Aceh Matangkan Konsep Penilaian Stok Karbon dari Hutan Tropis
Aceh Timur dan Aceh Tamiang memiliki kawasan hutan yang bernilai konservasi tinggi dan menyimpan karbon yang besar. Namun, besaran stok karbon di dua kabupaten itu belum dihitung.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
KOMPAS/ZULKARNAINI
Ilustrasi-Anggota Ranger Forum Konservasi Leuser saat berada di dalam hutan Leuser, Subulussalam, Aceh, Selasa (9/5/2017). Setiap bulan selama 15 hari ranger melakukan patroli di dalam kawasan Leuser untuk mencegah perburuan satwa dan perambahan hutan.
BANDA ACEH, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Aceh hingga lembaga mitra konservasi tengah mematangkan konsep penghitungan nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi di hutan tropis Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang. Nilai stok karbon merupakan skema kompensasi jasa lingkungan bagi daerah yang telah berkomitmen menjaga hutan.
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi dan Sumber Daya Alam di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Reza Ferdian, Senin (24/10/2022), di Aceh mengatakan, Aceh Timur dan Aceh Tamiang memiliki kawasan hutan yang bernilai konservasi tinggi dan menyimpan karbon yang besar. Namun, besaran stok karbon di dua kabupaten itu belum dihitung.
”Kita masih perlu dokumen pendukung seperti peta dan luasan hutan. Setelah lengkap baru akan dihitung (stok karbon),” kata Ferdian.
Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Reza Ferdian
Ferdian menuturkan, stok karbon tinggi di Aceh Timur dan Aceh Tamiang akan ditawarkan kepada calon donor atau lembaga pendukung pembiayaan. Menurut Ferdian, banyak lembaga donor bakal bersedia membantu. Alasannya, kelestarian hutan Aceh bakal memberikan kontribusi besar bagi iklim dunia.
”Kami (Aceh) belum punya donor, tetapi kami optimistis akan mendapatkannya,” ujar Ferdian. Dia menambahkan, Aceh menjadikan Kalimantan Timur dan Jambi sebagai rujukan program ini.
Kawasan hutan tropis di Aceh Timur dan Aceh Tamiang yang masuk dalam rencana penilaian berada di luar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Kawasan tersebut berada di dalam area penggunaan lain atau hutan lindung.
”Tidak menghilangkan tutupan hutan,” kata Ferdian.
Meski belum memperoleh pembiayaan dari donor global, pengelolaan kawasan hutan tropis di dua kabupaten itu berbasis konservasi akan terus dilakukan. Warga yang berada di kawasan hutan akan dilibatkan dengan pembentukan kelompok-kelompok yang nantinya didampingi oleh pemerintah dan lembaga mitra konservasi.
Ferdian mengatakan jika skema kompensasi jasa nilai karbon tinggi berjalan semangat warga menjaga hutan akan lebih besar sehingga laju penurunan tutupan hutan dapat dilakukan.
Sementara pendekatan stok karbon tinggi merupakan sebuah perangkat perencanaan konservasi penggunaan lahan yang terintegrasi untuk membedakan area hutan di kawasan tropis untuk konservasi dan hak penghidupan warga lokal.
Sementara itu, Manajer Lanskap Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Riswan mengatakan, program tersebut harus dilakukan bersama lintas sektor. ”Kolaborasi strategis sangatlah dibutuhkan untuk memperkuat pelindungan hutan dan meminimalisir dampak-dampak sosial,” kata Riswan.