Kecelakaan laut kembali terjadi di Nusa Tenggara Timur. Lagi-lagi, jumlah penumpang lebih banyak dari kapasitas ideal.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kapal Cepat Express Cantika 77 terbakar dalam pelayaran dari Kota Kupang ke Kelabahi, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Senin (24/10/2022) siang. Hingga Senin pukul 22.30 waktu setempat, 14 orang tercatat tewas. Jumlah korban berpotensi terus bertambah karena diduga jumlah penumpang kapal melebihi manifes.
Data Kantor SAR Kupang dan Polda NTT menyebutkan, tiga korban meninggal dievakuasi ke Desa Naikliu di Kabupaten Kupang. Adapun 11 lainnya berada di kapal milik Badan SAR Nasional yang membantu penyelamatan.
Belum diketahui pasti jumlah penumpang yang ikut dalam pelayaran itu. Berdasarkan manifes, kapal membawa 167 penumpang, 10 awak, dan barang sekitar 1 ton. Namun, jumlah penumpang diduga lebih banyak dari manifes.
”Kami masih mengumpulkan informasi dari lapangan. Data jumlah korban akan terus kami perbarui,” kata Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Besar Ariasandy, Senin.
Sementara itu, korban selamat sebagian dievakuasi ke Naikliu dan sebagian lagi dibawa ke Kupang. Hingga pukul 22.30 waktu setempat, korban selamat sedang dalam perjalanan. Mereka dievakuasi ke Naikliu dan sebagian ke Kupang.
Ia mengatakan, bersama Basarnas, TNI dan masyarakat masih fokus membantu proses evakuasi korban meninggal ataupun selamat. Polisi belum mengetahui penyebab pasti kebakaran itu. Belum ada pihak-pihak yang diperiksa. Namun, beberapa awak kapal sudah bersama personel kepolisian.
”Besok mulai kami dalami,” ujarnya.
Dari data yang dikumpulkan di lapangan, kapal yang dinakhodai Edwin Pareda itu berlayar dari Pelabuhan Tenau, Kupang, pada Senin pagi. Dalam perjalanan, lantas muncul asap dari ruang mesin.
Penumpang yang panik lalu bergerak ke haluan kapal. Sementara itu, kapal terus melaju dan tidak bisa dikendalikan. Kapal berbahan fiber itu baru berhenti setelah api membesar.
Para penumpang yang mengenakan baju pelampung kemudian terjun ke laut. Mereka nekat berenang untuk menjauhi kapal.
Melihat kondisi itu, warga lokal berusaha menyelamatkan para korban. Dengan perahu motor, mereka menjemput para korban yang berada sekitar 1 mil laut dari pesisir.
Melky, warga Naikliu, lewat sambungan telepon menuturkan, ketika terjadi kebakaran kapal, perairan setempat teduh. Laut tidak terlalu bergelombang. Beberapa penumpang berhasil berenang hingga ke pesisir. Sementara banyak penumpang lain terbantu baju pelampung.
”Seandainya tidak ada baju pelampung, korban meninggal jauh lebih banyak. Ada ibu bersama anak balita selamat dengan bantuan baju pelampung. Masyarakat juga bergerak cepat,” katanya. Adapun penumpang yang ditemukan meninggal itu karena tidak kebagian baju pelampung. Sebagian lagi diduga panik.
Kebakaran kapal ini kembali menambahkan panjang deretan kecelakaan laut di NTT dalam dua pekan terakhir. Pada 16 Oktober 2022, sebuah kapal motor tenggelam dan menewaskan enam orang di Desa Bo’a, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao.
Insiden bermula dari puluhan orang ikut menarik kapal motor yang baru selesai dibuat ke laut. Setelah ditarik sejauh 20 meter, mereka beramai-ramai naik ke kapal.
Kapal yang seharusnya berkapasitas 25 orang itu diisi 41 warga. Saat berada sekitar 600 meter dari pesisir, nakhoda memutuskan kembali ke pantai lantaran angin kencang dan gelombang setinggi 2-3 meter. Namun ketika memutar haluan, kapal motor justru tenggelam.