Menjaring ”Bakat-bakat” Baru Durian Lokal Kalbar
Durian kualitas unggul tersembunyi di hutan Kalimantan Barat. Untuk menemukannya, perlu berbagai upaya. Festival durian menjadi pintu masuk menjaring ”bakat-bakat” baru.
Durian unggul tersembunyi di lebatnya hutan Kalimantan Barat. Untuk menemukannya perlu berbagai upaya, di antaranya membuka Festival Durian sebagai pintu masuk, dan menelusuri pohon induk tunggal di hutan dengan medan yang menantang.
Puluhan durian lokal (Durio zibethinus) dipamerkan dalam festival durian dengan tajuk ”Festival Duriot Bukit Rayo” di Taman Wisata Batu Belimbing, Kecamatan Singkawang Timur, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Sabtu (24/9/2022). Durian-durian tersebut berasal dari perbukitan di Singkawang Timur.
Sejak pagi para pemilik durian berdatangan menyerahkan durian kepada panitia untuk disimpan di atas meja tempat penilaian. Durian-durian dalam festival akan dinilai para juri yang pada momen itu juga sedang melaksanakan ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar.
Kontes atau festival durian itu menjadi ”pintu masuk” menjaring durian-durian unggul Kalbar. Di situlah durian-durian unggul muncul dan dibawa oleh petani lokal. Para ahli yang juga menjadi juri dalam festival tersebut, pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mengulik lebih dalam bibit-bibit durian unggul di Kalimantan.
Baca juga: Durian, ”Harta Karun” Terpendam di Rimba Kalimantan
Juri yang terlibat adalah Guru Besar Taksonomi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Amin Retnoningsih, yang juga menjadi ketua tim ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar. Kemudian, Ketua Yayasan Durian Nusantara yang juga anggota tim ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar, Mohamad Reza Tirtawinata. Selanjutnya, Kepala Unit Pelaksana Tugas Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar sekaligus anggota tim ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar, Anton Kamaruddin.
Langkah pertama mereka menilai durian adalah dengan mengenali kualitas durian. Panitia mulai membelah durian satu per satu. Mereka lalu mencicipi rasa dan mengamati warna durian, merasakan aromanya, mengukur ketebalan isi dan kadar gula durian. Para pemilik durian menunggu dengan wajah penasaran tak jauh dari area festival meski di tengah terik matahari, diiringi beragam lagu di panggung hiburan.
Pada siang menjelang sore, tiba saatnya pengumuman pemenang. Para juri menilai durian berdasarkan beberapa aspek. Rasa mencakup 35 persen dalam penilaian. Tampilan (warna daging dan tekstur) menempati posisi 30 persen dalam penilaian. Kemudian, bentuk buah 20 persen. Lalu, kulit (warna kulit dan ketebalan) 10 persen dan aroma 5 persen.
Durian yang memiliki rasa dan tampilan menarik biasanya berpotensi menjadi pemenang. Kontes itu baru mewaliki segelintir selera konsumen karena spektrum selera durian sangatlah luas. Ada yang menyukai rasa pahit, manis, dan gurih yang menyatu, lekat seperti ketan, dan berwarna kuning. Ada juga di daerah tertentu yang lebih menyukai rasa dominan pahit.
Setelah menjalani uji rasa dan kualitas, juara pertama dalam festival tersebut diraih durian Botak. Durian Botak memiliki keunggulan dari bentuk simetrikal, bulat agak panjang. Kemudian durinya kecil seperti duri sirsak, maka disebut durian Botak.
”Dari situ sudah bisa mengenal bentuknya bagus. Ketika dibelah, warnanya kuning dan rasanya lekat. Kadar airnya sedikit kental seperti makan ketan, tetapi ada manis gurih dan ada pahitnya,” ujar Reza.
Sementara itu, peringkat kedua diraih durian Salak. Adapun peringkat ketiga durian Nek Date. Daging durian Nek Date semu oranye. Dengan warna itu, membuat orang yang membukanya jatuh hati. ”Konsumen durian ketika diberi durian seperti itu suka karena penyejuk mata. Rasanya manis gurih, bentuk buahnya kecil,” ujarnya.
Para juri juga memilih juara harapan pertama, yaitu durian Nek Nombat, juara harapan kedua durian Pancur, dan juara harapan ketiga durian Nek Tengkos. Tak hanya itu, ada juga durian favorit berdasarkan kadar kemanisannya, yaitu durian Rahuk.
Kadar gula pada durian biasanya berkisar 30-40 briks. Namun, pada durian Rahuk mencapai 47,3 briks. Kemudian, ada pula durian paling unik, yakni durian si Pagar. Begitu durian si Pagar dibuka, dagingnya tipis, bijinya besar-besar.
”Durian si Pagar sangat penting dijadikan sumber batang bawah karena bijinya besar. Dia memiliki nilai komersial tinggi,” ujar Reza.
Baca juga: Petani Hutan Terbantu Durian
Libertus (41), pemilik durian Botak, mengatakan, dirinya sebetulnya tidak menyangka duriannya akan menjadi juara. Ia membawa durian ke lokasi festival bisa dikatakan yang terakhir tiba di lokasi festival. Sebab, pada pagi hari sebelum ke lokasi festival, ia harus mengambil buah durian di bukit tempat pohon induk tunggal (PIT) durian Botak berada.
Durian si Pagar sangat penting dijadikan sumber batang bawah karena bijinya besar. Dia memiliki nilai komersial tinggi.
Ia harus menyusuri lereng bukit Rayo yang terjal dan menyeberangi sungai. Dari kampungnya menuju ke lokasi durian miliknya di tengah hutan jika warga lokal yang sudah terbiasa memerlukan waktu tempuh 1 jam 30 menit. Bahkan, beberapa warga hanya satu jam. Namun, jika orang luar bisa mencapai tiga jam ke lokasi PIT durian Botak.
