Radius Pencarian Korban Kapal Terbakar Diperluas hingga 63 Mil Laut
Radius pencarian diperluas dengan mempertimbangkan pergerakan arus laut. Keluarga korban berharap semua yang hilang ditemukan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Tim pencarian dan pertolongan atau SAR meluaskan radius pencairan korban hilang akibat terbakarnya kapal Express Cantika 77 di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Di tengah tantangan cuaca buruk hingga kondisi jenazah di perairan, keluarga korban masih berharap mereka yang hilang bisa segera ditemukan.
Sebelumnya, kapal feri cepat Express Cantika 77 yang dinakhodai Edwin Pareda terbakar saat berlayar dari Pelabuhan Tenau, Kupang, menuju Pelabuhan Kalabahi, Kabupaten Alor, Senin (24/10/2022). Titik kebakaran itu sekitar 48 mil laut (88,9 kilometer) dari Pelabuhan Tenau atau berada di depan pesisir Desa Naikliu, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang.
Pada hari keenam pencarian, Sabtu (29/10/2020), jangkauan jelajah tim ditambah. Dari 10 mil laut atau 18, 52 km menjadi 63 mil laut atau 116, 7 km dari titik kejadian.
”Perluasan radius pencarian dilakukan mempertimbangkan pergerakan arus laut,” kata Kepala Seksi Operasi dan Kedaruratan Kantor SAR Kupang Saidar R Jaya, pada Sabtu malam.
Pencarian kali ini juga melibatkan lebih banyak armada. Selain Kapal Negara Antareja dan perahu karet milik Basarnas, juga ada perahu motor milik warga setempat.
Beberapa kerabat dan keluarga korban ikut dalam pencarian tersebut. Pencairan pada hari keenam berakhir nihil dan akan dilanjutkan kembali pada hari ketujuh. ”Setelah hari ketujuh akan dievaluasi apakah dilanjutkan atau dihentikan sambil melihat perkembangan,” ujar Saidar.
Meski demikian, ia tidak memungkiri peluang ditemukannya korban meninggal semakin kecil. Hal ini mengingat pada hari keempat jasad korban mulai tenggelam ke dasar laut. Tidak tertutup kemungkinan korban terdampar ke pesisir pantai.
Sejauh ini, dari hasil sinkronisasi data tim SAR dan sejumlah instansi terkait, 17 orang masih hilang, 330 selamat, dan 20 lainnya meninggal. Jumlah itu berbeda dengan manifes yang menyebutkan kapal hanya mengangkut 167 penumpang dan 10 awak kapal.
Selain jenazah yang besar kemungkinan tenggelam, gelombang tinggi di Laut Sawu juga menjadi tantangan pencarian lainnya. Hingga 1 November, tinggi gelombang bisa mencapai 2,5 meter. ”Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali lipat dari perkiraan,” tulis Dyah Safitri Maharani, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Maritim Tenau Kupang.
Tantangan ini disadari keluarga korban. Guneks (32), salah satu keluarga korban, memahami pencarian bakal menghadapi kendala cuaca hingga biaya. Fisik tim SAR juga bakal terkuras. Atas segala pengabdian itu, dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pencarian.
Akan tetapi, dia tetap berharap pencarian bisa dilakukan selama 14 hari atau sama dengan standar pencarian lainnya. Dengan jangka waktu itu, ia berharap korban bisa ditemukan, apa pun kondisinya.