Sebanyak 11 rumah rusak berada di perumahan Sutri, Banyuwangi, Jatim. Perumahan itu merupakan kawasan terparah terkena banjir pada Senin (17/10/2022).
Oleh
SIWI YUNITA CAHYANINGRUM
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (17/10/2022), merusak 11 rumah dan merendam 472 rumah lainnya. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuka dapur umum dan memanfaatkan rusunawa sebagai tempat tinggal sementara. Pada Selasa (18/10/2022) pagi, hujan kembali turun dan berpotensi memicu banjir lagi.
Sebanyak 11 rumah rusak berada di perumahan Sutri. Perumahan itu adalah kawasan terparah akibat banjir kali ini.
Perumahan ini dekat aliran Sungai Sobo yang meluap karena alirannya terganggu bonggol dan sampah. Kini, sebagian warga sudah diungsikan ke Rusunawa.
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani mengatakan, pihaknya tengah fokus melakukan tanggap darurat, seperti menyediakan makanan, pelayanan medis, dan tempat tinggal sementara.
Dapur umum juga dibuka di Posko Tagana. Posko ini mampu mengirim 3.500 porsi makanan pada pagi siang dan malam untuk warga yang terdampak. Selasa pagi, kebutuhan makanan korban banjir masih disuplai dari dapur umum.
Selain dari pemkab, bantuan makanan juga mengalir dari pelaku usaha dan perbankan. Tim kesehatan juga dikerahkan untuk memulihkan kondisi warga yang sakit akibat banjir.
”Hal paling prinsip, keselamatan warga adalah yang utama. Kita terus bergotong royong membantu penanganan medis, pemberian makanan, hingga penyiapan rusunawa bagi 11 keluarga yang rumahnya rusak parah. Rusunawa menjadi alternatif tinggal sampai rumahnya bisa diperbaiki dan bisa ditempati kembali,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam rilis yang diterima Kompas, Selasa.
Danang Hartanto, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Cipta Karya Banyuwangi, mengatakan, rusunawa siap dijadikan rumah tinggal sementara. Rusunawa di kawasan Klatak ini berada di area bebas banjir. Rusunawa ini memiliki 195 rumah dan sebagian masih kosong.
Ipuk juga meminta agar semua pihak bergotong royong mengatasi banjir. Beberapa langkah yang dilakukan adalah membersihkan aliran air saat sudah surut dan tidak membuang sampah di sungai.
Rusunawa menjadi alternatif tinggal sampai rumahnya bisa diperbaiki dan bisa ditempati kembali.
Selain itu, kata Ipuk, dia telah mengeluarkan sejumlah aturan untuk mengontrol ketat pembangunan di kawasan hulu Banyuwangi. Hal tersebut guna memastikan tidak adanya pengalihfungsian kawasan hijau menjadi permukiman dan mengakibatkan daerah-daerah yang selama ini mampu menyerap air hujan yang tinggi tak lagi berfungsi.
”Kami akan berupaya keras memastikan tidak terjadi perubahan fungsi lahan secara liar. Hal ini amat berbahaya. Bisa memicu banjir,” ujar Ipuk.