Aceh Ajukan Klaim Asuransi Rp 1,8 Miliar untuk Petani Korban Banjir
Banjir menjadi momok menakutkan bagi petani sawah di Aceh Utara. Lahan sawah kerap gagal panen saat digenangi banjir. Pada Oktober 2022, sawah yang gagal panen mencapai 3.611 hektar.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan Pemerintah Provinsi Aceh mengajukan klaim asuransi terhadap sawah gagal panen akibat banjir awal Oktober lalu. Besaran klaim asuransi untuk 314 hektar sebesar Rp 1,8 miliar lebih. Namun, tidak semua sawah mendapatkan klaim asuransi.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Aceh Utara Erwandi dihubungi pada Rabu (26/10/2022) menuturkan, daftar calon penerima asuransi telah dikirimkan kepada Jasindo, perusahaan asuransi milik negara. Tim dari Jasindo akan turun ke lapangan untuk verifikasi kevalidan data penerima.
”Besaran asuransi yang dibayar Rp 6 juta per hektar. Pembayaran akan ditransfer ke rekening kelompok tani,” kata Erwandi.
Erwandi mengatakan, sebenarnya luas lahan sawah yang tergenang banjir mencapai 6.776 hektar tersebar di 18 kecamatan. Dari luasan yang tergenang, 3.611 hektar gagal panen. Sawah yang gagal panen itu 2.085 hektar telah ditanam dan 1.526 hektar masih dalam persemaian.
Erwandi mengatakan, di Aceh Utara tidak semua sawah masuk dalam program asuransi pertanian. Dari total luas sawah di Aceh Utara 46.000 hektar, yang masuk dalam program asuransi pertanian hanya 1.000 hektar.
”Dari 1.000 hektar yang masuk dalam program asuransi, yang terdampak banjir awal bulan lalu hanya 413 hektar. Sebenarnya sawah yang terdampak banjir sangat luas, tetapi lokasinya tidak masuk dalam daftar 1.000 hektar tersebut,” kata Erwandi.
Erwandi mengatakan, pembayaran klaim asuransi sedang menunggu verifikasi tim Jasindo. Dia berharap pada November 2022 petani telah menerima pembayaran klaim asuransi.
Banjir menjadi momok menakutkan bagi petani sawah di Aceh Utara. Lahan sawah kerap gagal panen saat digenangi banjir. Pada Oktober 2022, sawah yang gagal panen mencapai 3.611 hektar. Jika potensi panen per hektar 5,7 ton, Aceh Utara telah kehilangan potensi produksi padi 20.582 ton. Jika dihitung dengan nilai uang 1 kilogram Rp 5.600, potensi kehilangan pendapatan Rp 115,263 miliar.
Kepala Desa Meuria Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Bukhari, mengatakan, sawah di desanya tidak masuk dalam 1.000 hektar program asuransi sehingga setiap kegagalan panen karena banjir tidak pernah mendapatkan klaim asuransi.
”Padahal, desa kami paling rawan banjir. Setahun bisa dua sampai tiga kali banjir. Tahun ini kebetulan sedang tidak masa tanam, tetapi tahun-tahun sebelumnya banyak yang gagal panen,” kata Bukhari.
Dia berharap sawah yang berada di desanya masuk dalam program asuransi. ”Kami belum pernah mendapatkan klaim asuransi,” kata Bukhari.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh Cut Huzaimah menyebutkan, sawah yang diajukan klaim asuransi preminya ditanggung oleh Pemprov Aceh melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).
Sementara terhadap sawah yang tidak masuk dalam klaim asuransi akan dibantu benih dan pupuk. ”Pemerintah Aceh menyalurkan bantuan benih sebanyak 82,4 ton benih untuk 3.297 hektar,” kata Cut.
Sebelumnya, Ketua Prodi Magister Agroekoteknologi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Laila Nazirah Nazirah, menuturkan, petani di Aceh Utara berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Mereka terus menjadi korban dampak banjir.
Gagal panen tidak hanya membuat petani kehilangan pendapatan, tetapi juga kehilangan pengharapan untuk meningkatkan kesejahteraan. ”Kini jangankan untung, malah mereka buntung,” ujar Laila.
Laila merasa kasihan menyaksikan nasib petani Aceh Utara yang bertubi-tubi menjadi korban banjir. Menurut Laila, pemerintah harus mencari solusi jangka panjang agar nasib petani terselamatkan.
”Selain mitigasi banjir, perlu juga dipikirkan penggunaan varietas yang lebih tahan terhadap banjir. Petani juga harusnya dibantu pupuk dan benih,” kata Laila.
Laila menambahkan, tahun ini telah dua kali Aceh Utara dilanda banjir besar. Laila khawatir banjir susulan akan melanda mengingat saat ini baru masuk musim hujan.