Banjir Rendam Lima Kabupaten di Kalteng, Warga Mulai Mengungsi
Banjir masih melanda Kalimantan Tengah. Setidaknya lima kabupaten terendam banjir, beberapa warga pun mulai mengungsi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir rendam lima kabupaten di Kalimantan Tengah. Setidaknya 44 desa dengan total 6.531 keluarga terdampak. Selain hujan, banjir juga disebabkan oleh merosotnya daya dukung dan daya tampung alam.
Di provinsi itu, sebagian besar wilayah permukiman warga yang berada di pinggir sungai selalu diterjang banjir hampir setiap tahun. Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, banjir melanda di lima kabupaten, 12 kecamatan, dan 44 desa. Total terdapat 6.531 keluarga atau 23.001 jiwa terdampak banjir, termasuk fasilitas publik, seperti sekolah, tempat ibadah, juga jalan masuk desa ataupun kelurahan.
Lima kabupaten tersebut, antara lain, adalah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Katingan, Sukamara, dan Kabupaten Seruyan. Pihak BPBPK Provinsi Kalteng masih terus memantau dan mendata lokasi-lokasi banjir.
Di Kabupaten Katingan, banjir sudah terjadi dua kali di tahun ini. Pertama, banjir melanda pada Agustus, kini pada September banjir kembali datang. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, pihaknya beberapa waktu lalu sudah mengeluarkan status tanggap darurat selama 14 hari.
Selama 14 hari itu, lanjut Roby, banjir baru surut pada 26 September 2022 lalu. Tetapi, air sungai kembali meluap sejak Kamis (29/9/2022). Setidaknya dua kecamatan terendam banjir, yakni Kecamatan Tewang Karangan dan Kecamatan Kamipang.
”Banjir sudah sempat surut total, tetapi hari ini air Sungai Katingan mulai naik lagi dan meluap, ini terjadi karena hujan yang terus-menerus terjadi dan merata di seluruh wilayah Katingan,” ucap Roby.
Roby menjelaskan, jalan akses masuk ke wilayah dua kecamatan tersebut kini terendam air dengan ketinggian maksimal 10 sentimeter. ”Potensi besar Kota Kasongan bisa terendam banjir lagi jika hujan terus terjadi, ditambah kiriman air dari hulu yang cukup besar,” ucapnya.
Banjir juga melanda wilayah Kotawaringin Barat. Setidaknya dua kecamatan dengan 17 desa terendam banjir di wilayah tersebut. Pemerintah daerah mulai dirikan dapur umum dan tempat pengungsian di Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan.
Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Barat Sanitro mengungkapkan, baru dua keluarga dengan tujuh anggota keluarganya yang memilih mengungsi lantaran rumahnya terendam hampir 1 meter.
Gedung yang digunakan milik kelurahan itu, lanjut Sanitro, mampu menampung hingga 75 keluarga. Namun, ia berharap banjir bisa cepat surut dan pengungsi bisa kembali. ”Kami juga membuat dapur umum untuk para pengungsi,” katanya.
Sebelumnya, prakirawan Stasiun Meteorologi dari BMKG Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, menjelaskan, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di Kalteng karena banyak faktor. Salah satunya adanya belokan angin dan konvergensi di wilayah Kalimantan Tengah. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
”Kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,” kata Chandra.
Bisa dilihat daerah yang terkena banjir ini yang memang kondisi alamnya rusak.
Melihat kondisi itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah Bayu Herinata mengungkapkan, banjir bisa disebabkan banyak faktor, tetapi dari sekian banyak faktor itu, pemerintah hanya melihat dari faktor hujan. Padahal, banjir di Kalimantan Tengah juga terjadi lantaran merosotnya daya dukung dan daya tampung alam, juga kerusakan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS).
”Banjir yang terjadi terus-menerus di Kalimantan Tengah ini merupakan bukti kalau perubahan iklim itu nyata sehingga perlu diambil langkah konkret untuk bisa mengantisipasi hal ini terjadi terus,” kata Bayu.
Bayu mengingatkan pemerintah akan masifnya eksploitasi lingkungan dan perubahan fungsi hutan yang berujung pada bencana, salah satunya banjir. Pemerintah perlu mengevaluasi kembali perizinan perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di Kalteng.
”Bisa dilihat daerah yang terkena banjir ini yang memang kondisi alamnya rusak. Seperti di DAS Katingan dan Mentaya di Kotawaringin Timur yang kondisinya masuk kategor kritis, ini perlu upaya pemerintah untuk melihat lagi upaya mitigasinya,” ucap Bayu.