Festival durian juga dilaksanakan pada 28 September di sebuah kampung di Singkawang Timur. Dewan juri yang juga tim ekspedisi dan eksplorasi durian unggul Kalbar duduk di teras rumah warga. Kemudian, warga membawa satu per satu durian ke lokasi tersebut untuk dinilai dewan juri.
Ada 25 durian yang diikutsertakan dalam festival mini tersebut. Dari jumlah tersebut, para juri mendapatkan tiga juara dan satu kategori durian unik. Sama seperti sebelumnya, pada festival itu juga penilaian durian yang juara berdasarkan rasa, warna, ketebalan, dan ukuran biji, itu yang utama. Sementara durian yang unik karena sifatnya lain daripada yang lain.
Juara pertama dalam kontes 28 September itu diraih durian Puncak. Kemudian peeingkat kedua diraih durian Nek Noang. Lalu, peringkat ketiga diraih durian Cabang. Durian Puncak sebagai juara pertama itu tidak hanya sekadar nama, tetapi lokasi pohonnya benar-benar ada di puncak bukit.
Durian-durian juara pada hari itu juga ternyata milik Libertus. Ia dan istrinya menjadi lebih bersemangat memelihara dan mengembangkan durian peninggalan dari orangtuanya. Apalagi, ia telah mendapat bimbingan dari tim ekspedisi teknik sambung pucuk untuk menduplikasi PIT.
Kemudian, ada juga durian yang masuk kategori unik, yaitu durian Kalang. Keistimewaan durian Kalang ialah begitu dibuka, bijinya besar dan dagingnya tipis. Namun, itu sangat berharga karena menjadi sumber batang bawah yang bagus sehingga dewan juri juga memberikan penghargaan bagi durian yang unik.
Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan masih ada durian dengan kualitas lebih baik di Singkawang, tetapi kebetulan tidak ikut dalam kontes. Apalagi, saat kontes sudah memasuki akhir musim durian di Singkawang.
Penelusuran bibit
Musim durian di Kalbar umumnya dua kali, yaitu periode Juli-Agustus. Kemudian, periode Desember-Januari/Februari. Dari 14 kabupaten/kota di Kalbar rata-rata memiliki durian dengan karakteristik berbeda.
Penjaringan durian unggul tidak berhenti di festival, tim juri juga menelusuri PIT di bukit dengan medan yang menantang. Tujuannya untuk memastikan durian yang juara tersebut pohonnya memang ada dan melakukan identifikasi.
Baca juga: Semarak Buah-buah Lokal yang Hilang di Pengujung Tahun
Festival tersebut bukanlah pertama kali di Kalbar. Festival juga jauh sebelum itu sudah pernah dilaksanakan di kabupaten/kota lain di Kalbar. Kalbar termasuk aktif melaksanakan festival atau kontes durian di beberapa wilayah. Sejauh ini ada 10 jenis varietas durian unggul yang telah dirilis Kementerian Pertanian, juga diawali dengan eksplorasi, dan ada juga diawali dengan kontes.
Anton Kamaruddin mengatakan, proses penjaringan durian unggul pada tahap awal dengan konsep eksplorasi mencari informasi di daerah tentang durian yang berkualitas unggul. Kemudian, menelusuri PIT di hutan dan mendapatkan buahnya. Setelah itu, pendaftaran varietas hingga pelepasan varietas.
Pasca kontes-kontes di Kalbar yang selama ini dilaksanakan, langkah konkret yang telah dilakukan untuk perbanyakan bibit adalah sertifikasi. Pemerintah harus menetapkan PIT dan ada proses registrasi. ”Biasanya akan ada tim uji kebenaran ke lapangan,” ujarnya.
Durian pemenang sejumlah kontes yang selama ini pernah diselenggarakan ada yang telah berada di tahap proses pendaftaran sebagai varietas unggul dan ada juga yang belum. Lembaga yang mendaftarkan adalah pemerintah kabupaten/kota. Jika varietas itu menyebar di provinsi, pemerintah provinsi yang mendaftarkan.
Konservasi hingga ekonomi
Selain sebagai langkah menyelamatkan plasma nutfah, pohon durian hutan yang berbatang besar dan berakar dalam sangat penting dalam lingkup konservasi. Karena itu, harus dilestarikan.
Kepala Dinas Pertanian Kota Singkawang Dwi Yanti menuturkan, daerah penghasil durian di Singkawang sebagian besar di Kecamatan Singkawang Timur, tepatnya di daerah Bukit Rayo, Kelurahan Nyarumkop. Data secara persis belum ada, tetapi pihaknya memperkirakan ada belasan ribu batang durian di daerah tersebut yang diwariskan turun-temurun berusia puluhan hingga ratusan tahun.
Durian cocok tumbuh di daerah tersebut yang berada di lokasi gunung/bukit. Ke depan, jika ada varietas asli Singkawang dari hasil penelitian, durian Singkawang bisa dilepas varietasnya menjadi durian varietas unggul Singkawang.
Durian juga bisa dikembangkan sebagai bagian dari potensi ekonomi lokal. Banyak petani yang ikut kejatuhan rezeki karena berkebun durian, banyak pula para wisatawan yang datang untuk mencicip manisnya durian lokal.
Ke depan, tak tertutup kemungkinan durian menjadi ekspor unggulan Kalbar jika berhasil dikembangkan. Apalagi, kini Kalbar telah memiliki pelabuhan ekspor Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah.
Baca juga: Durian Organik, Ekonomi dan Konservasi