PT KAI Daop 3 Cirebon Antisipasi 7 Titik Rawan Banjir di Pantura
Seiring meningkatnya curah hujan, PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 3 Cirebon mengantisipasi tujuh titik rawan banjir. Selain memantau jalur, petugas juga menyiagakan alat material untuk siaga.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 3 Cirebon mengantisipasi tujuh titik rawan banjir seiring meningkatnya curah hujan di kawasan pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain berpatroli dan membersihkan saluran di jalur kereta, petugas juga menyiagakan alat material untuk siaga atau AMUS di titik itu.
Manajer Humas PT KAI Daop 3 Cirebon Ayep Hanapi mengatakan, hujan intensitas tinggi dapat membuat jalur kereta api terendam atau ambles. ”Guna mengantisipasi potensi bahaya, maka selama musim hujan diberlakukan Siaga 1,” katanya di Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/10/2022).
Langkah antisipasi itu, antara lain, menormalisasi saluran air dari tumpukan sampah dan lumpur di jalur Daop 3 Cirebon. Terdapat tujuh titik rawan banjir dan ambles di koridor Cikampek-Cirebon, seperti di Kilometer 125+704 dan Km 127+197 di Stasiun Pegaden Baru-Cipunegara.
Titik lainnya berada di Km 123+811 di Stasiun Cikaum-Pegaden Baru, Km 129+784 di Stasiun Pegaden Baru-Cipunegara, Km 131+945 dan Km 135+850 di Stasiun Cipunegara-Haurgeulis, serta Km 138+915 di Stasiun Haurgeulis-Cilegeh. Debit air di daerah itu cukup tinggi saat hujan.
Pihaknya telah menyiagakan AMUS untuk mengantisipasi banjir dan ambles di titik rawan itu. AMUS terdiri dari mesin pemadat badan rel, bantalan rel, kricak (pecahan batu untuk bahan cor), potongan rel, dan potongan suku cadang jembatan. Berbagai material itu dapat mempercepat penanganan jika rel terganggu.
Petugas telah menempatkan AMUS di lima titik, yakni di Stasiun Pegaden Baru (Subang), Jatibarang (Indramayu), Cirebon (Kota Cirebon), dan dua titik di Sindanglaut (Cirebon). Lokasi itu dapat menjangkau dengan cepat jika terjadi gangguan di tujuh titik rawan banjir dan ambles.
Apalagi, kereta api kerap melintasi wilayah Daop 3 Cirebon yang membentang di 549 kilometer. Wilayah ini merupakan jalur utama dari Jakarta ke Jawa dan sebaliknya. Terdapat 30 stasiun di daerah itu dan tersebar di Stasiun Tanjungrasa, Jatibarang, Cirebon, dan Songgom (Brebes).
”Kami juga menerjunkan petugas untuk memantau titik-titik rawan bencana dan menambah petugas penilik jalan ekstra,” ucap Ayep. Ia belum mengetahui pasti jumlah petugas yang diterjunkan. Namun, petugas secara bergantian setiap hari mengecek jalur rawan tersebut.
Dalam catatan Kompas, banjir parah pernah terjadi antara Stasiun Losari dan Tanjung, termasuk Daop 3 Cirebon, pada Februari 2018. Jalur itu terendam luapan Sungai Cisanggarung. Akibatnya, jalur utara lumpuh selama 24 jam. Jalur selatan juga tak beroperasi sekitar 6 jam.
Belasan perjalanan kereta api (KA) terhambat. Bahkan, KA barang terlambat hingga 11 jam. Menurut Ayep, pemerintah dan PT KAI telah membenahi jalur itu sehingga tidak lagi rawan terendam banjir saat hujan. ”Di sana sudah dipasang talud (tembok) penahan air,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Jabar merilis potensi hujan intensitas lebat yang disertai petir, kilat, serta angin kencang pada 9-15 Oktober. Daerah yang terdampak, seperti Bogor, Bandung, Sukabumi, Pangandaran, dan Cirebon.
”Kami merekomendasikan agar pemerintah daerah yang terdampak mengantisipasi terjadinya banjir hingga longsor akibat cuaca ekstrem,” ujar Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jabar Indra Gustari. Masyarakat dapat mengakses perkembangan cuaca di laman signature.bmkg.go.id.