Sejumlah pencari kerja masih kesulitan mendapatkan lowongan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Pemerintah berupaya merancang penyelarasan kurikulum agar kemampuan pekerja sesuai dengan kebutuhan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Sejumlah pencari kerja masih kesulitan mendapatkan lowongan yang sesuai dengan kemampuannya. Kondisi ini membuat pemerintah berupaya untuk merancang penyelarasan kurikulum agar sumber daya yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Riza Fahlevi saat menghadiri Pameran Bursa Kerja (Job Fair) di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (18/10/2022). Dalam pameran tersebut, ada 30 perusahaan teknologi dan nonteknologi, yang membuka sekitar 1.000 lowongan kerja. Adapun jumlah pencari kerja mencapai 5.000 orang.
Dia mengakui, masih adanya ketidakcocokan antara pencari kerja dan lowongan yang tersedia. Dulu, ujar Riza, masih banyak siswa yang melakukan praktik pengalaman lapangan, tetapi tidak cocok dengan industri yang mereka datangi.
”Karena itu, saat ini materi yang diajarkan akan disesuaikan dengan kebutuhan industri,” ujarnya.
Ada beberapa bidang yang memang menjadi fokus vokasi, yakni teknologi dan nonteknologi. Teknologi seperti perusahaan otomotif dan nonteknologi seperti industri garmen.
Karena itu, pihaknya dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumsel bekerja sama untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Penyelarasan kurikulum ini melibatkan pihak perusahaan untuk menjadi tenaga pengajar (praktisi) guna memberikan ilmu pengetahuan bagi anak didik.
Sejumlah pencari kerja menulis lamarannya di Aula SMK Negeri 2 Palembang, Selasa (18/10/2022). Mereka bersiap melamar kerja di dalam pameran bursa kerja. Dalam pameran tersebut, ada 30 perusahaan teknologi dan nonteknologi, yang membuka sekitar 1.000 lowongan kerja. Adapun jumlah pencari kerja mencapai 5.000 orang.
Dengan skema ini, banyak lulusan SMK yang diserap menjadi tenaga kerja di tempat mereka magang. ”Mereka magang selama enam bulan, setelah dirasa cocok ada beberapa siswa yang langsung diminta bekerja di sana,” ujarnya.
Tidak hanya itu, berbagai pameran bursa lowongan kerja juga digelar secara rutin. Pagelaran ini diharapkan dapat mempertemukan perusahaan dengan pencari kerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran terbuka di Sumsel pada Agustus 2021 mencapai 4,98 persen. Dari 4,8 juta angkatan kerja sekitar 219.00 orang menganggur. Itu berarti, dari 100 angkatan kerja terdapat 5 orang penganggur. Namun, angka ini menurun dari periode yang sama tahun lalu di mana tingkat pengangguran di Sumsel mencapai 5,51 persen.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Selatan Koimudin mengatakan, kini pihaknya tengah fokus untuk mengurangi penganggur di tingkat lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Tingkatan ini merupakan penyumbang penganggur terbesar di Sumsel, yakni mencapai 12,30 persen dari jumlah penganggur di Sumsel.
Karena itu, ujar Koimudin, pihaknya bekerja sama dengan dinas pendidikan berupaya memberikan kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri. ”Jika penganggur di tingkat SMK bisa dikurangi dapat berdampak pada menurunnya angka pengangguran di Sumsel,” katanya.
Penurunan ini sebenarnya sudah bisa terlihat dari angka pengangguran pada Februari 2022 kembali menurun, yakni sekitar 4,7 persen. Sektor pertanian dan perkebunan, dan jasa memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja.
Jika penganggur di tingkat SMK bisa dikurangi dapat berdampak pada menurunnya angka pengangguran di Sumsel. (Koimudin)
Pertanian dan perkebunan tidak terdampak pandemi sehingga angka pengangguran tetap bisa terkendali,” kata Koimudin. Dengan skema penyelarasan kurikulum, diharapkan tingkat pengangguran di Sumsel pada 2023 bisa di angka 4,45 persen.
Salah satu pencari kerja, Nopri Andika (19), mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, yakni di bidang kelistrikan. ”Saya sudah mencari pekerjaan yang sesuai sejak 2020, tetapi sampai sekarang belum diterima,” kata Nopri yang kini bekerja sebagai kurir angkutan barang.
Bursa kerja
Dengan pameran bursa kerja ini, ia berharap peluang untuk dapat bekerja di tempat yang sesuai dengan kemampuan bisa tercapai. ”Saya sudah bawa lima lamaran. Harapannya ada satu lamaran yang ”nyangkut”, kata Nopri yang kini melanjutkan pendidikan Fakultas Teknik di salah satu universitas swasta di Palembang.
Di sisi lain, perusahaan juga diminta untuk menyerap tenaga kerja yang merupakan warga lokal. Kalaupun harus mengambil dari daerah atau bahkan negara lain diharapkan ada tahapan transfer knowledge sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi daerah.
Herman juga berharap siswa juga ditanamkan jiwa kewirausahaan agar lebih kreatif dalam menangkap peluang. ”Anak muda diharapkan bisa lebih kreatif dalam berwirausaha dan bisa berkontribusi untuk membuka lapangan kerja,” katanya.
Perbankan pun diharapan berperan aktif untuk memberikan sokongan modal bagi mereka yang ingin membuka usaha.