Puisi Antar Guru Besar UGM Samekto Wibowo ke Peristirahatan Terakhir...
Guru Besar FKKMKM UGM Samekto Wibowo meninggal setelah terseret ombak di Pantai Pulang Sawal, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu (24/9/2022). Samekto dikenal sebagai pengajar yang sabar sekaligus berjiwa seni.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
Guru Besar Universitas Gadjah, Mada Samekto Wibowo, meninggal setelah terseret ombak di Pantai Pulang Sawal, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (24/9/2022). Samekto dikenal sebagai pengajar yang sabar sekaligus berjiwa seni. Hal itu ditunjukkan lewat karya puisi karangannya. Di akhir hidupnya, puisi juga yang mengantarkan Samekto ke peristirahatan terakhir.
Lebih dari 100 kerabat dan rekan Samekto semasa hidup berkumpul di Balairung UGM, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu (25/9/2022). Sebagian besar dari mereka mengenakan pakaian hitam-hitam. Mata mereka tampak sembab dan memerah.
Di tengah-tengah mereka terbaring jasad Samekto yang berada dalam peti berwarna putih. Terpampang pula potret diri Samekto yang mengenakan toga kebanggaannya. Samekto merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM.
”UGM sangat berduka. Kita kehilangan salah satu insan terbaiknya. Atas nama keluarga besar UGM, saya haturkan ungkapan dukacita yang mendalam atas berpulangnya almarhum. Semoga keluarga senantiasa diberi kesabaran dan keikhlasan,” kata Rektor UGM Ova Emilia dalam upacara penghormatan terakhir itu.
Kepergian Samekto terasa sangat mendadak. Ia mengembuskan napas terakhirnya setelah sempat terseret ombak saat tengah berwisata dengan sejumlah temannya di Pantai Pulang Sawal, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, Sabtu siang. Ia meninggalkan seorang istri, 2 anak, 2 menantu, dan 8 cucu.
Ova menyatakan, Samekto adalah seorang dokter dan pengajar yang patut dijadikan suri teladan. Kesabaran dan kehalusan sangat melekat dalam diri almarhum, khususnya setiap kali mengajar para mahasiswanya. Hal itulah yang dirasakan oleh Ova saat menjadi mahasiswa yang diajar Samekto.
Menurut Ova, almarhum juga mempunyai dedikasi tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan universitas tempatnya mengabdi. Itulah yang mengantarkan Samekto menjadi pakar dalam bidang saraf atau neurologi.
Samekto juga pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Ilmu Penyakit Saraf di FKKMK UGM selama 2001 hingga 2009. Sepanjang itu pula, almarhum memberikan banyak terobosan dan kemajuan. Salah satunya mengembangkan layanan bagi pasien dengan gangguan tidur.
”Almarhum merupakan sosok panutan serta berkomitmen tinggi untuk perkembangan keilmuan dan kemajuan universitas,” kata Ova.
Hal serupa dikatakan Dekan FKKMK UGM Yodhi Mahendradata. Ia menyebut, Samekto merupakan sosok yang sabar dan rendah hati. Walau ilmunya tinggi, almarhum tak lantas menyombongkan diri. Kekayaannya dalam hal pengetahuan justru dibagikan kepada para yuniornya.
Dalam pandangan Yodhi, almarhum bukan hanya seorang dokter dan pengajar. Ia menilai, jiwa seni almarhum cukup tinggi. Hal itu dibuktikan lewat sejumlah puisi yang ditulisnya semasa hidup. Sejumlah buku kumpulan puisi karya Samekto juga pernah diterbitkan. Hanya saja, ia tak tahu persis berapa jumlahnya. Sedikitnya ada dua hingga tiga buku kumpulan puisi karya Samekto yang dipunyai Yodhi.
Almarhum merupakan sosok panutan serta berkomitmen tinggi untuk perkembangan keilmuan dan kemajuan universitas.
Bahkan, salah satu puisi karya Samekto turut dibacakan oleh Yodhi pada upacara penghormatan terakhir bagi sang guru besar. Puisi itu berjudul ”Pesta Telah Usai” yang menceritakan tentang perpisahan. Beberapa bulan yang lalu, lanjut Yodhi, puisi tersebut juga sempat dibacakan dalam acara perpisahan residen dari Ilmu Penyakit Saraf FKKMK UGM.
”Memang ada permintaan dari beberapa teman agar puisi itu disampaikan. Kebetulan isi puisinya juga kurang lebih sama dengan situasi seperti ini,” ujar Yodhi.
Pesta telah usai/Tidak ada lagi tawa di basement/Tidak ada lagi biasan warna-warni di plafon dan/Percikan nada-nada sumbang/Satu demi satu tamu pergi/Yang tinggal hanya potongan-potongan kertas/Berisi goresan-goresan kata berantakan/Tanpa makna//
Itulah sedikit potongan puisi yang dibacakan Yodhi. Beberapa hadirin tampak mengusap matanya setelah mendengarkan kata demi kata yang terucap. Tak berselang lama, peti yang berisikan jasad Samekto diangkat menuju ambulans. Selanjutnya, jenazahya dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman keluarga di Pondok Muharikkun Najah, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
”Beliau adalah seorang kakak yang sangat baik membimbing kami. Seorang bapak, dokter, guru, dosen, dan anggota masyarakat yang baik. Semoga amal pengabdian beliau berguna untuk menghadap Tuhan. Sekali lagi, mohon agar kesalahan dan kekhilafan beliau dimaafkan,” tutur Ananto Heri Permana, adik Samekto, mengantar kepergian kakaknya dalam upacara penghormatan terakhir tersebut.