Kolaborasi sejumlah pihak untuk membangun daerah tapal batas membuktikan spirit gotong royong yang selalu melekat dalam diri bangsa Indonesia. Masyarakat di perbatasan negeri kini merasa tidak sendirian lagi.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Sebanyak 20 rumah seluas 36 meter persegi dengan konstruksi bata merah berdiri di sisi kiri dan kanan jalan yang membelah Desa Humusu Wini, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Rumah di dekat garis perbatasan antara Indonesia dan negara Timor Leste itu diresmikan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini, Sabtu (17/9/2022).
Rumah itu dibangun untuk mengganti rumah lama yang ambruk akibat badai Seroja yang menerjang daerah itu dan hampir seluruh NTT pada awal April 2021. Bencana itu mengakibatkan 181 orang meninggal dan 47 orang lainnya hilang. Sebanyak 49.512 jiwa terdampak. Untuk kerugian material, rumah rusak berat 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit.
Beberapa hari setelah bancana, Risma yang belum lama ditunjuk sebagai Mensos oleh Presiden Joko Widodo itu, menggunakan kendaraan darat dari Kota Kupang ke Humusu Wini yang berjarak 245 kilometer dengan waktu tempuh hampir 6 jam. Di sana, Risma mendapati warga miskin yang meratapi nasib mereka akibat badai itu. Mereka kehilangan sanak keluarga dan juga harta benda.
Risma lalu berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk melakukan rekonstruksi rumah penduduk dan sejumlah fasilitas umum lainnya di Humusu Wini. Salah satunya adalah Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas. Kemensos dan beberapa lembaga ini pun sepakat bergotong royong untuk memulai pembangunan di sana.
Setahun kemudian, pada awal Maret 2022, Risma mengajak mereka untuk datang ke Humusu Wini guna mengecek progres pembangunan rumah. Mereka juga merencanakan pembangunan poliklinik dan community center sebagai pusat belajar anak-anak. Di luar itu, Kemensos menyiapkan program pemberdayaan ekonomi.
Tujuh bulan kemudian, tepatnya 17 September 2022, Risma datang lagi bersama rombongan untuk meresmikan perumahan, poliklinik, community center, dan menyerahkan bantuan untuk program pemberdayaan. Di lokasi itu, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas secara khusus menggelar bakti sosial operasi katarak gratis bagi masyarakat setempat.
Dalam sambutannya saat acara peresmian, Risma beberapa kali mengucapkan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang mau bergotong royong dalam kerja kemanusiaan itu.
”Saya percaya, dengan kita bersama-sama dan bergotong royong, maka permasalahan kita seberat apa pun, kita bisa menyelesaikannya. Sekali lagi kalau kita bergandeng tangan, tidak ada yang tidak mungkin kita bisa selesaikan,” katanya.
Pembangunan rumah itu ditujukan bagi mereka yang dianggap kurang mampu. Sebab, wilayah perbatasan merupakan salah satu kantong kemiskinan di NTT. Menurut data yang dikutip dari Badan Pusat Statistik, pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin di NTT sebanyak 1.131.620 jiwa atau 20,05 persen dari total jumlah penduduk.
Rumah seluas 36 meter persegi itu dibuat dengan biaya sekitar Rp 170 juta per unit. Konstruksi rumah tahan gempa. Fondasinya juga dibuat lebih tinggi agar air tidak masuk jika terjadi banjir. Sejumlah perabot juga disediakan, seperti alat makan, kasur, meja, dan kursi. Pemilik rumah siap masuk. Bahkan, setiap rumah masing-masing diberi tiga kambing untuk dikembangbiakkan.
Imelda Bana (29), penerima bantuan rumah, tak bisa menahan rasa haru saat bertemu Risma di dalam rumahnya yang baru itu. Ia berterima kasih atas bantuan tersebut. ”Kalau ditanya apakah saya bisa membangun rumah seperti ini, saya bilang mungkin sampai meninggal saya tidak akan sanggup,” ujar Imelda.
Di seberang rumah Imelda telah berdiri poliklinik yang nantinya akan digunakan untuk pelayanan kesehatan warga setempat. Operasional poliklinik akan diatur oleh pemerintah kabupaten setempat. Poliklinik itu untuk mendekatkan pelayanan bagi warga, mengingat rumah sakit terdekat berada di Kefamenanu, ibu kota kabupaten. Waktu tempuh dari Humusu Wini ke rumah sakit sekitar 1,5 jam.
Sementara itu, comunity center dijadikan tempat belajar anak-anak. Akan disediakan perpustakaan dan jaringan internet. Saat acara peresmian, Risma memilih turun dari panggung dan berdialog dengan anak sekolah dasar. Ia memotivasi anak-anak perbatasan agar giat belajar meraih cita-cita.
Risma juga mengingatkan para orangtua agar mencegah pernikahan anak pada usia dini. Banyak anak kehilangan masa depannya lantaran dinikahkan oleh orangtua. ”Bapak dan ibu semuanya, mohon izin, anaknya jangan dinikahkan dulu ya...,” ujar mantan Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, itu.
Kompas
Kompas
Selain di Humusu Wini, kata Anung, DKK juga membangun delapan rumah di Desa Baubau, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Rumah dimaksud untuk korban terdampak badai Seroja. Saat ini, pengerjaannya sudah hampir rampung. Mensos Risma sempat hadir melihat lokasi sebelum pembangunan.
Sementara itu, atas nama seluruh masyarakat, Bupati Timor Tengah Utara Juandi David mengucapkan terima kasih kepada Kemensos serta berbagai pihak yang telah bergotong royong dalam memajukan daerah mereka. Kolaborasi ini dia anggap sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat di sana, yang juga sebagai sesama anak bangsa.
Ia mengatakan, masyarakat perbatasan kini tak sendirian. ”Ini membuktikan bahwa paradigma pembangunan sekarang ini tidak lagi Jawa-sentris, melainkan sudah menjadi Indonesia-sentris. Banyak hal yang kami petik dari kerja kolaborasi seperti ini. Ini menginspirasi kami di daerah untuk berjuang memajukan daerah kami,” katanya.
Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari membangun rumah hingga bantuan hewan peliharaan, itu diharapkan jangan sampai menumbuhkan perilaku ”tadah tangan” atau menanti bantuan.
Namun, sebaliknya memacu semangat untuk terus bekerja menghidupi keluarga. Dan, lebih dari itu, pada gilirannya nanti membantu sesama sebagaimana spirit gotong royong.