TGIPF Tragedi Kanjuruhan Temukan Pintu Stadion Tertutup Saat Pertandingan Usai
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan menyaksikan ada pintu stadion yang terkunci saat peristiwa itu terjadi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Tim Gabungan Independen Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan menyaksikan pintu keluar 12 dan 13 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam kondisi tertutup saat peristiwa terjadi. Semestinya, berdasarkan prosedur standar operasi, semua pintu stadion sudah dibuka 10-15 menit sebelum pertandingan selesai.
Hal itu disampaikan anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan, Doni Monardo, seusai mengunjungi Stadion Kanjuruhan, Jumat (7/10/2022) petang. Selama di lokasi, Doni memeriksa satu per satu kondisi pintu di stadion itu.
”Temuan pertama, kami menyaksikan ternyata pintu, terutama pintu 12 dan 13, dalam kondisi yang tertutup. Kami sedang mengumpulkan data dan akan mengundang pihak yang bertanggung jawab mengamankan pintu tersebut,” ucapnya saat ditanya awak media soal hasil temuan sementara tim.
Saat memeriksa pintu satu per satu, TGIPF tidak didampingi oleh petugas yang bertanggung jawab menjaga pintu tersebut saat peristiwa terjadi. Doni tidak menyebut alasannya. Akibatnya, dibutuhkan waktu lagi untuk bisa mengumpulkan panitia yang terlibat dalam pengamanan pintu stadion.
Padahal, kondisi pintu stadion menjadi salah satu poin krusial dalam tragedi ini. Mana saja pintu yang dibuka atau ditutup, apa saja penyebab pintu itu dibuka atau ditutup. Itu semua mesti diungkap.
”Karena penjelasan Kadispora (Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Malang Nazzarudin Hasan yang ikut mendamping Doni Monardo) SOP-nya 15-10 menit sebelum laga sepak bola selesai semua pintu harus dibuka. Tapi, faktanya saat malam tersebut ada sejumlah pintu yang tidak dibuka,” katanya.
Disinggung soal kemungkinan melakukan otopsi terhadap jenazah korban, Doni menjelaskan mungkin ada rencana itu. Namun, terkait otopsi, Ketua Pengurus Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia Bobi Prabowo, yang ikut bersama Doni di Kanjuruhan, mengatakan, pihaknya masih menunggu arahan lebih lanjut dari pakar dan pihak berwajib.
”Kami hanya menunggu. Seharunya kalau visum et repertum, otopsi dari pihak kepolisian. Kami bersama dinas kesehatan akan membantu untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan guna mencari sebab, kesimpulan,” ucapnya.
Sementara itu, terkait keberadaan kamera pemantau, Nazzarudin Hasan menuturkan belum bisa menjelaskan karena semua CCTV di Kanjuruhan masih menjadi barang bukti penyidikan. Pihaknya pun masih menunggu hasilnya. Total ada 32 titik CCTV di Stadion Kanjuruhan dan semuanya berfungsi.
Sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers di Mako Polres Malang, mengatakan, pihaknya sedang mendalami enam dari 32 CCTV yang ada di stadion, yakni CCTV di pintu 3, 9, 10, 11, 12, dan 13. Pasalnya, di tempat itu terdapat cukup banyak korban.
Doni menambahkan, sejauh ini pihaknya belum bisa memberikan kesimpulan. Tim akan bekerja mencari data sebanyak mungkin yang akurat. Harapannya, dua-tiga hari ke depan semua bukti akurat sudah bisa dikumpulkan.
TGIPF Kanjuruhan sudah berada di Malang sejak tiga hari lalu untuk mengumpulkan data. Beberapa hari lalu tim juga sudah bertemu sejumlah pakar untuk memahami apa yang terjadi.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Kompas, masih banyak warga yang datang untuk tabur bunga dan berdoa di Stadion Kanjuruhan, terutama di depan pintu 13 yang masih terkunci. Kondisi pintu besi agak meleyot (kemungkinan akibat desakan dari dalam) dengan roster angin-angin di sisi timur jebol.