Presiden Perintahkan Audit Total Seluruh Stadion yang Dipakai untuk Liga
Presiden memerintahkan Kementerian PUPR untuk mengaudit stadion agar tragedi Kanjuruhan tidak terulang.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengaudit total seluruh stadion yang digunakan untuk kompetisi sepak bola di Indonesia, mulai dari Liga 1 sampai 3.
Presiden mengatakan hal itu setelah mengunjungi korban yang tengah dirawat dan memberikan santunan kepada ahli waris korban tragedi Kanjuruhan di halaman Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA), Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (5/10/2022). Seusai dari RSSA, Presiden mengunjungi Stadion Kanjuruhan.
Ikut mendampingi Presiden, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD; Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali; Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy; serta Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo.
Menurut Presiden, audit dilakukan untuk mengetahui apakah stadion-stadion itu sudah memenuhi standar, mulai dari ukuran gerbang hingga manajemen lapangan.
”Dari peristiwa ini (tragedi Kanjuruhan), kita harus perbaiki semuanya, manajemen pertandingan, manajemen lapangan, manajemen pengelolaan stadion. Semuanya harus kita audit total. Kita tidak ingin peristiwa seperti Kanjuruhan terjadi di negara kita,” katanya.
Pada Senin malam, kata Jokowi, dirinya berbicara melalui telepon dengan Presiden Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) Gianni Infantino. Pada kesempatan itu Gianni menyampaikan, jika diperlukan, FIFA bisa membantu memperbaiki tata kelola persepakbolaan di Indonesia.
Terkait dengan kedatangan ke RSSA, Presiden Jokowi mengatakan menjenguk korban tragedi Kanjuruhan guna memastikan mereka yang dirawat mendapat pelayanan paling baik. Pada kesempatan itu Presiden juga berbincang dengan beberapa pasien untuk mengetahui situasi sebenarnya pada malam pertandingan Arema FC versus Persebaya.
”Saya benar-benar ingin tahu akan masalah penyebab tragedi ini hingga ke depan kita bisa dapatkan solusi terbaik dan kita tahu sudah dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Independen yang diketuai Menko Polhukam,” katanya.
Dalam kunjungan kali ini Presiden juga berpesan kepada pasien dan korban agar tetap semangat, segera sembuh sehingga bisa beraktivitas kembali. Disampaikan pula bahwa seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Disinggung soal target hasil kerja TGPF Independen, Presiden minta secepat-cepatnya. Sebelumnya, Menko Polhukam menyampaikan, waktu sekitar satu bulan. ”Saya minta secepat-cepatnya karena barangnya kelihatan semua,” ucapnya.
Sementara itu, ahli waris korban meninggal tragedi Kanjuruhan merasa berterima kasih atas santunan yang diberikan pemerintah. Budi Suwignyo (42), warga Desa Petungsewu, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, juga berharap proses penanganan hukum kasus ini bisa berlangsung adil.
Budi kehilangan Wahyu Nur Utomo (18), anak pertama dari dua bersaudara. Saat kerusuhan berlangsung, anaknya yang baru lulus SMA tengah berada di tribune, tidak ikut masuk ke tengah lapangan. ”Temannya tahu dia (Wahyu) di tribune. Saat itu ada gas air mata dan lampu stadion mati. Keinjak atau pintu ditutup, saya tidak tahu,” ucapnya.
Lain dengan Budi Suwignyo, Saiin (42), warga Desa Slamet, Kecamatan Tumpang, yang kehilangan anak pertamanya, Riyo Edit Setyawan (21), pasrah terkait proses hukum kasus ini. ”Saya pasrah kepada Yang Maha Kuasa,” ucapnya sambil berkaca-kaca.