Korban Tewas akibat Kapal Terbakar di NTT Bertambah Menjadi 17 Orang
Korban tewas akibat terbakarnya kapal cepat Express Cantika 77 di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, bertambah menjadi 17 orang. Jumlah penumpang yang diangkut hampir dua kali lipat dari data penumpang di manifes.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Jumlah korban tewas akibat terbakarnya kapal cepat Express Cantika 77 di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, bertambah menjadi 17 orang. Sementara itu, jumlah penumpang yang naik kapal tersebut sebanyak 329 orang atau hampir dua kali lipat dari jumlah penumpang yang tertulis dalam manifes, yakni 167 orang.
Informasi yang dihimpun dari Pokso Pencarian dan Pertolongan (SAR) di Pelabuhan Tenau Kupang pada Selasa (25/10/2022) menyebutkan, tim SAR kembali menemukan tiga jenazah korban pada Selasa siang. Jenazah itu direncanakan dibawa ke posko pada Selasa petang atau malam nanti.
Pada hari pertama kecelakaan atau Senin (24/10/2022) telah ditemukan 14 korban tewas yang sebagian besar sudah dievakuasi ke Kupang pada Senin malam. Korban tewas lainnya dievakuasi ke desa terdekat, yakni Naikliu, Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang. Kebakaran kapal feri itu terjadi di pesisir desa tersebut. Adapun jarak Pelabuhan Tanau, Kupang, dengan lokasi kejadian sekitar 48 mil laut (89 kilometer).
Kepala Kantor SAR Kupang I Putu Sudayana mengatakan, belum ada data yang pasti mengenai jumlah korban dalam peristiwa itu. Korban selamat yang berhasil dievakuasi sebanyak 312 orang, sedangkan korban tewas 17 orang. Artinya, total keseluruhan penumpang yang ikut dalam pelayaran itu sebanyak 329 orang.
Sementara itu, di dalam manifes kapal tersebut tercatat ada 167 penumpang dan 10 awak kapal. ”Makanya, kami belum tahu berapa banyak penumpang yang hilang. Kami masih melakukan pencocokan data penumpang,” ujar Putu. Warga yang kehilangan anggota keluarga pun diminta melapor ke posko.
Proses pencarian para korban akan terus dilakukan selama 14 hari sejak hari pertama kejadian dan dapat diperpanjang lagi. Pencarian itu mengandalkan Kapal Negara Antareja dan didukung kapal RIB Basarnas. Warga di dekat lokasi kejadian juga membantu pencarian dengan menggunakan perahu motor nelayan.
Seperti diberitakan sebelumnya, kapal naas yang dinakhodai Edwin Pareda itu berlayar dari Pelabuhan Tenau, Kupang, menuju Pelabuhan Kalabahi, Kabupaten Alor, pada Senin pagi. Namun, dalam perjalanan, muncul asap dari ruang mesin. Penumpang panik, lalu bergerak ke haluan kapal. Sementara itu, kapal terus melaju dan tidak bisa dikendalikan. Kapal berbahan fiber itu baru berhenti setelah hangus terbakar.
Para penumpang yang mengenakan baju pelampung kemudian terjun ke laut dan berenang untuk menjauhi kapal yang kian terbakar hebat. Melihat kondisi itu, warga lokal berusaha menyelamatkan para korban. Dengan perahu motor, mereka menjemput para korban yang berada sekitar 1 mil laut (1,8 km) dari pesisir.
Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Besar Ariasandy mengatakan, tim penyidik mulai mengumpulkan bahan dan keterangan dari beberapa pihak terkait kecelakaan kapal itu. Nakhoda dan beberapa awak kapal sudah diamankan untuk proses penyidikan.
Penyidikan itu berkaitan dengan kelaiakan kapal serta kapasitas penumpang. Kapal berbahan fiber itu memiliki daya tampung 150 penumpang. Namun, jumlah penumpang yang diangkut saat kebakaran itu sebanyak 329 orang.
Kami belum tahu berapa banyak penumpang yang hilang. Kami masih melakukan pencocokan data penumpang.