Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur meminta maaf atas adanya kekurangan saat pengamanan laga BRI Liga I antara kesebelasan Arema FC dan Persebaya Surabaya, 1 Oktober 2022, hingga timbul ratusan korban jiwa.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Nico Afinta meminta maaf atas kekurangan saat pengamanan laga BRI Liga I antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022. Ia berjanji kejadian itu akan dievaluasi bersama. Nico juga berharap semua pihak, termasuk Aremania, pendukung Arema FC, tetap menjaga Malang dan Jatim dengan baik.
”Saya sebagai Kapolda prihatin dan turut menyesal, sekaligus minta maaf di dalam proses pengamanan ada kekurangan. Ke depan, kami akan mengevaluasi bersama-sama dengan panitia penyelanggara, Presiden Liga, dan PSSI. Harapannya, pertandingan sepak bola ke depan aman, nyaman, dan bisa menggerakkan ekonomi,” kata Nico, Selasa (4/10/2022).
Hal itu disampaikan Nico seusai memantau kondisi korban yang dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Ia datang bersama rombongan Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, dan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jatim KH Marzuki Mustamar. Mereka datang menemui Direktur RSSA Malang Kohar Hari Santoso dan tim medis yang bertugas merawat korban tragedi Kanjuruhan.
Nico mengatakan, Polda Jatim bersama-sama tim Mabes Polri terus mengidentifikasi korban. Sejauh ini, ada 125 korban tewas dan 300-an korban dirawat. ”Bapak Kapolri memberikan perhatian secara khusus pada korban meninggal dunia ataupun yang dirawat. Kami juga berkoordinasi dengan Pemprov Jatim serta Pemkab dan Pemkot Malang terkait perbaikan sarana prasarana dan kendaraan yang rusak,” katanya.
Nico juga memohon doa agar semua permasalahan bisa diselesaikan secara bersama-sama. ”Ini kota kita, tempat kita bersama, satu rumah. Bila ada permasalahan, saya yakin bisa diselesaikan yang tinggal di rumah tersebut. Kita semua bersaudara, Langkah-langkah ini pasti membawa hal yang positif. Terima kasih untuk semua dokter yang bekerja, terima kasih Wagub mewakili pemprov atas koordinasi yang sangat baik. Terima kasih untuk seluruh Aremania, tolong jaga kota ini, tolong jaga provinsi ini, ini milik kita,” katanya.
Selanjutnya, menurut Nico, polisi akan menegakkan hukum pada siapa saja yang bersalah setelah proses kemanusiaan selesai, termasuk bila ada anggota polisi yang terlibat. ”Kemarin sudah diumumkan Pak Humas (Kadiv Humas Polri), yang tentunya proses sedang berjalan,” katanya.
Adapun Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, tim disaster victim investigation (DVI) bekerja sama dengan perhimpunan kedokteran forensik Jatim dan rumah sakit sudah mengidentifikasi korban dalam tragedi Kanjuruhan. Sampai kini, ada 125 korban meninggal dunia dan masih ada pasien yang dirawat. Terkait detail penyelidikan, seperti gas air mata yang merupakan bagian dari materi investigasi, akan disampaikan pada kesempatan berikutnya.
Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar turut menyampaikan bela sungkawa atas tragedi tersebut. Dia menghimbau warga NU untuk shalat Ghaib. Selain itu, dia sudah berbicara ke pemerintah dan polisi agar memprioritaskan penyelesaian masalah kemanusiaan.
”Yang sakit disembuhkan semaksimal mungkin, yang wafat diurus sesuai agama masing-masing, dan kemudian dari pemerintah provinsi, NU, dan lainnya ada sedikit santunan. Jadi, masalah-masalah kemanusiaan kita utamakan. Saya yakin, manajemen Arema juga melakukan itu,” katanya.
Marzuki menambahkan, sebelum masalah kemanusiaan selesai, kami mohon semua pihak menahan diri. Setelah semua masalah kemanusiaan selesai, polisi pasti akan melakukan proses hukum terhadap siapa pun. ”Sebelum masalah kemanusiaan selesai, kami mohon semua pihak, baik pegiat media sosial, wartawan, maupun lainnya, tidak usah angkat masalah lain dulu,” katanya.