Teknologi Tepat Guna Dukung Pemulihan Ekonomi Daerah
Penerapan teknologi tepat guna dapat mendorong pemulihan ekonomi. Namun, pengembangan inovasi itu membutuhkan peran berbagai pihak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Penerapan teknologi tepat guna dapat meningkatkan produktivitas warga sehingga turut mendukung pemulihan ekonomi daerah pascapandemi Covid-19. Namun, pengembangan inovasi dan perlindungan untuk inovator membutuhkan peran berbagai pihak.
”Penggunaan alat (teknologi tepat guna) itu meningkatkan produktivitas sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Teknologi ini jadi variabel penting untuk produktivitas warga desa,” ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar.
Menteri Halim menyampaikan hal itu saat membuka Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara XXIII di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/10/2022). Kegiatan yang berlangsung hingga Jumat (21/10/2022) itu menghadirkan puluhan inovasi teknologi tepat guna (TTG) dari banyak provinsi.
TTG atau appropriate technology merupakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan mudah dan mandiri, tidak merusak lingkungan, serta menghasilkan nilai tambah ekonomi. Teknologi ini juga tidak menghabiskan modal besar.
Mesin penepung dan pencacah serbaguna karya Heri Irawan dan Yuli Sunaryo dari Lampung, misalnya, membantu petani mengolah hasil panen. Dengan mesin itu, petani bisa menjual jagung pipilnya sekitar Rp 9.000 per kilogram. Sebelum itu, harga jagungnya hanya Rp 6.000 per kg.
”Kami berharap semua (teknologi) ini memberi manfaat untuk percepatan pemulihan ekonomi. Semuanya berawal dari desa. Ini membangun dari pinggiran sesuai misi Pak Presiden (Joko Widodo),” ujar Halim. Terlebih lagi ekonomi nasional sempat terdampak pandemi Covid-19.
Pihaknya terus mendorong pengembangan TTG. Sejak 2015 hingga kini, lanjutnya, sebanyak 909.004 alat hasil TTG telah digunakan untuk bidang pertanian. Ia juga mengklaim 653.986 alat telah dimanfaatkan di bidang peternakan dan 450.466 alat untuk bidang perikanan.
Sekitar 22.000 desa atau hampir 29 persen dari total desa di Tanah Air juga tercatat telah menghasilkan inovasi sejak 2017 hingga kini. Inovasi itu berupa pembangunan infrastruktur, temuan teknologi, pemberdayaan masyarakat, hingga sistem manajerial desa.
Halim mendorong pemerintah desa, daerah, dan pusat memanfaatkan penerapan TTG karya masyarakat sesuai amanah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014. ”Undang-Undang ini menyebut teknologi tepat guna sebanyak empat kali. Begitu pentingnya TTG ini,” ujarnya.
Pihaknya memastikan puluhan inovasi yang masuk dalam Gelar TTGN XXIII akan masuk ke dalam katalog elektronik Kemendesa PDTT. Dengan begitu, pemerintah dan masyarakat dapat membeli teknologi itu. Bahkan, pemerintah desa tidak perlu menempuh lelang lagi dalam pengadaannya.
Halim juga berjanji memperluas jejaring para inovator dengan pihak lainnya melalui pertemuan bisnis, termasuk perbankan. ”Kami juga akan berupaya seluruh hasil (TTGN) ini dipatenkan dalam Haki (hak kekayaan intelektual). (Ini) fasilitas penuh dari Kemendesa,” katanya.
Kepala Badan Pengembangan Informasi Desa PDTT Ivanovich Agusta menambahkan, Kemendesa PDTT akan memfasilitasi badan usaha milik desa mendapatkan izin untuk berusaha. Dengan begitu, para inovator terus memproduksi TTG karya dan memasarkannya secara luas.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah daerah, perusahaan, akademisi, hingga media terus berkontribusi untuk pengembangan TTG. ”Ekosistem TTG ini tidak bisa menyendiri, tetapi kerja sama, kolaboratif. Teknologi itu seperti pegas yang membuat kita melompat lebih jauh,” katanya.
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum berharap, TTGN yang digelar setiap tahun memacu semangat para inovator di desa, terutama untuk menghasilkan teknologi untuk ketahanan pangan. ”Masyarakat tidak mungkin makan gadget, tapi makan hasil tanaman petani di desa,” ucapnya.
Wahyu, juara favorit Lomba TTGN 2022, mengapresiasi upaya Kemendesa PDTT mengembangkan karya para inovator di desa. Alat pengupas kolang kaling hasil karyanya kini digunakan oleh warga dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di dalam dan luar desa.
Alatnya dapat meningkatkan produktivitas. ”Dulu, waktu pakai pisau, butuh sekitar 8 jam untuk mengupas 2 kg kolang kaling. Sekarang sehari bisa dapat 20-25 kg. Saya berharap ada bantuan pemasaran. Selama ini saya hanya jual ke pasar tradisional,” ujar warga Sumedang, Jabar, ini.
Gelar TTGN XXIII 2022 memperlombakan tiga kategori. Pada kategori Inovasi TTG, Gede Suardita dari Bali meraih juara pertama untuk inovasi fertigasi berbasis internet of things dan Surani dari Jakarta menempati juara kedua untuk karya S-Clay, pemanfaatan serbuk ban.
Juara ketiga diraih Nurhadi asal Lampung dengan mesin pengolah padi mini ramah lingkungan yang berbasis tenaga surya. Adapun Agus Salim dari Jawa Timur mendapatkan juara harapan untuk karya pom mini cerdas.
Pada kategori TTG Unggulan, Heri Irawan dan Yuli Sunaryo dari Lampung meraih juara pertama dengan inovasi mesin penepung dan pencacah serbaguna. Sujiyanto dari Kepulauan Riau menempati juara kedua untuk karya sistem penyaring air kubangan bekas tambang.
Juara ketiga didapatkan oleh Muhammad Tigo Gunawan dari Kalimantan Utara dengan karya akar pakis multiguna untuk pertanian hidroponik. Adapun Jalal Wahrudin asal Jawa Tengah mendapatkan juara harapan untuk inovasi penyambungan tumbuhan lada dan malada.
Terakhir, juara pertama kategori Pos Pelayanan TTG atau Posyantek Berprestasi jatuh kepada Posyantek Mandiri Jaya asal Jabar. Juara kedua diberikan kepada Posyantek Maju Bersama dari Lampung, sedangkan juara ketiga untuk Posyantek Melati asal DKI Jakarta.
Juara harapan Posyantek Berprestasi adalah Posyantek Waskito dari Jawa Tengah. Kemendesa PDTT juga memberikan penghargaan kepada sejumlah mitra. Salah satunya, penghargaan untuk harian Kompas atas komitmennya mendukung pengembangan teknologi tepat guna.