Indovac Penuhi Kebutuhan Vaksin Dalam Negeri hingga 20 Juta Dosis
PT Bio Farma mengklaim mampu memproduksi 125 juta dosis Indovac per tahun. Namun, kali ini prioritas produksi vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan target awal 20 juta dosis.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan peluncuran Vaksin Covid-19 buatan anak bangsa, Indovac, di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Vaksin produksi PT Bio Farma ini diproyeksikan memenuhi kebutuhan penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri dan mewujudkan kemandirian vaksin.
”Mulai hari ini, kita bisa memproduksi vaksin Covid-19 sendiri dengan kapasitas tahun ini lebih dari 20 juta dan tahun depan bisa 40 juta dosis. Kalau memang pasar masih memerlukan, (produksi) bisa sampai 120 juta dosis vaksin,” ujarnya saat menyaksikan peluncuran vaksin Indovac di kantor PT Bio Farma, Bandung.
Menurut Presiden, Indovac sekali lagi menunjukkan kemandirian Indonesia dalam vaksin. Saat ini, Bio Farma adalah salah satu dari lima besar produsen vaksin di dunia dengan ekspor hingga 153 negara. Perusahaan ini juga mampu memproduksi 3 miliar vaksin dalam setahun.
Bahkan, lanjut Jokowi, Bio Farma menguasai 70 persen pangsa pasar dunia untuk vaksin polio. Selain itu, ada vaksin difteri, meningitis, flu, dan vaksin campak. Presiden meminta Menteri Kesehatan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong Bio Farma untuk terus produksi sehingga menghasilkan keuntungan bagi negara.
”Ini kerja keras dari sumber daya manusia muda kita dalam menggarap sebuah vaksin baru dari hulu sampai hilir. Indovac Ini memakan waktu dari awal sampai sekarang 1,5 tahun,” ujar Presiden Jokowi.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan, produksi vaksin Indovac ini merupakan langkah awal mewujudkan kemandirian Indonesia. Langkah ini akan dilanjutkan dengan mengonsolidasikan ekosistem kesehatan Indonesia, termasuk riset.
Erick mencontohkan, pengembangan vaksin Indovac bekerja sama dengan Baylor College of Medicine dari Amerika Serikat. Setelah itu, pengembangan vaksin ini dilakukan PT Bio Farma, mulai dari proses karakterisasi benih, optimasi proses produksi, uji praklinis, hingga uji klinis fase satu, dua, dan tiga.
”Harus diakui, kita tertinggal dengan negara lain. Karena itu, vaksin Indovac ini pun bibitnya kerja sama dengan negara lain. Namun, produksi semuanya di Indonesia, dengan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) mencapai 90 persen,” ujarnya.
Pengembangan ekosistem ini, lanjut Erick, mulai dari manufaktur, distribusi, hingga teknologinya. Dia berujar, dengan jaringan 1.300 apotek Kimia Farma, kebutuhan akan obat-obatan hingga vaksin diharapkan bisa menjangkau seluruh masyarakat.
”Kami punya cita-cita di tahun 2027, dorongan kepada ekosistem kesehatan ini bisa mencapai Rp 94 triliun. Ini penting untuk dilakukan agar bisa mengimbangi kebutuhan dengan penetrasi pasar jika dibutuhkan,” ujarnya.
Menurut Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir, kemandirian vaksin ini mulai terwujud karena Indovac bakal mengisi kebutuhan vaksin Covid-19 dalam negeri. Untuk mencapai hal itu, Bio Farma menargetkan distribusi 6,9 juta vaksin Indovac ke seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2022.
Terkait keamanan vaksin, Honesti memastikan efektivitasnya bakal mencapai 80 persen. Hal ini dinilai dari uji klinis terhadap 4.050 sukarelawan dengan keamanan dan dinilai bagus serta KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi) yang sangat ringan.
”Dari awal, kami mendesain vaksin ini dengan keamanan bagus, efikasi tinggi, kualitasnya juga bagus dan halal. Kami sudah mendapatkan itu semua dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan Kementerian Agama,” ujarnya.
Meski untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Bio Farma tidak menutup kemungkinan Indovac untuk diekspor. Honesti menyatakan, pihaknya mampu memproduksi hingga 120 juta dosis Indovac per tahun. Namun, semua akan disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk potensi ekspor ke sejumlah negara, seperti Nigeria, Zimbabwe, dan Kenya.
”Indonesia tidak akan lagi impor vaksin Covid-19. Semuanya akan menggunakan vaksin produksi dalam negeri, yaitu Indovac dari Bio Farma. Saat ini produksi vaksin fokus untuk dalam negeri, tetapi tidak menutup kemungkinan (untuk) ekspor. Kami sedang mengurus EUL (emergency use listing) dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia),” ujarnya.