Negosiasi Mandek, Penerbangan ke Wakatobi Kembali Tertunda
Penerbangan ke Wakatobi yang telah terhenti tiga bulan terakhir belum menunjukkan ada perkembangan berarti. Setelah disetujui adanya subsidi penerbangan, negosiasi dengan maskapai mandek karena besaran nilai subsidi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Rencana pembukaan penerbangan ke Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang telah terhenti tiga bulan terakhir belum menunjukkan perkembangan berarti. Setelah disetujui adanya subsidi, negosiasi dengan maskapai mandek. Tidak hanya itu, penganggaran juga menjadi kompleks setelah penetapan APBD Perubahan Wakatobi tidak diselesaikan tepat waktu.
Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara Belli Harli Tombili mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Sultra telah mengalokasikan dana subsidi untuk penerbangan sebesar Rp 1,5 miliar. Dana ini akan dikirimkan ke Pemkab Wakatobi yang berkoordinasi dengan maskapai nantinya. Subsidi penerbangan akan dilakukan hingga akhir tahun mendatang.
”Namun, kendalanya itu ada di negosiasi harga subsidi tiket dengan maskapai. Terakhir diskusi dengan Lion Air, kami telah menyetujui subsidi di harga batas atas tiket, yaitu Rp 848.000 per kursi, dengan total 70 kursi. Namun, menurut mereka, nilai ini dianggap belum menutupi (biaya) operasional penerbangan,” kata Belli di Kendari, Selasa (4/10/2022).
Nilai subsidi tersebut, ia melanjutkan, tidak dapat dinaikkan lagi karena terbentur dengan aturan. Pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga telah mengingatkan agar nilai subsidi tidak melebihi harga batas atas tiket.
Situasi seperti ini, tambah Belli, membuat penerbangan ke Wakatobi belum akan berjalan dalam waktu cepat. Awalnya, jika negosiasi berjalan lancar, pembukaan penerbangan direncanakan pada awal Oktober ini. Sejumlah alternatif telah dilakukan, termasuk mengajak maskapai lain untuk masuk ke Wakatobi.
”Tapi, kami juga koordinasi dengan maskapai lain, yang terakhir dengan Susi Air. Meski pesawatnya berkapasitas 19 orang, kalau dua kali penerbangan dalam sehari harusnya cukup untuk membawa penumpang atau barang. Kami terus lakukan upaya dan mencari alternatif agar pesawat bisa segera (beroperasi),” katanya.
Di satu sisi, menurut Belli, persetujuan ini tetap tidak bisa berjalan jika Pemkab Wakatobi tidak segera mengesahkan APBD Perubahan 2022. Sebab, subsidi penerbangan harus dianggarkan oleh daerah yang nantinya akan melakukan kerja sama dan penandatanganan kesepakatan.
”Kami upayakan agar bisa segera ada penerbangan. Apalagi pada Desember mendatang ada kegiatan Hari Nusantara yang dipusatkan di Wakatobi,” tambahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi Nadar mengatakan, pembahasan dan penetapan APBD-P 2022 memang tidak sesuai tenggat yang ditentukan. Saat ini, pemerintah tengah melakukan penyusunan peraturan kepala daerah (perkada) sebagai pengganti peraturan daerah terkait penganggaran tersebut.
Dalam APBD-P 2022, ujarnya, Pemkab Wakatobi telah memasukkan subsidi untuk penerbangan. Namun, ia mengatakan tidak mengetahui persis nilai yang diajukan tersebut. Setelah Perkada APBD-P selesai ditetapkan, upaya untuk pengoperasian penerbangan tentu tidak akan langsung bisa dilakukan. Sebab, harus ada finalisasi komitmen hingga penandatanganan kerja sama.
Oleh karena itu, ia tidak mau memberi target kapan penerbangan ke Wakatobi bisa berjalan. ”Karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan dahulu. Mulai dari negosiasi dan finalisasi hingga MOU dengan maskapai. Semoga bisa segera selesai semuanya,” ucapnya.
Dihubungi terpisah, Corporate Communications Strategic Wings Air Danang Mandala Prihantoro tidak menjawab panggilan. Sejumlah pertanyaan yang dikirimkan melalui pesan pendek juga tidak dibalas.
Sejak Jumat (8/7/2022), satu-satunya penerbangan Wings Air ke Wakatobi dihentikan oleh pihak Lion Air. Rilis pihak Wings Air yang dikirimkan pada Rabu (6/7/2022) menyebutkan, penghentian sementara penerbangan rute Kendari-Wakatobi berlaku mulai Jumat (8/7/2022). Penghentian ini berlangsung hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Keputusan ini diambil sebagai langkah penataan ulang kinerja pada rute tersebut. Pihak Wings Air akan terus melakukan evaluasi dan berharap dapat kembali membuka layanan yang mendukung aktivitas perekonomian serta mobilitas warga dan barang di Wakatobi.
Terhentinya penerbangan membuat aktivitas masyarakat sangat sulit. Pariwisata yang menjadi salah satu sektor utama masyarakat pun mati suri.
Pengelola usaha selam, Seto (30), mengungkapkan, sejak Juli, ia hanya dua kali menerima tamu. Tamu tersebut harus mengeluarkan biaya dan waktu lebih dengan akses yang harus berganti beberapa kali. Sejak awal Agustus, ia betul-betul menganggur dan tidak menerima tamu.
”Kalau dibilang, penurunannya sampai 90 persen. Saat ada penerbangan, tamu bisa sampai 40 orang dalam sebulan, sekarang sebulan satu orang. Bagaimana tamu mau datang kalau mereka yang biasanya bisa tiga hari di Wakatobi sekarang harus minimal lima hari. Setelah datang di Kendari, harus terbang ke Baubau. Dari Baubau naik feri ke Wangi-wangi. Baliknya pun begitu, jadi harus ekstra waktu dan biaya,” paparnya.
Oleh sebab itu, ia berharap penerbangan ke Wakatobi segera terbuka dan normal kembali. Sebab, sebagai daerah tujuan wisata nasional, daerah ini seharusnya tidak membiarkan akses penerbangan tertutup sehingga membuat sektor pariwisata benar-benar mati suri.