Warga terdampak banjir, baik yang masih bertahan di rumah maupun mengungsi, mulai terserang penyakit batuk, pilek, dan gatal-gatal.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Kalimantan Barat hingga Jumat (14/10/2022) masih diterjang banjir. Puluhan warga terdampak banjir di Kabupaten Sintang mulai terserang batuk, flu, dan gatal-gatal. Tim kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan keliling.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Harysinto Linoh, Jumat (14/10), mengatakan, warga terdampak banjir, baik yang masih bertahan di rumah maupun mengungsi, mulai terserang penyakit batuk, pilek, dan gatal-gatal. Jumlah warga yang terserang penyakit tersebut sekitar 80 orang. ”Mereka telah kami beri pengobatan,” ujarnya.
Kesiapsiagaan di Sintang, khususnya di Kecamatan Sintang, pusat kota Sintang, sudah dilakukan sebelumnya. Sebelumnya, Camat Sintang Tatang Supriyatna telah mengaktifkan satgas kelurahan yang terintegrasi dengan TNI-Polri dan petugas kesehatan. Mereka mendata korban terdampak dan pengungsi. Petugas kesehatan juga memberi pelayanan kesehatan keliling.
Banjir juga masih menggenangi jalur Trans-Kalimantan di kota Nanga Tayap, ibu kota Kecamatan Nanga Tayap, Jumat (14/10). Ketinggian banjir di jalur tersebut mulai berkurang 20 sentimeter (cm)-30 cm. Kini, ketinggian banjir berkisar 70 cm-80 cm.
Sejumlah toko di jalur banjir pada Jumat pagi sudah ada yang buka. Meski demikia, masih banyak juga yang tutup. Warga bisa berbelanja di toko dan minimarket. Sementara itu, jalur setelah lokasi banjir di Nanga Tayap menuju Pontianak sejauh 300 km masih bisa dilintasi. Stasiun pengisian bahan bakar di jalur Trans-Kalimantan arah Nanga Tayap-Pontianak masih beroperasi.
Mobil pribadi dan truk angkutan sudah semakin banyak yang berani menerobos banjir. Pada Jumat pagi hingga siang sudah puluhan kendaraan menerobos banjir. Sementara pengendara sepeda motor menyeberang dengan rakit dari kayu dan drum dengan biaya menyeberang berkisar Rp 20.000-Rp 25.000.
Truk angkutan dari arah Kalimantan Tengah menuju Pontianak juga ada yang mencoba melalui jalur alternatif melintasi Desa Kayong Hulu. Beberapa kendaraan pengangkut ikan dan barang-barang lainnya masih ada yang bisa melintasi jalur alternatif tersebut beberapa hari lalu. Namun, kini rute itu kini cukup berisiko karena jalur tanah berlumpur.
Banjir tidak hanya menggenangi jalur Trans-Kalimantan, tetapi juga sejumlah desa di Kecamatan Nanga Tayap. Berdasarkan data dari Camat Nanga Tayap Monri, sebanyak 12 desa terendam banjir di Kecamatan Nanga Tayap. Sebanyak 1.729 rumah terendam banjir. Pemerintah telah mendirikan dapur umum di jalur Trans-Kalimantan di kota Nanga Tayap.