Diserang Banjir Tiap Tahun, Warga Katingan Siasati Rumah Hadapi Banjir
Enam Kabupaten di Kalteng masih terendam banjir. Walakin, warga tetap bertahan di rumahnya dan menyiasati rumah mereka agar tetap aman dari banjir. Hal itu dilakukan karena banjir melanda tiap tahun.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
KASONGAN, KOMPAS — Sudah hampir seminggu warga di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, terendam banjir. Di wilayah itu, warga memilih bertahan dan tidak mengungsi. Anak-anak pun diliburkan karena sekolah terendam.
Sebelumnya, enam kabupaten di Kalteng terendam banjir akibat luapan sungai-sungai besar di Kalteng, seperti Sungai Katingan, Sungai Mentaya, Sungai Kahayan, dan Sungai Barito. Sungai Barito merupakan salah satu sungai terpanjang di Indonesia.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, enam kabupaten/kota yang terendam adalah Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Barito Utara, Barito Selatan, Pulang Pisau, Murung Raya, dan Kota Palangkaraya. Banjir berdampak di 28 kecamatan, 99 desa dan kelurahan, dan 3.966 keluarga beserta 5.164 rumah.
Dari pantauan Kompas di Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan, banjir masih merendam sejumlah wilayah. Anak-anak bermain dan berenang di tengah banjir karena sekolah diliburkan. Luapan Sungai Katingan masuk hingga ke rumah-rumah warga.
Pada Rabu (14/9/2022) siang, Djaini (49), warga Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, sibuk membuat katil atau panggung kayu di tengah rumahnya. Setiap tahun, ia dan istrinya tidur di katil saat banjir melanda.
”Ini hujan gak berhenti, air cepat naik. Ada yang mengungsi ke rumah keluarga, tapi saya lebih memilih tinggal di sini karena jaga barang. Banyak tetangga juga menitipkan barangnya di sini,” ungkap Djaini.
Di rumah Djaini, luapan air sungai masuk hingga ke kamar tidur. Segala peralatan elektronik, mulai dari televisi hingga kulkas, dinaikkan ke atas katil dan tidak digunakan. Ia khawatir terjadi korsleting pada peralatan tersebut.
”Tahun ini banjir belum seberapa dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu rumah saya terendam setengahnya,” ujarnya.
Menurut dia, warga di Katingan terlalu sering menghadapi banjir sehingga menyiasati rumah mereka dengan katil. ”Kami tahu betul kapan banjir datang dan surut karena tiap tahun kena banjir. Bahkan, tahun lalu tiga kali dihantam banjir," lanjutnya.
Sementara itu, Arif (11) tidak pergi ke sekolah selama dua hari. Murid kelas V di SDN 1 Katingan Hilir itu sedang bermain di area banjir bersama teman-temannya. ”Sekolahnya banjir, nah jadi kada (tidak) sekolah,” ujarnya.
Tak hanya sekolah, Kantor Polsek Katingan Hilir pun digenangi air yang masuk di halaman. Gereja dan pasar juga ikut terendam. Walakin, warga masih beraktivitas di tengah banjir.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Katingan Roby menjelaskan, jalan trans-Kalimantan yang menghubungkan Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng, dengan enam kabupaten dan Provinsi Kalimantan Barat juga ikut terendam banjir, tetapi masih bisa dilalui semua kendaraan. ”Aktivitas masih berjalan dan normal di wilayah itu,” katanya.
Kabupaten Katingan jadi satu-satunya kabupaten yang menetapkan status siaga bencana banjir selama 14 hari. Kabupaten dan kota lainnya yang terdampak belum menetapkan status bencana banjir. Wilayah ini sudah dilanda banjir dua kali pada Agustus dan September tahun ini. ”Ini karena intensitas hujan yang tinggi sehingga air sungai meluap dan sebabkan banjir," ujar Roby.
Di Kotawaringin Timur, baru sembilan keluarga yang mengungsi karena rumah mereka terendam sepenuhnya di Desa Bajarau, Kecamatan Parenggean. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kotawaringin Timur Rihel menyebutkan, banjir terjadi akibat luapan Sungai Mentaya. Luapan itu sampai di permukiman dan merendam banyak desa di wilayahnya.
Setidaknya dua desa terisolasi di Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, karena jalan akses masuk ke dua desa itu tak bisa dilalui kendaraan. Sembilan keluarga dari desa tersebut terpaksa mengungsi lantaran rumahnya terendam banjir. Mereka mengungsi ke Balai Desa Bajarau.
”Selama berhari-hari hujan deras melanda di wilayah hulu sampai di sini. Hujan ini memang merata hampir ke seluruh Kalteng,” kata Rihel saat dihubungi dari Kota Palangkaraya, Selasa (13/9/2022).
Rihel menuturkan, banjir di Kotawaringin Timur awalnya terjadi pada Senin (5/9/2022) atau seminggu yang lalu, tetapi sempat surut total. Hujan dengan intensitas tinggi selama dua hari ini membuat sungai kembali meluap.
Prakirawan stasiun meteorologi dari BMKG Kota Palangkaraya, Chandra Mukti Wijaya, memaparkan, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi terjadi di Kalteng karena banyak faktor. Salah satunya adalah adanya belokan angin dan konvergensi di wilayah Kalteng. Kondisi tersebut kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
”Kondisi atmosfer di wilayah Kalteng cukup labil sehingga mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi hujan sedang hingga lebat di wilayah tersebut,” kata Chandra.