Kualitas Udara Buruk, Semarang Mencoba Beralih Menuju Kendaraan Listrik
Kualitas udara di Kota Semarang, Jawa Tengah, terus diperbaiki melalui berbagai cara, salah satunya peralihan ke kendaraan listrik. Kendaraan listrik yang bisa disewa masyarakat diluncurkan di Kota Semarang.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kualitas udara di Kota Semarang, Jawa Tengah, tergolong masih buruk. Berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara terus dilakukan. Salah satu upayanya beralih pada penggunaan kendaraan listrik yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Perusahaan teknologi kualitas udara, IQAir, mencatat, dari tahun 2017 hingga 2021, rata-rata tahunan PM 2,5 (partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron) di Kota Semarang lima hingga sepuluh kali lebih tinggi dari ambang batas yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sepanjang 2021, misalnya, konsentrasi rata-rata tahunan PM 2,5 di Kota Semarang sebesar 28,6 mikrogram per meter kubik. Angka ini lima sampai tujuh kali lebih buruk dari ambang batas WHO, yakni 0-5 mikrogram per meter kubik.
Pemerintah setempat menyebut, faktor penyumbang penurunan kualitas udara di Kota Semarang antara lain kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan aktivitas rumah tangga. Kendaraan bermotor dengan bahan bakar minyak menyumbang 10 persen dalam penurunan kualitas udara.
Untuk memperbaiki kualitas udara, sejumlah upaya telah dilakukan. Yang terbaru adalah peralihan pada kendaraan listrik. Kendaraan jenis itu dinilai bisa memperbaiki kualitas udara karena menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil.
”Kemarin kami sudah membeli satu bus listrik yang sekarang sudah beroperasi, sudah bisa dimanfaatkan masyarakat di Kota Semarang. Ke depan, jumlah bus listrik ini akan terus kami tambah,” kata Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin di Balai Kota Semarang, Sabtu (24/9/2022).
Iswar menuturkan, kendaraan dinas di lingkungan Pemerintah Kota Semarang perlahan-lahan akan diganti dengan kendaraan listrik. Kebijakan itu diambil setelah adanya instruksi dari pemerintah pusat.
Pada Sabtu, Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan Beam Mobility, salah satu perusahaan mobilitas mikro, untuk menyiapkan 250 sepeda motor listrik, yakni Beam Rover. Kendaraan listrik itu nantinya bisa disewa oleh masyarakat dengan tarif Rp 700 per menit. Pembayarannya menggunakan dompet digital.
Kendaraan tersebut disediakan di sejumlah titik di Kota Semarang untuk menunjang mobilitas masyarakat. ”Beam Rover akan diluncurkan di area populer sekitar Simpang Lima dan dapat beroperasi di empat area, yaitu Jalan Panandaran, Jalan Gajah Mada, Jalan Pemuda, dan Jalan Mayjen Sutoyo. Untuk menggunakannya, pengguna hanya perlu mendaftar, membuka kunci, dan mengendarai Beam Rover melalui aplikasi Beam,” ujar Country Head Beam Indonesia Ady Muzadi.
Ady menuturkan, Beam Rover memiliki batas kecepatan maksimal 25 kilometer per jam. Kendaraan itu juga dilengkapi dengan fitur komunikasi IoT yang dapat mendeteksi status setiap kendaraan secara langsung.
Fitur ini penting untuk mendeteksi permasalahan pada kendaraan, memberikan informasi terbaru terkait kondisi kendaraan, dan informasi terkait kapan pengguna harus mengganti baterai. Setiap kendaraan dilengkapi baterai cadangan.
Wakil Presiden Hubungan Masyarakat Beam Mobility Isabelle Neo mengatakan, Beam Rover bisa menggantikan fungsi kendaraan berbahan bakar fosil untuk perjalanan yang singkat. Selain menekan pencemaran udara, Beam Rover yang berbodi ramping juga diklaim bisa dipakai bermanuver saat lalu lintas macet akibat padatnya kendaraan di jalan.
Suprihutami (46), warga Kelurahan Miroto, Kecamatan Semarang Tengah, turut mencoba mengendarai Beam Rover, mengitari halaman Balai Kota Semarang, Sabtu. Menurut dia, kendaraan listrik dengan kecepatan rendah cocok untuk dirinya yang kerap memboncengkan anaknya.
”Kendaraan ini jalannya pelan, jadi aman buat ibu-ibu yang tidak berani mengebut seperti saya. Saya berharap kendaraan listrik yang bisa disewa seperti ini jumlahnya ditambah supaya bisa diakses lebih banyak orang,” ucap Suprihutami.