta api Makassar-Parepare nyatanya bukan sekadar mewujudkan mimpi warga untuk naik kereta. Lebih dari itu ada harapan geliat ekonomi yang selama ini hanya milik warga di sekitar jalan poros, bisa meluas ke perkampungan yang dulu tak pernah dilirik.
Lihat juga: Kereta Api Makassar-Parepare Akan Beroperasi Tahun Ini