Spirit KAA dari Bandung untuk Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia
Konferensi Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan yang melanda kemanusiaan dalam dinamika global. Forum ini dibentuk inklusif sehingga bisa diikuti negara lainnya.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Spirit Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa Barat, diharapkan bisa memberikan semangat kebersamaan antarnegara dalam Konferensi Internasional Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Tidak hanya mendekatkan hubungan antarnegara peserta, acara ini juga menjadi respons bersama terhadap berbagai masalah yang melanda dunia, mulai dari pandemi, perubahan iklim, konflik, hingga transformasi digital.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo membuka konferensi internasional ini di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (25/10/2022). Konferensi yang diikuti 15 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ini akan melahirkan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat dunia yang berisi lembaga-lembaga sejenis MPR RI di negara lain.
Peserta berasal dari Indonesia, Arab Saudi, Maroko, Mesir, Pakistan, dan Palestina. Ada juga Malaysia, Aljazair, Bahrain, Mozambik, Yaman, Turki, Iran, Irak, dan Jordania.
Selain itu, hadir pula dua perwakilan organisasi internasional lainnya, yakni Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI (PUIC) dan Liga Muslim Dunia.
Bambang menyatakan, Indonesia mengusulkan nama Forum for World Consultative Assembly(Majelis Permusyawaratan Dunia). ”MPR RI berinisiatif menghadirkan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, atau nama sejenis lainnya yang belum terwadahi eksistensinya,” ujar Bambang dalam pembukaan.
Bambang mengatakan, bukan tanpa alasan Bandung menjadi kota untuk konferensi tersebut. Ibu kota Jabar ini merupakan kota bersejarah di dunia karena menjadi tempat penyelenggaraan KAA tahun 1955.
Untuk menambah rasa bersejarah, delegasi bahkan melakukan historical walk sekitar pukul 09.30. Mereka berjalan bersama dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka yang berjarak kurang lebih 200 meter itu.
”Spirit Bandung telah berhasil menumbuhkan solidaritas dan berhasil menggalang persatuan dan kerja sama negara-negara di Asia dan Afrika. Hal ini mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional,” ujarnya.
Menurut Bambang, kerja sama ini juga diharapkan hadir dalam interaksi antarlembaga. Solidaritas ini bisa menghasilkan rekomendasi strategis yang bisa ditindaklanjuti sesuai fungsi lembaga tersebut.
Apalagi, saat ini dunia dihadapkan pada berbagai masalah. Bambang memaparkan, tidak hanya pandemi Covid-19, dunia juga menghadapi perubahan iklim, transformasi digital, hingga perang terbuka antara Rusia dan Ukraina, yang memberikan masalah global.
Karena itu, Bambang berharap kerja sama antarlembaga dalam organisasi internasional ini diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan dan global. Terciptanya perdamaian, peradaban, dan keamanan bisa dilakukan dengan memaksimalkan peran parlemen di dalam forum.
Apalagi, OKI merupakan organisasi negara-negara Islam yang memiliki potensi besar. Bambang menyebut, pada tahun 2022, populasi umat Islam mencapai 2 miliar jiwa dan tersebar di 200 negara. Jumlah ini setara dengan 25 persen populasi global.
”Ini merupakan potensi besar bagi negara-negara anggota OKI. Dengan akumulasi potensi ekonomi, politik, parlemennya diharapkan mampu mengambil peran secara kolektif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, hingga mengatasi krisis iklim global,” ujarnya.
Inklusif
Meskipun didirikan para anggota OKI, forum ini tidak hanya untuk negara Islam. Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah memaparkan, semua negara yang memiliki lembaga serupa bisa bergabung di dalam Forum Majelis Permusyawaratan tersebut.
”Forum ini tidak hanya eksklusif untuk negara OKI. Ini inklusif sehingga bisa dari negara mana saja. Lembaga-lembaga serupa juga ditemui di Panama, Bulgaria, Kuba, Tiongkok, hingga Korea Selatan,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal PUIC Mouhamed Khouraichi Niass dalam sambutannya mengapresiasi upaya Indonesia untuk membentuk forum Majelis Permusyawaratan Dunia ini. Dia pun menyatakan PUIC siap bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik.
”Kami siap menempatkan semua keahlian dan kemampuan kami. Semua ini bertujuan untuk menghasilkan kerja sama yang lebih baik,” ujarnya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang turut hadir dalam pembukaan konferensi juga bersyukur, organisasi baru dunia kembali dilahirkan di Kota Bandung. Kerja sama ini diharapkan bisa memberikan peran kepada setiap negara dalam menyelesaikan berbagai masalah global.
”Di tengah pandemi hingga perang, kesepahaman dari level negara-negara di dunia ini bisa dimaksimalkan melalui forum ini. Agenda historical walk juga dilakukan untuk merasakan kembali aura kebersamaan dan solidaritas di antara negara-negara,” ujarnya.