Dihentikan, Proses Hukum Tenggelamnya Kapal di Rote
Banyak kapal tenggelam lantaran diterjang gelombang dari arah samping. Kecakapan nakhoda sangat menentukan.
—
’
Polisi mengingatkan agar peristiwa itu menjadi pelajaran berharga.
”Kami sudah memeriksa sejumlah saksi. Kapten sebagai tersangka meninggal di tempat kejadian sehingga kasus ini kami hentikan,” kata Kepala Bidang Humas Polda NTT Komisaris Besar Ariasandy pada Selasa (18/10/2022).
Seperti diberitakan sebelumnya, korban tewas dalam kejadian ini adalah Paulus Hangge (37) sebagai nakhoda, Nikson Mbatu (27), Yan Bunda (49), Andi Hangge (23), Putri Bunda (12), Jendri Bunda (17), dan Deni Adu (34). Selain korban tewas, sebanyak 11 orang dirawat di Puskesmas Delha dan Rumah Sakit Umum Daerah Ba’a. Sementara itu, 23 penumpang lainnya selamat.
Insiden bermula pada Minggu sekitar pukul 16.00 Wita. Warga antusias ikut menarik kapal motor yang baru selesai dibuat itu ke laut. Perahu milik Yeremias Nggadas (45) itu direncanakan digunakan untuk menangkap ikan. Setelah perahu ditarik sejauh 20 meter dari Pantai Loedik, warga beramai-ramai naik. Kapal berkekuatan 3 gros ton yang seharusnya berkapasitas 25 orang itu diisi 41 warga.
Kami sudah memeriksa sejumlah saksi. Kapten sebagai tersangka meninggal di tempat kejadian sehingga kasus ini kami hentikan.
Saat berada sekitar 600 meter dari pesisir, nakhoda memutuskan kembali ke pantai lantaran angin kencang dan gelombang setinggi 2-3 meter. Namun, ketika berputar haluan, kapal motor itu justru tenggelam. Warga yang menyaksikan insiden tersebut lantas memberikan pertolongan pertama (Kompas, 18/10/2022).
Ariasandy mengingatkan masyarakat agar menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran berharga ke depannya. Kondisi kapal dan cuaca harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Terlebih lagi kapal itu baru dibangun. Uji coba kapal jangan lagi diikuti oleh banyak orang. Menurut temuan polisi, jumlah muatan melebihi kapasitas.
Baca juga: Tujuh Orang Tewas Tenggelam Saat Uji Coba Kapal Baru
Secara terpisah, Bian Adoe (44), warga Rote, mengatakan, tenggelamnya kapal saat uji coba yang menelan korban sebanyak itu baru pertama kali terjadi di Rote.
Ia menduga, jika bukan konstruksi kapal yang tidak seimbang, kesalahan nakhoda dalam memutar haluan kapal bisa menjadi penyebab tenggelamnya kapal.
”Biasanya, kalau kapal yang baru dilepas ke laut itu, ada prosesi adat dan doa. Orang yang harus naik juga dibatasi karena masih uji coba. Nakhoda yang bawa kapal harus berpengalaman karena bisa jadi bangunan kapal belum seimbang,” katanya.
Waspadai gelombang
Pada saat memutar haluan, lanjut Bian, nakhoda harus memperhitungkan arah datangnya gelombang. Nakhoda berpengalaman biasanya menghadapkan halauan ke arah datangnya gelombang. Pilihan lain adalah secepat mungkin membelakangi gelombang. Banyak kapal tenggelam lantaran diterjang gelombang dari arah samping.
Arya Dalexta Fadly, prakirawan pada Stasiun Meteorologi Maritim Kupang, melaporkan potensi gelombang tinggi menerjang sejumlah wilayah di NTT termasuk Pulau Rote dan sekitarnya.
Tinggi gelombang di sana 1,25 meter sampai 2,5 meter. Tinggi gelombang itu dipicu angin kencang yang berembus dengan kecepatan hingga 10 knot atau 18,52 kilometer per jam.
Ia mengingatkan agar kapal berukuran kecil, perahu nelayan, dan tongkang waspada saat melewati perairan tersebut. ”Gelombang maksimum dapat mencapai dua kali tinggi gelombang yang diperkirakan,” katanya.
Artinya, tinggi gelombang di perairan sekitar Pulau Rote, yang terhubung langsung dengan Samudra Hindia, itu bisa mencapai 5 meter.
Sementara itu, sejumlah wilayah perairan lain di NTT dalam keadaan teduh, seperti Laut Flores, Selat Alor, Selat Solor, dan Selat Sumba bagian timur. Prakiraan cuaca ini berlaku hingga tiga hari ke depan.
Baca juga: Taruhan Nyawa demi Melihat Komodo