Ekshumasi Dua Korban Kanjuruhan Direncanakan Pekan Depan
Dua korban Tragedi Kanjuruhan diekshumasi pekan depan. Pemeriksaan luar dokter forensik gabungan RSUD dan RS Bhayangkara menyatakan sebagian besar dari 132 korban meninggal karena oksigen dalam tubuh berkurang.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Bidang Dokter Kesehatan Kepolisian Daerah Jawa Timur menyatakan ada dua korban Tragedi Kanjuruhan yang hendak diotopsi atau tepatnya ekshumasi. Proses ekshumasi atau penggalian jenazah direncanakan berlangsung pada 20 Oktober.
Tanpa menyebut nama dua korban yang akan diotopsi, Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan (Bidokes) Polda Jatim Komisaris Besar Erwinn Zainul Hakim, Kamis (13/10/2022) sore, mengatakan, ada dua keluarga yang sepakat melaksanakan ekshumasi.
Bidokes Polda Jatim bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) untuk melakukan hal itu. Pihaknya pun masih melakukan cek silang dengan keluarga terkait pelaksanaannya. ”Kemungkinan besar pelaksananya adalah dokter yang ditunjuk oleh PDFI,” ujar Erwinn di Malang.
Disinggung apakah otopsi terhadap dua korban saja sudah cukup, Erwinn menjelaskan, sementara ini pihaknya hanya mendapat informasi dua jenazah. Naman, semua itu dikembalikan ke penyidik.
Dia mencontohkan, data pada korban meninggal terakhir atas nama Helen Priscilla (20) bisa disebut sebagai otopsi klinis. Proses dia masuk rumah sakit, sakit, sampai meninggal, termasuk rekam medis sampai magnetic resonance imaging (MRI), bisa menunjukkan penyebab kematian korban dan tanpa harus otopsi.
”Kami hanya menerima dari penyidik, kalau misalnya ada tambahan yang musti diotopsi, ya, kita laksanakan otopsi. Korban yang masih hidup catatan lukanya itu semua ada, tinggal dikonfirmasi. Luka-luka kenapa ada catatannya,” katanya.
Pada kesempatan ini, Erwinn juga mengatakan, hasil pemeriksaan luar oleh dokter forensik gabungan rumah sakit umum daerah dan tiga rumah sakit Bhayangkara menyatakan sebagian besar dari 132 korban meninggal (di rumah sakit pemerintah) akibat gejala asfiksia (kondisi oksigen dalam tubuh berkurang).
Di tempat terpisah, Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto mengatakan, otopsi melihat dari sisi kebutuhan, apakah dibutuhkan atau tidak. Selain itu, juga perlu izin dari pihak keluarga, baru bisa diputuskan.
”Karena ini masih koordinasi dengan pihak kejaksaan juga, makanya jaksa hadir di sini,” ujar Benny di Stadion Kanjuruhan, Kamis siang. Kompolnas hadir ke Kanjuruhan untuk menyupervisi jalannya penyidikan agar proses tersebut bisa berjalan lebih cepat. Menurut Kompolnas, terlihat kemajuannya cukup signifikan dalam proses hukum kasus Kanjuruhan.
Soal potensi kemungkinan adanya tambahan tersangka, Benny mengatakan, tidak hanya saat penyidikan, tetapi juga sidang di pengadilan. Saat ada bukti dan keterangan baru, jumlah tersangka juga bisa berkembang.
Saat ada bukti dan keterangan baru, jumlah tersangka juga bisa berkembang. (Benny Mamoto)
Sebelumnya, saat ditanya apakah ada kemungkinan tersangka baru, Direktur Tindak Pidana Umum Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Andi Rian Djajadi, yang saat itu juga hadir di Kanjuruhan, mengatakan, ”Mudah-mudahan.”
Sejauh ini, polisi sudah menetapkan enam tersangka dalam Tragedi Kanjuruhan. Mereka adalah Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Abdul Haris, dan security officer Suko Sutrisno.
Selain itu, ada Kepala Bagian Operasional Polres Malang Komisaris Wahyu Setyo Pranoto, Kepala Satuan Samapta Polres Malang Ajun Komisaris Bambang Sidik Ahmad, dan Komandan Kompi 3 Satuan Brimob Polda Jatim Ajun Komisaris Hasdarman.
Andi Rian yang berada di Kanjuruhan untuk mendampingi tim Inafis juga membenarkan kemungkinan otopsi terhadap dua korban dilakukan minggu depan. ”Ada orangtua yang meminta. Permintaan dari orangtua untuk otopsi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Posko Krisis Center Tragedi Kanjuruhan Wijanto Wijoyo memaparkan data terkini jumlah korban meninggal 132 orang, luka ringan-sedang 596 orang, dan luka berat 26 orang sehingga jumlah total korban meninggal dan luka ada 754 orang.
”Ada perubahan data karena ada korban yang masuk berobat. Misalnya, gangguan mata. Dia sudah pulang dari rumah sakit, tetapi merasa tidak enak badan sehingga kembali ke rumah sakit lagi,” katanya.