Tahan Dampak Inflasi dari Selokan Air Rawan Banjir di Kota Bandung
Program padat karya di Bandung menggunakan dana sekitar Rp 2,1 miliar. Total pekerja yang dibutuhkan 1.200 orang atau 40 orang di setiap kecamatan. Mereka akan bekerja selama 10 hari. Tujuannya, menekan dampak inflasi.
Kreativitas pemerintah daerah diuji membantu warganya tidak sendirian menghadapi tekanan ekonomi saat ini. Di Kota Bandung, buruh serabutan hingga ibu rumah tangga ikut dilibatkan.
”Alhamdulilah....”
Ucapan syukur itu diucapkan Uden Tarsa (56), warga RW 003 Kelurahan Mekarjaya, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung. Kamis (22/9/2022) pagi, dia akhirnya bekerja lagi. Sebelumnya, lebih dari sebulan ia menganggur.
Di usia senja, Uden menyambung hidup sebagai kuli serabutan. Dia biasanya kebagian mengangkut sak semen hingga mengaduk beton. Bayarannya Rp 100.000 per hari.
”Gara-gara pandemi ajakan bekerja tidak banyak. Kenaikan harga beragam komoditas dan bahan bakar minyak membuat saya kian terpuruk,” kata dia.
Akan tetapi, pekerjaannya kali ini berbeda. Dia tidak mengencangkan ototnya untuk membangun sesuatu. Tugasnya membersihkan selokan yang tersumbat rentan memicu banjir di sekitar tempat tinggalnya.
Pekerjaan itu adalah bagian dari program padat karya dari Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung. Program ini dilakukan di 27 kecamatan, 22 September-17 Oktober 2022, dengan dana sekitar Rp 2,1 miliar.
”Masuk ke selokan tidak jadi masalah. Yang penting, bisa makan dengan uang halal,” kata dia.
Tidak hanya di bibir, Uden membuktikannya dengan perbuatan. Ditemani terik matahari, dia tidak ragu masuk ke dalam saluran air selebar 1 meter yang airnya hitam kental. Kedalamannya sekitar 30 sentimeter atau setara lututnya.
Dia mengatakan, tidak berpikir macam-macam saat mengangkat lumpur tebal. Dalam kepalanya, hanya terbayang nasib anak dan istrinya.
Istrinya yang bekerja sebagai asisten rumah tangga serabutan juga kesulitan dapat pekerjaan. Padahal, anak mereka baru saja masuk SMA. Usahanya mencari pekerjaan ke berbagai tempat tidak membuahkan hasil.
”Sebelum pandemi, saya kerja sebagai sopir angkot. Penghasilannya Rp 2 juta sebulan. Namun, tidak lama setelah pandemi saya dirumahkan karena tidak ada penumpang. Sudah lama saya menanti pekerjaan baru,” kata dia.
Baca juga : Berbagi Senyuman Bahagia Petani Hadapi Inflasi
Bantu warga
Oleh karena itu, saat mendengar kabar ada program padat kerja, Uden langsung mendaftarkan diri ke ketua RW-nya.
Aep Sulaha (54), Ketua RW 003 Kelurahan Mekarjaya, langsung menerima Uden. Dia tahu kondisi Uden dan keluarga yang serba kesulitan.
Selain Uden, sembilan orang lainnya juga membutuhkan uang di tengah masa sulit ini. Aep menyebut, semua warga yang dipekerjakan ini tidak memiliki pekerjaan tetap selama pandemi.
”Semuanya layak mendapatkan bantuan sosial. Rata-rata umurnya di atas 50 tahun dan sulit mendapatkan pekerjaan baru,” ujarnya.
Selain Mekarjaya, kegiatan serupa juga dilakukan di Kelurahan Derwati. Kedua wilayah di Kecamatan Rancasari ini kerap digenangi banjir saat musim hujan karena saluran air yang tersumbat.
Camat Rancasari Hamdani menyatakan, dua kelurahan ini dilalui Sungai Cidurian dan Sungai Cipamokolan, anak Sungai Citarum. Jika saluran tidak dibersihkan, sampah-sampah bakal memicu banjir. Tidak hanya di sekitar Rancasari tapi banyak kawasan di Sungai Citarum.
Warga yang mendapatkan padat karya, lanjut Hamdani, masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Artinya, warga yang direkrut berasal dari masyarakat miskin dan butuh bantuan sosial di masa serba sulit seperti saat ini.
”Prioritas pengerjaan kali ini di wilayah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Kami melibatkan warga setempat karena mereka yang akan terdampak jika terjadi banjir,” ujarnya.
Baca juga : Digitalisasi dan Keuangan Syariah, Dua Kawan Baik untuk Semua
Pasar murah
Selain padat karya, ada juga pasar murah untuk warga antara 19 September hingga 11 Oktober 2022. Pasar murah dilaksanakan secara bergantian di 30 kecamatan di Kota Bandung.
Pada Kamis, pasar murah digelar di Kecamatan Antapani. Di Lapangan Gasmin berdiri 11 gerai yang diisi berbagai kebutuhan pokok sehari-hari.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Elly Wasliah saat memantau pasar murah di Antapani mengatakan, pihaknya mendapatkan alokasi dana Rp 544 juta untuk pasar murah. Dana ini dipergunakan untuk menyediakan tempat dan fasilitas bagi penyedia barang.
Di pasar murah ini ada gerai yang menjual minyak goreng, bumbu dapur, hingga telur ayam. Salah satu warga yang antusias adalah Lia (43), warga Antapani Tengah.
Siang itu, ia sudah membeli dua kilogram telur. Senyum menghiasi bibirnya. Dia membelinya Rp 24.000 per kg atau lebih murah Rp 4.000 per kg dibandingkan di pasar tradisional.
”Harapannya, harga murah ini tidak hanya di satu hari saja. Ini sangat meringankan saya dan lima orang lain di rumah,” katanya.
Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan mengalokasikan Rp 9,2 miliar untuk berbagai program mengatasi dampak inflasi kali ini. Padat karya dan pasar murah menjadi bagian dalam program itu.
Selain itu, dia menyebut, ada bantuan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah Rp 1,2 miliar. Dana itu akan diberikan pada 2.854 orang. Besarannya Rp 450.000 per orang.
Bantuan bahan pokok hingga alat bantu kesehatan bagi difabel juga bakal diberikan. Dananya sekitar Rp 631 juta akan disalurkan pada 60 anak dan 100 warga lansia telantar serta 100 orang difabel dan 75 pemulung.
”Kami berharap semuanya tepat sasaran sehingga bisa membantu warga menghadapi gejolak harga dan menekan inflasi,” katanya.
Harapan ini membuat Abdul Qodir (56), warga RW 003 Rancasari, merasa tidak sendirian menghadapi tekanan ekonomi. Dia berharap bisa menyelesaikan hingga 10 hari ke depan untuk mendapatkan Rp 1,3 juta. Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang penghasilannya sebagai pemulung Rp 25.000 per hari.
”Uanganya mau saya tabung untuk biaya anak sekolah. Semoga setelah ini ada rezeki lain yang mengalir. Harapannya, selancar saluran air yang kami bersihkan ini,” ujar dia.
Pada 25 September 2022, Kota Bandung bakal menginjak usia 212 tahun. Di usia yang semakin matang, kreativitas lewat beragam program kian diuji mendampingi warganya. Bila tepat sasaran, beragam tantangan dalam kehidupan bisa diatasi bersama untuk hidup lebih baik kelak.
Baca juga : Bumbu Terbaik untuk Lele dari Pondok Pesantren