Banjir di Blitar, Debit Air di Bendungan Lodoyo Capai Puncak
Banjir menerjang sejumlah wilayah di Blitar. Pada saat yang sama, Senin pagi, debit air yang masuk ke Bendung Lodoyo sempat mencapai puncak, yakni 900 meter kubik per detik.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Debit air yang masuk ke Bendungan Serut atau Lodoyo di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Senin (17/10/2022), sekitar pukul 08.00, mencapai puncak dengan volume lebih dari 900 meter kubik per detik. Curah hujan yang tinggi menyebabkan Sungai Bogel dan anak sungainya, Bacem, serta sungai lainnya yang masuk ke Bendung Lodoyo dan Bendung Wlingi di Kecamatan Talun meluap.
Luapan air dari sungai-sungai itu pula yang mengakibatkan terjadinya banjir Kabupaten Blitar seperti di daerah Sutojayan dan beberapa wilayah lain.
Seperti diketahui, banjir menerjang sejumlah daerah di Kabupaten Blitar dan Malang. Di Blitar banjir, antara lain, menggenangi Kecamatan Sutojayan (Desa Sutojayan, Kalipang, Bacem, dan Sumberjo). Selain itu, ada Kecamatan Binangun (Desa Rejoso, Salamrejo, Binangun), Kecamatan Panggungrejo (Desa Kalitengah, Serang), serta Desa Tugurejo di Kecamatan Wates dan Desa Ngeni di Kecamatan Wonotirto.
Hingga Senin sore, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar masih menghitung jumlah warga terdampak.
Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Ruritant, saat dihubungi Senin sore, mengatakan, debit air yang tinggi di Bendungan Lodoyo sudah terdeteksi sejak pukul 03.00. Pada pukul 06.00, debit air masuk meningkat menjadi 600 meter kubik per detik.
”Puncaknya tadi jam 08.00 mencapai 900-an meter kubik per detik. Dalam kondisi itu, kita memasuki siaga kedua. Siaga pertama namanya siaga hijau, siaga berikutnya kuning karena faktor air yang masuk tinggi,” katanya.
Pihak Jasa Tirta sendiri sebenarnya sudah memperkecil aliran air dari Bendung Wlingi menjadi 160 meter kubik per detik.
Oleh karena itu, menurut Raymond, banjir di Blitar bukan disebabkan oleh Sungai Brantas, melainkan dari anak dan cucu dari Sungai Brantas, yakni Bogel dan Bacem. Kedua sungai itu mengalirkan air dari pegunungan di sisi selatan Sungai Brantas.
Adapun sejak Minggu malam hingga Senin pagi, terjadi hujan dengan intensitas tinggi di kawasan selatan Jawa Timur, memanjang mulai dari Tulungagung sampai Banyuwangi dan Bali.
Disinggung soal sirene di Bendung Lodoyo yang sempat berbunyi Senin pagi, Raymond menjelaskan hal itu merupakan bentuk peringatan begitu masuk kondisi siaga. ”Otomatis sirene berbunyi. Sirene berbunyi tujuannya untuk memperingatkan orang,” jelasnya.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Blitar Ivong Berttyanto, di Kecamatan Sutojayan terdapat 1.094 keluarga terdampak dengan jumlah pengungsi 465 orang, Binangun 20 keluarga, Panggungrejo 49 keluarga, dan Wates 17 keluarga.
Menurut Ivong, ada beberapa lokasi pengungsian, antara lain di gedung pertemuan dan Aula Kelurahan Sutojayan, TK Pertiwi, Masjid Gondanglegi, dan rumah warga. ”Kami menggunakan empat perahu karet. Petugas menyisir rumah di mana masih ada penghuni terjebak di dalamnya,” katanya.
Sementara itu, banjir juga melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Malang. Desa terdampak, berdasarkan data BPDB Kabupaten Malang, antara lain, Lebakharjo di Kecamatan Ampelgading, Pujiharjo dan Purwodadi di Tirtoyudo, serta Sitiarjo, Sidoasri, dan Tambakrejo di Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Selain itu, banjir juga menggenangi Desa Sumbermajing Kulon di Kecamatan Pagak dan Sumberoto di Kecamatan Donomulyo. Adapun di Pujiharjo bahkan terjadi banjir bandang, tetapi belum ada informasi terkait dampak yang ditimbulkannya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan, saat ini tim masih fokus melakukan evakuasi warga terdampak. Salah satu wilayah yang membutuhkan evakuasi adalah warga Sitiarjo yang kedalaman airnya cukup tinggi. Dua hari lalu, desa ini juga diterjang banjir.
Camat Sumbermajing Wetan, Sujarwo Ady Wijayanto, mengatakan, banjir menyebabkan akses jalan menuju ke Desa Tambakrejo, termasuk Pantai Sendangbiru, untuk sementara waktu terputus lantaran masih terhalang arus di sisi timur Jembatan Sitiarjo.
”Kalau air, sudah mulai surut sedikit. Sejauh ini warga yang sakit sudah dievakuasi ke puskesmas,” katanya. Menurut Sujarwo, sejauh ini belum menghitung berapa banyak warga Sitiarjo yang terdampak bencana, termasuk jumlah pengungsi.