Jalan Trans-Kalimantan Terendam, Kalteng-Kalbar Terputus
Banjir di Kalimantan Tengah merendam jalur Trans-Kalimantan sehingga tak bisa dilewati. Setidaknya empat kabupaten di Kalimantan Tengah terendam banjir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Jalan Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat di daerah Kabupaten Lamandau terendam banjir. Kini, akses pun terputus lantaran tak ada kendaraan yang bisa menembus banjir setinggi 1 meter di sana.
Banjir berulang kali melanda Kabupaten Lamandau sejak akhir September. Biasanya banjir karena luapan air sungai itu cepat surut kembali. Namun, pada Senin (10/10/2022), banjir yang merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Lamandau, Kalteng, bertahan cukup lama sampai menutup jalan utama menuju Kalimantan Barat.
Camat Delang AACG Yudah Sulasopli menjelaskan, banjir sudah merendam wilayahnya sejak Minggu (9/10/2022) malam. Banjir bertahan hingga Senin siang dan merendam sejumlah wilayah di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau. Banjir menerjang wilayah Desa Sepoyu yang berada di pinggir jalan jalur Trans-Kalimantan.
”Kendaraan tidak bisa melintas, baik roda dua maupun roda empat, lebih baik putar balik karena ketinggian air mencapai 1 meter,” kata Yudah.
Yudah menambahkan, awalnya pada Minggu pagi kendaraan roda empat masih bisa melintas, sedangkan kendaraan roda dua harus menggunakan ojek kelotok atau perahu kayu bermesin untuk melintasi banjir. Namun, kini dengan ketinggian air lebih dari 1 meter, kendaraan roda empat pun tidak disarankan melintas.
Yudah yang baru pulang mengikuti kegiatan di Nanga Bulik, ibu kota Lamandau, pun terpaksa meninggalkan mobilnya di Desa Sepoyu karena tidak bisa melintas. Ia melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu bermotor untuk pulang ke rumah. ”Saya harus estafet (sambung kendaraan lain) untuk sampai ke rumah,” katanya.
Tiga desa, kata Yudah, di kecamatannya terendam banjir, yakni Desa Sepoyu, Lopus, dan Nyalang. Menurut dia, banjir terjadi karena hujan yang terus melanda sejak Jumat (7/10/2022) yang tak berhenti hingga Minggu malam. Air sungai pun meluap hingga ke permukiman warga dan jalan negara.
Banjir diakui memang kerap merendam wilayah Trans-Kalimantan. Menurut Yudah, dalam dua tahun terakhir, banjir makin sering terjadi. Sebelumnya banjir hampir tidak pernah membuat jalan nasional itu terputus.
Jalan Trans-Kalimantan tersebut menghubungkan langsung Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, dan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Setidaknya hanya membutuhkan waktu dua jam saja dari titik banjir menuju perbatasan Kalteng-Kalbar.
Ketinggiannya beragam, dari 60 cm hingga maksimal 1,5 meter. (Rihel)
Banjir juga masih melanda tiga kabupaten lainnya di Kalteng, antara lain Kabupaten Kotawaringin Timur, Katingan, dan Kabupaten Seruyan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah, banjir berdampak ke 1.975 keluarga di 18 kecamatan dengan total 36 desa di Kalteng. Total terdapat 3.408 orang yang terdampak. Data itu pun masih terus berkembang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur Rihel mengungkapkan, ketinggian banjir sudah mencapai 1,5 meter dan berpotensi terus meningkat jika hujan terus turun. Setidaknya 20 desa terendam di kabupaten tersebut dan pihaknya masih terus melakukan pendataan korban terdampak banjir.
”Ketinggiannya beragam, dari 60 sentimeter hingga maksimal 1,5 meter,” ungkap Rihel.
Rihel menambahkan, pihaknya saat ini sedang menyalurkan bantuan ke beberapa warga terdampak banjir. Bantuan tersebut datang dari banyak pihak, di antaranya pemerintah dan perusahaan perkebunan sawit, ikut membantu di wilayah operasi mereka.
”Kalau yang mengungsi, sampai saat ini belum ada. Yang dievakuasi juga belum ada,” kata Rihel.