Daerah aliran sungai besar di Jatim berpotensi meluap dan menyebabkan banjir bagi masyarakat di sekitarnya saat terjadi cuaca ekstrem. Pemerintah daerah bersama warga diminta senantiasa waspada dan memantau lebih intens.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tujuh daerah aliran sungai di Jawa Timur berpotensi meluap dan memicu banjir. Koordinasi mitigasi bencana antarberbagai pihak juga ditingkatkan untuk memetakan kawasan rawan bencana dan memantau perubahan cuaca ekstrem.
Tujuh daerah aliran sungai (DAS) itu adalah Welang Rejoso, Sungai Brantas, Sungai Madura, Sungai Pekalen Sampean, Sungai Bondoyudo Bedadung, Sungai Baru Bajulmati, dan Bengawan Solo. Khusus Bengawan Solo memiliki anak sungai, seperti Kali Girindulu, Kali Lamong, dan Kali Lorog, yang rentan meluap saat musim hujan.
”Di tujuh DAS itu telah dipasang sistem peringatan dini atau early warning system (EWS). Tolong masyarakat ikut menjaga EWS ini demi kebaikan kita bersama,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (14/10/2022).
Selain memetakan kawasan rawan bencana, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, pihaknya juga telah memetakan kawasan rawan dan mengirim bantuan logistik ke 38 kabupaten dan kota. Petugas juga diminta menyiapkan posko 24 jam dan wajib menyiapkan rambu-rambu atau penanda jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Berdasarkan data Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda, Sidoarjo, cuaca ekstrem berpotensi terjadi pada musim peralihan atau pancaroba dan awal musim hujan bulan ini. Data analisis terkini menunjukkan, kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jatim masih signifikan berpotensi memicu cuaca ekstrem dalam sepekan kedepan.
Bencana diprediksi terjadi pada periode 10-16 Oktober 2022 di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Jombang. Selain itu, juga rawan terjadi di Nganjuk, Madiun, Ngawi, hingga Malang. Potensi serupa terjadi di Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, dan sejumlah daerah di Madura.
”Masyarakat diminta tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran irigasi dan sungai-sungai serta memangkas dahan dan ranting pohon,” kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Kelas I Juanda Taufiq Hermawan.
Khofifah mengatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait mitigasi bencana. Tujuannya, meminimalkan risiko kerusakan maupun kerugian yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dia menyebut, selain dengan BPBD Jatim, pemprov juga berkoordinasi dengan BMKG dan Stasiun Meteorologi BMKG Kelas I Juanda, Sidoarjo.
”Kesiapsiagaan perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak berbagai bencana hidrometeorologi,” ujar dia.