Waspadai Dampak Gelombang Tinggi di Kawasan Pesisir NTB
Tiga mahasiswa tewas akibat tenggelam saat berenang di pesisir Lombok Utara, NTB. Masyarakat yang beraktivitas di pesisir harus mewaspadai cuaca buruk dan gelombang tinggi yang saat ini melanda.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Masyarakat diimbau mewaspadai tingginya gelombang di kawasan perairan laut dan sungai di wilayah Nusa Tenggara Barat. Hal itu untuk mencegah terulangnya kejadian yang bisa merenggut korban jiwa. Pada awal Oktober ini, tiga warga Lombok meninggal saat berenang di kawasan pesisir Lombok Utara.
Menurut data Kantor SAR Mataram, tiga korban yang meninggal itu ialah Eibra Alqy Iqsan (19), Awan Purwanto (19), dan Dedy Irawan (19). Ketiganya merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Amin Kediri, Lombok Barat.
Menurut Juru Bicara Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Mataram I Gusti Lanang Wiswanadana, di Mataram, Senin (3/10/2022), peristiwa itu terjadi pada Minggu (2/10/2022) pukul 16.30 Wita di Pantai Klui, Desa Malaka, Lombok Utara.
Gusti mengatakan, kejadian itu bermula saat para korban berenang di Pantai Klui. Salah satu dari mereka, yakni Dedy Irawan, berteriak meminta tolong. Dua rekannya, yakni Awan Purwanto dan M Aiman Gazali (19), kemudian datang membantu.
Akan tetapi, saat menolong rekannya, Awan kelelahan dan tenggelam. Aiman tidak sanggup menyelamatkan kedua rekannya sehingga kembali ke pantai untuk meminta pertolongan. Rekan lainnya, yakni Eibra, kemudian turut menolong, tetapi justru ikut tenggelam.
Menurut Gusti, karena tidak sanggup menyelamatkan rekan-rekannya, mahasiswa lain kemudian meminta bantuan masyarakat sekitar. Sekitar pukul 17.00 Wita, satu per satu mahasiswa tersebut ditemukan dan langsung dibawa ke Puskesmas Nipah. Ketiganya dinyatakan meninggal dunia.
Gusti menambahkan, pada hari yang sama, M Saleh (23), warga Desa Pandai, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, NTB, juga dilaporkan tenggelam di Pantai Kalaki sekitar pukul 15.00 Wita. Saat kejadian, korban tengah berenang menggunakan pelampung dari ban.
Menurut Gusti, Saleh diduga terjatuh dari pelampung dan tenggelam. Korban diketahui tidak bisa berenang dan memiliki riwayat asma. Hingga Senin sore, proses pencarian korban masih berlangsung.
Menyikapi kejadian itu, Gusti mengimbau masyarakat untuk waspada, terutama mereka yang beraktivitas di kawasan pesisir. ”Hindari dulu beraktivitas di perairan laut dan sungai. Apalagi, akhir-akhir ini cuaca kurang bersahabat,” katanya.
Dia menambahkan, jika kondisinya darurat atau memang harus tetap beraktivitas, ia meminta masyarakat untuk menggunakan peralatan keselamatan yang lengkap. ”Misalnya, menggunakan jaket keselamatan. Namun, tentu itu harus melihat kondisi cuaca,” kata Gusti.
Ada potensi hujan disertai angin kencang.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menyampaikan imbauan yang sama. Dhian Yulie Cahyono, prakirawan Cuaca Stasiun Klimatologi Zainuddin Abdul Madjid, mengatakan, pengguna dan operator jasa transportasi laut, nelayan, wisata bahari, dan masyarakat yang beraktivitas di pesisir harus mewaspadai gelombang yang bisa mencapai 2 meter.
Kawasan dengan potensi gelombang tinggi tersebut berada di Selat Lombok bagian selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan NTB.
Dhian menambahkan, masyarakat juga harus mewaspadai hujan sedang hingga lebat (disertai kilat atau petir) dan angin kencang pada sebagian wilayah di NTB pada 3-5 Oktober 2022. Hal itu berlaku di Lombok dan Sumbawa, dua pulau utama di NTB.
”Ada potensi hujan disertai angin kencang. Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati dengan dampak bencana yang ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, genangan air, angin kencang, kilat atau petir, dan pohon tumbang,” kata Dhian.