Sinergi Universitas Syiah Kuala dan Bank Syariah Indonesia Sasar Pasar Ekspor Nilam
Pakar nilam di ARC mengambil peran sebagai pendamping petani, sementara BSI akan membantu pembiayaan. Pembiayaan bukan dalam bentuk pinjaman modal, melainkan hibah melalui pengadaan benih dan pembangunan instalasi air.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, dan Bank Syariah Indonesia bekerja sama meningkatkan kuantitas dan kualitas minyak nilam untuk pasar ekspor. Hal ini dilakukan untuk memanggungkan nilam Aceh menjadi yang terbaik di Indonesia.
Perjanjian kerja sama ditandatangani Wakil Rektor IV Universitas Syiah Kuala (USK) Taufik Saidi dan Direktur Inovasi Bank Syariah Indonesia (BSI) Maslahat Fauzi Indrianto di Aceh, Selasa (27/9/2022). Menurut rencana, program kerja sama akan dimulai pada akhir 2022.
Atsiri Research Center (ARC) USK akan menjadi pelaksana lapangan dalam program pengembangan nilam itu. ARC sejak beberapa tahun lalu fokus mendampingi aktivitas pertanian nilam di Aceh.
”Kerja sama kedua belah pihak adalah terobosan besar. Saya optimistis dukungan pembiayaan dari Bank Syariah Indonesia (BSI) akan memperkuat ketangguhan para petani nilam di Aceh,” kata Kepala ARC USK Syaifullah Muhammad, Rabu (28/9/2022).
Syaifullah mengatakan, lokasi percontohan program itu di Desa Geunteut, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Desa Geunteut merupakan sentra penghasil nilam di Aceh Besar. Untuk tahap pertama, disepakati pendampingan terhadap 50 petani nilam dengan luasan tanam 20 hektar. Lahan seluas itu diperkirakan dapat menghasilkan minyak nilam sekitar 4 ton. Harga jual ekspor minyak nilam sekitar Rp 600.000 per kilogram (kg).
Menurut dia, para pakar nilam di ARC mengambil peran mendampingi petani. Sementara itu, BSI akan membantu pembiayaan. Pembiayaan bukan dalam bentuk pinjaman modal, melainkan hibah melalui pengadaan benih, pembangunan instalasi air, penyulingan, hingga penyediaan fasilitas ekspor.
ARC juga berperan sebagai penghubung dengan pembeli di luar negeri, seperti dari Perancis dan India. Pada 2021, ARC pernah mengirimkan minyak nilam ke Perancis sebanyak 1 ton dan ke India sebanyak 400 kg.
”Kami menargetkan akhir tahun 2023, petani dampingan bakal ekspor perdana,” kata Syaifullah.
Direktur Penjualan dan Distribusi BSI Anton Sukarna menyambut baik kerja sama tersebut. Pihaknya membantu program itu melalui BSI Maslahat atau lembaga zakat, infak, dan sedekah. Program penyaluran dan pendayagunaan BSI Maslahat terbagi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, dakwah, kesehatan, ekonomi, sosial, dan kemanusiaan.
”Kami akan coba berdayakan nilam Aceh agar lebih baik lagi, terutama peningkatan kemampuan usaha di level petaninya. Hari ini kami coba buka jalan untuk nilam Aceh,” kata Anton.
Sebelumnya, Ketua Kelompok Petani Nilam Geunteut Subhan menuturkan, animo petani menanam nilam mulai tumbuh. Kini lahan yang telah ditanami nilam seluas 30 hektar. Subhan yakin luas penanaman akan terus bertambah.
Minyak nilam dijual kepada ARC USK dengan harga mininal Rp 500.000 per kg atau sesuai harga pasar. Belakangan, petani juga dilatih cara membuat parfum dari minyak nilam. Subhan meyakini, Geunteut akan kembali menjadi sentra penghasil nilam seperti pada masa lampau.