Ingin ke Labuan Bajo? Hindari Saat Musim Kawin Komodo
Pada saat musim kawin, komodo sulit dijumpai wisatawan. Namun bagi tamu istimewa, atamodo bisa menghadirkan komodo bagi mereka.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
Grup perjalanan baru saja tiba di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, suatu siang pada Juli 2022. Rahman yang bertugas sebagai pemandu mengajak rombongan itu segera bergerak ke titik yang diketahui masih tersisa satu ekor komodo. Langsung potong kompas. Penjelasan mengenai prosedur selama berada di dalam taman nasional itu pun ia sampaikan sambil berjalan.
Ini berbeda dengan prosedur lazimnya. Pengunjung yang datang ke sana terlebih dahulu mendapat penjelasan mengenai gambaran umum tentang Taman Nasional Komodo, mulai dari luas areal, keanekaragaman hayati di dalamnya, dan perilaku komodo. Selain itu harus melewati jalur yang sudah ditetapkan.
Pemandu juga mengingat wanita yang sedang datang bulan agar selalu berada di tengah rombongan. Bau darah dikhawatirkan menarik perhatian komodo yang memiliki daya endus melampui satu kilometer itu. Ada kemungkinan, hewan karnivora itu bergerak mendekati lalu menyerang sasaran.
Kali ini, grup perjalanan itu diminta mempercepat langkah mengingat satu ekor komodo dimaksud sudah bergerak menuju hutan. Sekitar 5 menit kemudian akhirnya bisa melihat langsung hewan purba itu. Masing-masing wisatawan mengabadikannya dengan memotret, merekam video, dan berswafoto.
Komodo terus bergerak menuju hutan. Beberapa petugas berusaha menghalau namun komodo merayap pulang ke sarang. Momen perjumpaan itu berlangsung sangat singkat.
"Kalau kita terlambat lima menit saja, tidak bisa ketemu lihat komodo. Kasihan sudah datang jauh-jauh, " ujar Rahman.
Untuk mencapai Pulau Komodo, wisatawan menggunakan kapal atau perahu motor. Pulau Komodo menjadi titik terakhir yang menyempurnakan perjalanan wisata. Sebelum ke Komodo, wisatawan diantar terlebih dahulu ke Pulau Padar dan Pantai Pink. Keluar dari Pelabuhan Labuan Bajo pukul 06.00, tiba di Pulau Komodo paling cepat pukul 14.00.
Beberapa rombongan yang tiba belakangan, terlambat. Mereka tak berhasil menjumpai komodo yang sudah bergerak jauh ke tengah hutan. Ada yang kecewa, bahkan marah. Mereka memutuskan menunggu keesokan harinya meski masih dalam ketidakpastian.
Bagi tamu istimewa, atamodo bisa membantu memanggil komodo. Mereka mempunyai ritual khusus yang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu dalam komunitas atamodo. Mereka sanggup melakukannya karena kedekatan mereka dengan komodo yang dianggap sebagai leluhur mereka.
Rahman menjelaskan, mulai awal bulan Juni hingga awal Agustus merupakan musim kawin bagi komodo. Selama itu, komodo dewasa tinggal di dalam sarang. Hanya ada beberapa ekor anak komodo yang masih berkeliaran. Itu pun di beberapa titik saja.
Anak komodo yang masih lincah bergerak dengan kecepatan 20 kilometer per jam, dengan cepat menghilang ketika melihat semakin banyak pengunjung. "Musim kawin biasanya dua bulan. Jadi kalau mau lihat banyak komodo, datang ke sini mulai pertengahan Agustus, " ujarnya.
Berdasarkan data Balai Taman Nasional Komodo, satwa komodo tersebar di lima Pulau. Populasi komodo pada 2021 terbanyak di Pulau Komodo 1.728 ekor, Pulau Rinca 1.385 ekor, Pulau Padar 19 ekor, Pulau Gili Motang 81 ekor, dan Pulau Nusa Kode 90 ekor. Total ada 3.303 ekor di dalam kawasan taman nasional.
Bisa panggil komodo
Latief, salah satu atamodo atau sebutan bagi warga Pulau Komodo, juga membenarkan bahwa musim kawin komodo berlangsung dalam periode Juni hingga Agustus. Selama kurun waktu tersebut, wisatawan sulit menemukan komodo. Bagi wisatawan yang jauh-jauh datang ke sana, ini bisa menjadi perjalanan yang sia-sia.
Bagi tamu istimewa, atamodo bisa membantu memanggil komodo. Mereka mempunyai ritual khusus yang hanya bisa dilakukan orang-orang tertentu dalam komunitas atamodo. Mereka sanggup melakukannya karena kedekatan mereka dengan komodo yang dianggap sebagai leluhur mereka.
"Ada prosesi adatnya. Ada doanya, " ujar Latief.
Doni Pariera, pelaku wisata, punya kesaksian tentang hal yang dianggap irasional itu. Beberapa tahun lalu, ia menangani kunjungan wisatawan asing yang datang dengan kapal pesiar. Jumlah mereka ribuan orang. Sayangnya, mereka datang ke sana pada saat musim kawin komodo.
Satu minggu sebelum kapal pesiar tiba, tidak ada tanda-tanda munculnya komodo. Doni memerintahkan timnya membuat pancingan dengan menggantung potongan daging kambing mentah di beberapa titik. Mereka juga membuat kubangan air. Hasilnya nihil. Tak seekor pun komodo muncul.
Jika sampai hari di mana wisatawan tiba dan tidak menjumpai komodo, Doni bakal dianggap melakukan pembohongan. Reputasi agen wisatawan yang ia pimpin bahkan pariwisata Labuan Bajo dan Indonesia pada umumnya dipertaruhkan.
"Gara-gara itu, saya sampai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, " tuturnya.
Di tengah kondisinya yang frustasi berat, seorang anak bauahnya menyarankan agar Doni meminta tolong kepada tokoh adat di Pulau Komodo. Masih dengan keraguan, Doni menjumpai kepala kampung untuk menyampaikan permohonannya. Mereka bersedia membantu dengan sejumlah persyaratan seperti menyediakan beras ketan dan beberapa bahan lain yang dibutuhkan.
Keesokan harinya, rombongan atamodo yang dipimpin tokoh adat datang ke lokasi itu. Mereka menghambur beras ketan sambil meratap. Ratapan dalam bahasa lokal dengan nada melankolis. Mereka seakan memohon agar komodo yang dianggap sebagai nenek moyang mereka itu bisa menampakkan diri. Rombongan itu pun kembali.
"Malamnya, di radio terdengar bunyi aneh. Kami sebar tim ke beberapa titik dan di sana komodo bermunculan. Keesokan harinya, kapal pesiar tiba dan wisatawan asing bisa melihat langsung komodo. Mereka bilang ini naga yang sesungguhnya, " kata Doni.
Setelah kapal pesiar meninggalkan Pulau Komodo, beberapa jam kemudian komodo kembali ke sarang dan tidak muncul lagi sampai selesai musim kawin. Sesuatu yang sulit diterima akal sehat, namun menggambarkan betapa kuatnya hubungan antara atamodo dengan reptil komodo.
Bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke Pulau Komodo, sebaiknya jangan datang pada saat musim kawin komodo. Pilih waktu yang tepat agar bisa lebih lama menjumpai reptil purba yang masih bertahan hidup melintasi zaman itu.